2.3.2 Sarana produksi
Salah satu permasalahan perikanan tangkap adalah kerusakan lingkungan dan menurunnya stok ikan yang diakibatkan oleh penggunaan sarana produksi yang
dilarang seperti bahan peledak, bahan kimia beracun, hilangnya alat tangkap pada saat operasi, dan penggunaan alat tangkap tidak selektif. Pengelolaan sumberdaya
alam adalah usaha manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam untuk memperoleh manfaat maksimal dengan mengusahakan kontuinitas produksinya.
Tujuan pengelolaan sumberdaya adalah untuk memperoleh hasil yang optimal dan terus-menerus serta terjamin kelestariannya Nikijuluw 2007.
Suboko 2009 mengemukakan bahwa masuknya para investor dapat menumbuhkan dan menyemarakkan sektor lainnya yang terkait dengan perikanan
tangkap, terutama pengembangan sarana produksi seperti : fasilitas penyediaan mesin dan bahan alat perikanan, penyediaan fasilitas docking dan perbengkelan, alat bantu
penangkapan. Kondisi tersebut, dengan sendirinya akan menciptakan lapangan kerja baru dan menyerap tenaga kerja.
Sutisna 2007 mengemukakan bahwa untuk mendukung keberhasilan pembangunan bisnis perikanan tangkap dalam era
globalisasi saat ini, perlu dilakukan pengembangan sumberdaya manusia di bidang penangkapan ikan agar siap pakai, yang dalam pelaksanaannya akan didukung
dengan upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja, dalam hal ini sumberdaya manusia
dibidang penangkapan ikan terutama awak kapal yang meliputi nakhoda, mualim, Kepala Kamar Mesin KKM, fishing master, dan Anak Buah Kapal ABK.
2.3.3 Proses Produksi
Ayodhyoa 1987 menyatakan bahwa penanganan proses-proses produksi perikanan perlu dilaksanakan dengan penerapan ilmu dan teknologi yang sesuai.
Untuk mewujudkan sebuah sistem usaha perikanan tangkap nasional, perlu kebijakan dan program yang bersifat terobosan breakthrough yaitu berdasarkan pendekatan
sistem industri perikanan tangkap. Berdasarkan pada pendekatan sistem tersebut, Widodo dan Suadi 2006 mengemukakan bahwa untuk merealisasikan tujuan
industri perikanan tangkap nasional perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
1 Upaya optimalisasi antara ketersediaan sumberdaya stock ikan dengan tingkat
penangkapan effort pada setiap wilayah penangkapan ikan. Hal ini sangat penting untuk menjamin sistem usaha perikanan tangkap yang efisien dan
menguntungkan profitable secara berkelanjutan. Apabila tingkat penangkapan ikan di suatu wilayah penangkapan melebihi potensi lestarinya maximum
suistable yield, MSY, maka akan terjadi fenomena tangkap lebih overfishing yang berakibat pada menurunnya hasil tangkapan persatuan upaya catch per
unit of effort, pada gilirannya mengakibatkan penurunan pendapatan nelayan. Mengingat potensi perikanan di Perairan Kabupaten Nias cukup besar maka
perlu dilakukan
upaya pemanfaataanya
secara optimal
dan didalam
pemanfaatannya perlu perencanaan dan pengelolaan secara berkelanjutan. Jenis ikan ekonomis utama yang berada di Perairan Kabupaten Nias adalah tuna,
cakalang, cucut, tenggiri, tongkol, layang, terbang, kembung, kakap, dan kerapu Lampiran 1.
2 Pengembangan teknologi penangkapan yang bersifat selektif, efisien dan ramah
lingkungan eco-friendly,
yang disainnya
disesuaikan dengan
kondisi oseanografis fishing ground, sifat biologis ikan sasaran, serta siklus hidup dan
dinamika populasi ikan. Baskoro 2006 mendeskripsikan bahwa dilihat dari segi oseanografi, keadaan topografi dasar perairan, banyaknya jenis-jenis ikan,
udang dan biota lainnya dengan tingkah laku dan sifat-sifat yang berbeda, sudah tentu memerlukan alat penangkap dan cara penangkapan yang berbeda-beda pula
di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. Alat tangkap ramah lingkungan merupakan jenis teknologi penangkapan ikan yang tidak merusak ekosistem dan
layak untuk dikembangkan. Suatu alat tangkap dapat dikatakan ramah lingkungan apabila memenuhi 9 kriteria yang diantaranya mempunyai
selektivitas yang tinggi, tidak membahayakan nelayan, produksi tidak membahayakan konsumen, by-catch rendah, dampak ke biodiversty rendah,
tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi dan dapat diterima secara sosial. Di perairan Kabupaten Nias jenis alat tangkap
yang umum dioperasikan oleh nelayan-nelayan adalah jenis alat tangkap yang umumnya
dioperasikan tidak jauh dari pantai, kurang beragam dan lama waktu melaut tidak bersifat harian. Hal ini disebabkan karena keterbatasan modal untuk
menyediakan kapal dan alat tangkap dengan jangkauan operasinya jauh dari pantai.
Tabel 2 Persentase
jenis dan
jumlah alat
tangkap yang
dominan dioperasikan di wilayah perairan Kabupaten Nias Tahun 2006
NO. Jenis Alat Tangkap
Jumlah Unit Persentase
1. Pukat kantong :
a. Pukat pantai 118
3,06 2.
Jaring insang : a. Jaring insang hanyut
b. Jaring insang tetap c. Trammel net
403 269
34 10,45
6,98 0,88
3. Jaring angkat :
a. Bagan tancap
5 0,13
4. Pancing :
a. Rawai tetap
b. Pancing lainnya
451 2.113
11,70 54,80
5. Perangkap :
a. Bubu
b. Perangkap
23 275
0,60 7,13
6. Lain-lain
165 4,28
Sumber : Data statistik DKP Nias 2006.
3 Kapal penangkap ikan harus sesuai dengan kondisi oseanografis fishing ground, sifat biologis ikan sasaran, serta siklus hidup dan dinamika populasi ikan. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi teknis penangkapan ikan. Tabel 3 Jumlah kapalperahu nelayan di Kabupaten Nias Tahun 2006
NO Jenis KapalPerahu
Jumlah Unit Persentase
1 Perahu tanpa motor :
a. Jukung b. Perahu papan :
- Kecil
- Sedang
- Besar
1.316 926
567 493
25,5 17,97
11,00 9,57
2 Motor Tempel
1.649 32,01
3 Kapal Motor :
a. 5 GT b. 5-10 GT
172 29
3,34 0,56
Sumber : Data statistik DKP Nias 2006. 4 Disamping penerapan manajemen perikanan yang baik, pemerintah goverment
perlu menerapkan suatu regulasi mengenai pengelolaan perikanan yang bertanggungjawab sebagaimana yang tertuang FAO - Code of Conduct for
Responsible Fisheries, yang dewasa ini bergaung di dunia internasional.
Committee on Fisheries, FAO telah menyepakati tentang International Plan of Action on illegal, unreported, and unregulated IUU fishing yang mengatur
mengenai 1 praktik illegal seperti pencurian ikan, 2 praktik perikanan yang tidak dilaporkan unreported, dan 3 praktik perikanan yang tidak diatur
sehingga menganjam kelestarian stok ikan global unregulated. Pemeliharaan habitat sumberdaya ikan, sehingga rekruitmen dan pertumbuhan
individu ikan terus membaik sekaligus menekan kematian alamiah ikan. Hal ini penting karena habitat yang sehat dan produktif akan mendukung produktivitas
dan sumberdaya ikan yang mendiaminya. Wiyono 2006 menjelaskan bahwa terdapat beberapa kebijakan yang dapat digunakan sebagai regulasi dalam
memelihara kelangsungan sumberdaya hayati ikan laut diantaranya berupa penerapan marine protected area MPA dan close season.
2.3.4 Prasarana pelabuhanPPI