Gambar 11. Sebaran nilai-nilai data yang melalui titik nol SPSS, 2012 Titik-titik pada Gambar 11 di atas tidak membentuk suatu pola
tertentu. Titik-titik poin-poin menyebar secara acak yang berada di sekitar angka 0 nol pada sumbu Y. Sehingga, bisa dianggap bahwa
residual mempunyai variabel yang konstan homoscedasticity atau pada
persamaan regresi tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
4.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dijelaskan dalam subbab ini mencakup uji simultan f test, uji parsial t test, dan koefisien determinasi.
a.
Uji Simultan f Test
Langkah uji simultan f test adalah melakukan analisis regresi secara bersamaan uji f. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah
seluruh variabel independen memengaruhi variabel dependen secara bersamaan atau tidak dan juga memastikan apakah model yang ada layak
digunakan atau tidak. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan f hitung dengan f tabel atau dapat juga dengan melihat f probabilitas. Hasil
uji ini dapat dilihat dengan menggunakan Tabel 15.
Tabel 15. Nilai f hitung dan probabilitas dari hasil uji simultan
Model Sum of
Squares Derajat
Kebebasan Mean
Square F
Hitung Probabilitas
Regresi 0,197 5
0,039 3,081 0,012
Residual 1,586 124
0,013 Total 1,783
129
Sumber: Data diolah 2012
Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa f hitung adalah sebesar 3,081 dan f tabel adalah sebesar 2,287. F tabel dihitung dengan
memasukkan rumus pada Program Microsoft Excel. Degree of freedom disingkat df pada rumus tersebut. Rumus tersebut adalah Df1=k-1 dan
df2=n-k. K adalah jumlah variabel independen ditambah dengan variabel dependen. Sedangkan n adalah jumlah sampel yang diteliti. Probability
adalah tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian. Maka, f tabel bisa dihitung =FINVprobability;df1;df2 Æ =FINV0,05;5;124.
P-value probabilitas atau signifikansi adalah 0,012 yang lebih kecil dari
α=0,05. Sehingga, model yang ada layak untuk digunakan. Dengan demikian, variabel independen yang meliputi variabel komite audit, ukuran
dewan komisaris, struktur kepemilikan dan keterbukaan, komposisi dewan komisaris, serta ukuran perusahaan berpengaruh terhadap variabel
manajemen laba secara simultan bersamaan atau serentak. b.
Uji Parsial t Test Langkah uji parsial t test adalah melakukan analisis regresi secara
parsial uji t. Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan setiap variabel independen dengan variabel dependen, signifikansi dari pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, mendapatkan persamaan regresi, serta pengambilan keputusan dengan
asumsi bahwa variabel lain adalah konstan. Hasil uji t ini dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Nilai t hitung dan probabilitas dari hasil uji parsial
Variabel Koefisien Tidak
Standard Koefisien
Standard Nilai
T Probabilitas Beta
Standard Eror
Beta Hitung
Konstan 0,430 0,243
1,767 0,080 KA 0,113
0,046 0,217 2,448
0,016 UDK 0,013
0,009 0,192 1,499
0,136 SKK -0,013
0,030 -0,053 -0,416
0,678 KDK 0,110
0,041 0,236 2,666
0,009 UP -0,017
0,009 -0,265 -1,836
0,069
Sumber: Data diolah 2012 Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut:
1 Variabel Komite Audit X1
Hipotesis 1 menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pada Tabel 16 dapat
dilihat bahwa komite audit KA mempunyai nilai koefisien sebesar 0,113 terhadap manajemen laba ML. Hasil uji t adalah sebesar 2,448
dan nilai p-value probabilitas atau signifikansi adalah sebesar 0,016 yang lebih kecil dari
α=0,05. Hal ini menunjukkan bukti kuat terhadap penolakan H
01
dan penerimaan H
a1
. Artinya, komite audit berpengaruh secara statistik terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komite audit yang ada di perusahaan sebagai salah satu indikator good corporate governance
mampu mengurangi tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen. Dengan kata lain, adanya penambahan komite audit
dalam suatu perusahaan dapat mengurangi praktik manajemen laba. Pengangkatan komite audit oleh perusahaan tidak hanya dilakukan
untuk memenuhi regulasi saja tetapi juga menegakkan good corporate governance
yang ada di dalam perusahaan. Selain itu, proses pembentukan komite audit sudah jelas dan terbuka, sehingga
kemandiriannya patut dibanggakan. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap aplikasi good corporate governance dan
meningkatkan kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan karena tidak adanya kesempatan untuk memanipulasi dan
mempermainkan data, sikap yang ingin bekerja sama, serta bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan oleh komite audit, sehingga
komite audit dapat memberikan kontribusi untuk mencegah terjadinya praktik manajemen laba.
2 Variabel Ukuran Dewan Komisaris X2
Hipotesis 2 menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pada Tabel 16 dapat
dilihat bahwa ukuran dewan komisaris UDK mempunyai nilai koefisien sebesar 0,013 terhadap manajemen laba. Hasil uji t adalah
sebesar 1,499 dan nilai p-value probabilitas atau signifikansi adalah
sebesar 0,136 yang lebih besar dari α=0,05. Hal ini menunjukkan bukti
kuat terhadap penerimaan H
02
dan penolakan H
a2
. Artinya, ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara statistik terhadap manajemen
laba. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris
penambahan yang ada di perusahaan sebagai salah satu indikator good corporate governance
tidak mampu mengurangi tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen. Kondisi tersebut dapat
disebabkan oleh koordinasi yang sulit antar anggota dewan komisaris tersebut. Inilah yang menjadi hambatan dalam proses monitoring yang
merupakan tanggung jawab dewan komisaris. Selain itu, banyak sedikitnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama
dalam efektivitas monitoring terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi, berdasarkan pada nilai, norma, kepercayaan yang diterima dalam
suatu organisasi, serta peran serta dewan komisaris itu sendiri dalam aktivitas monitoring terhadap manajemen.
3 Struktur Kepemilikan dan Keterbukaan X3
Hipotesis 3 menyatakan bahwa struktur kepemilikan dan keterbukaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pada Tabel
16 dapat dilihat bahwa struktur kepemilikan dan keterbukaan SKK mempunyai nilai koefisien sebesar -0,013 terhadap manajemen laba
ML. Hasil uji t adalah sebesar -0,416 dan nilai p-value probabilitas atau signifikansi adalah sebesar 0,678 yang lebih besar dari
α=0,05. Hal ini menunjukkan bukti kuat terhadap penerimaan H
03
dan penolakan H
a3
. Artinya, struktur kepemilikan dan keterbukaan tidak berpengaruh secara statistik terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa struktur kepemilikan dan keterbukaan yang ada di perusahaan sebagai salah satu indikator
good corporate governance tidak mampu mengurangi tindakan
manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen. Dengan kata lain, gelar “tbk” terbukago public yang ada di belakang nama perusahaan
tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut bersih dari praktik
manajemen laba. Hal ini dapat dipahami bahwa, jika sebuah perusahaan go public
, perusahaan tersebut akan terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dan ada kemungkinan akan mendapatkan investor yang ingin
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut akan mendapatkan tambahan modal untuk kelangsungan hidupnya
walaupun di perusahaan tersebut terjadi praktik manajemen laba yang tidak diketahui oleh para investor principal dan hanya diketahui oleh
para manajemen perusahaan agent. Artinya, gelar “tbk” hanya sebuah formalitas saja dan bukan sebagai cerminan dari good corporate
governance .
4 Komposisi Dewan Komisaris X4
Hipotesis 4 menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pada Tabel 16 dapat
dilihat bahwa komposisi dewan komisaris KDK mempunyai nilai koefisien sebesar 0,110 terhadap manajemen laba ML. Hasil uji t
adalah sebesar 2,666 dan nilai p-value probabilitas atau signifikansi adalah sebesar 0,009 yang lebih kecil dari
α=0,05. Hal ini menunjukkan bukti kuat terhadap penolakan H
04
dan penerimaan H
a4
. Artinya, komposisi dewan komisaris berpengaruh secara statistik terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komposisi dewan
komisaris yang ada di perusahaan sebagai salah satu indikator good corporate governance
mampu mengurangi tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen. Pengangkatan dewan komisaris
independen oleh perusahaan memang dilakukan untuk memenuhi regulasi dan menegakkan good corporate governance yang ada di
dalam sebuah perusahaan. Selain itu, adanya komisaris independen juga memenuhi prinsip independensi, transparansi, akuntabilitas, tanggung
jawab, dan objektivitas pada perusahaan perbankan. Dengan kata lain, ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 50
setengah dari total dewan komisaris sudah cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi
kebijakan yang diambil karena prinsip keindependensiannya. Jika komisaris independen merupakan pihak yang mayoritas, peran
monitoring dapat lebih efektif berjalan dalam perusahaan. 5
Ukuran Perusahaan Hipotesis 5 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa ukuran perusahaan UP mempunyai nilai koefisien sebesar -0,017
terhadap manajemen laba ML. Hasil uji t adalah sebesar -1,836 dan nilai p-value probabilitas atau signifikansi adalah sebesar 0,069 yang
lebih besar dari α=0,05. Hal ini menunjukkan bukti kuat terhadap
penolakan H
05
dan dan penerimaan H
a5
. Artinya, ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara statistik terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aktiva atau aset yang ada di perusahaan
sebagai salah satu indikator good corporate governance, tidak mampu mengurangi tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen.
Manajer di sebuah perusahaan besar sekalipun, dapat bertindak curang dengan menangguhkan mengurangi laba di periode sekarang dan
menambahkannya di periode mendatang hanya demi sejumlah insentif atau bonus yang menggiurkan. Begitu juga dengan manajer di sebuah
perusahaan kecil. Artinya, besar kecilnya sebuah perusahaan bukan menjadi sebuah jaminan dalam mengurangi praktik manajemen laba.
c. Koefisien Determinasi
Berdasarkan Tabel 14, nilai R Square adalah sebesar 11 yang menunjukkan bahwa variabel dependen dapat dijelaskan sebesar 11 oleh
variabel independen variabel komite audit, ukuran dewan komisaris, struktur kepemilikan dan keterbukaan, komposisi dewan komisaris, serta
ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar 89 dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Selain nilai R
Square , nilai koefisien korelasi r sebesar 33,2 menunjukkan bahwa ada
hubungan signifikan yang tidak kuat antara variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 dengan variabel Y.
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda