Development yang dikutip oleh Sutojo dan Aldridge 2008, CG adalah
sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. CG mengatur pembagian tugas, hak, dan kewajiban
mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan semua anggota
stakeholders pemegang saham.
Menurut ASX Australian Stock Exchange yang dikutip oleh Sutojo
dan Aldridge 2008, CG sebagai sistem yang dipergunakan untuk
mengarahkan dan mengelola kegiatan perusahaan. Definisi CG juga diutarakan oleh dua orang pakar manajemen, Jill
dan Aris Solomoan, yang dikutip oleh Sutojo dan Aldridge 2008. Dalam buku mereka, Corporate Governance and Accountability, kedua pakar
manajemen tersebut mendefinisikan corporate governance sebagai sistem yang mengatur hubungan antara perusahaan diwakili oleh board of
directors dengan pemegang saham.
Good corporate governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham
stakeholder’s value serta mengalokasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan stakeholders, seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha,
konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas Tangkilisan, 2003.
2.4.2 Tujuan Good Corporate Governance GCG
Good corporate governance mempunyai lima macam tujuan utama
Sutojo dan Aldridge, 2008, yaitu: a.
Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham. b.
Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders yang bukan pemegang saham.
c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
d. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus board of
directors dan manajemen perusahaan.
e. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manajemen
senior perusahaan.
2.4.3 Manfaat Good Corporate Governance GCG
Manfaat good corporate governance mencakup hal-hal sebagai berikut Sutojo dan Aldridge, 2008:
a. Mencegah praktik pengungkapan laporan keuangan perusahaan kepada
pemegang saham, investor, dan pihak lain yang berkepentingan secara
tidak transparan.
b.
Dapat melakukan bimbingan kepada manajemen perusahaan mereka secara lebih efektif.
c.
Mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pemiliknya.
2.4.4 Teori Good Corporate Governance GCG
Sejumlah teori berusaha untuk menjelaskan dan menganalisis tentang
CG. Masing-masing teori ini menjelaskan CG berdasarkan pada perspektif berbeda yang timbul dari disiplin ilmu yang berbeda-beda pula. Teori CG
adalah sebagai berikut: a.
Teori Keagenan Agency Theory
Jensen dan Meckling 1976 dalam Warsono dkk. 2009 menyebutkan bahwa manajer dalam suatu perusahaan disebut sebagai
agen dan pemegang saham disebut sebagai principal. Pemegang saham yang merupakan principal mendelegasikan pengambilan keputusan
bisnis kepada manajer yang merupakan perwakilan atau agen dari pemegang saham. Permasalahan yang muncul sebagai akibat dari sistem
kepemilikan perusahaan seperti ini adalah agen tidak selalu membuat keputusan-keputusan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan
terbaik prinsipal. Salah satu asumsi utama dari teori keagenan adalah tujuan
prinsipal dan agen yang berbeda yang dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan cenderung untuk mengejar tujuan pribadinya sendiri.
Manajer cenderung untuk menunjukkan egoisme perilaku yang mengarahkan mereka untuk memaksimalkan kepentingan diri mereka
sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan manajer untuk
memfokuskan pada proyek dan investasi perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek daripada memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di proyek-proyek yang menguntungkan dalam jangka panjang.
b.
Teori Biaya Transaksi Transaction Cost Theory
Teori ini berusaha memandang perusahaan bukan hanya sebagai suatu unit ekonomi dalam suatu dunia pasar sempurna dan keseimbangan
tetapi juga sebagai suatu organisasi yang terdiri atas orang-orang dengan pandangan dan tujuan yang berbeda-beda.
Teori biaya transaksi didasarkan pada kenyataan bahwa perusahaan telah menjadi sedemikian besar. Sehingga, mereka
memanfaatkan pasar dalam menentukan alokasi sumber daya. Perusahaan-perusahaan menjadi sangat besar dan kompleks sehingga
pergerakan harga di luar perusahaan menentukan produksi dan pasar mengoordinasikan transaksi-transaksi Warsono dkk., 2009.
c.
Teori Pemangku kepentingan Stakeholders Theory
Dasar dari teori pemangku kepentingan adalah perusahaan telah menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat menjadi sangat
pervasive mudah menyebar, sehingga perusahaan perlu melaksanakan
akuntabilitasnya, tidak hanya terhadap berbagai sektor masyarakat tetapi juga kepada pemegang sahamnya.
Istilah pemangku kepentingan stakeholders merujuk kepada pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang memengaruhi dan
dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan, dan operasi suatu organisasi. Misalnya, pemegang saham, karyawan, pemasok, pelanggan, kreditor,
komunitas lokal, masyarakat umum, dan lingkungan sosial. Hal ini berarti bahwa, tidak hanya pemangku kepentingan yang
dipengaruhi oleh perusahaan tetapi juga memengaruhi perusahaan Warsono dkk., 2009.
2.4.5 Partisipan Good Corporate Governance GCG