Statistik Deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN

Lanjutan Tabel 3. 6 Bank Permata, Tbk 7 Bank Mega, Tbk 8 Bank Bukopin, Tbk 9 Bank Kalimantan Timur 10 Bank DKI 11 Bank Artha Graha Internasional, Tbk 12 Bank Riau dan Kepulauan Seribu 13 Bank Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 14 Bank Sumatera Barat 15 Bank Victoria Internasional, Tbk 16 Bank Bali 17 Bank Kalimantan Barat 18 Bank Kalimantan Selatan 19 Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk 20 Bank DIY 21 Bank Jasa Jakarta 22 Bank Nusa Tenggara Barat 23 Bank Ganesha 24 Bank Ina Perdana 25 Bank Antardaerah 26 Bank Sahabat Sampoerna Sumber: Majalah Infobank Juni, 2012

4.2 Statistik Deskriptif

Sebelum mendapatkan hasil berupa statistik deskriptif dan yang lainnya, terlebih dahulu, kita harus memasukkan data-data variabel X dan Y pada setiap perusahaan perbankan sampel selama 5 lima tahun berturut-turut. Perhitungan masing-masing variabel ini menggunakan program Microsoft Office Excel. Data-data yang sudah siap untuk diolah dengan bantuan aplikasi SPSS terdapat pada Lampiran 1 dan 2. a. Variabel Independen Variabel X Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis data ini di antaranya, adalah: 1 Komite Audit X1 Langkah pertama adalah mencari keberadaan komite audit pada masing-masing perusahaan perbankan sampel dari tahun 2007 hingga 2011. Variabel komite audit ini merupakan variabel dummy. Jika sebuah perusahaan perbankan sampel memiliki komite audit dan berperan aktif pada tahun tersebut, diberi nilai 1 satu. Akan tetapi, jika perusahaan perbankan sampel tersebut tidak memiliki komite audit atau tidak beperan aktif pada tahun tersebut, diberi nilai 0 nol. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Variabel komite audit Sumber: Annual Report masing-masing bank 2012 2 Ukuran Dewan Komisaris X2 Langkah kedua adalah menghitung total dewan komisaris, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan perbankan pada masing-masing perusahaan perbankan sampel dari tahun 2007 hingga 2011. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Variabel ukuran dewan komisaris Sumber: Annual Report masing-masing bank 2012 3 Struktur Kepemilikan dan Keterbukaan X3 Langkah ketiga adalah menentukan status masing-masing perusahaan perbankan, apakah perusahaan perbankan tersebut merupakan perusahaan perbankan terbuka tbk atau tertutup non tbk. Tentu saja, penentuan tersebut pada masing-masing perusahaan perbankan sampel dari tahun 2007 hingga 2011. Variabel struktur kepemilikan dan keterbukaan ini juga merupakan variabel dummy. Jika sebuah perusahaan perbankan sampel bergelar terbuka tbk, diberi nilai 1 satu. Akan tetapi, jika perusahaan sampel perbankan tersebut tidak atau belum bergelar terbuka non tbk, diberi nilai 0 nol. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Variabel struktur kepemilikan dan keterbukaan Sumber: Annual Report masing-masing bank 2012 4 Komposisi Dewan Komisaris X4 Langkah keempat adalah menghitung perbandingan antara total dewan komisaris independen terhadap total dewan komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan perbankan sampel dari tahun 2007 hingga 2011. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. 5 Ukuran Perusahaan X5 Langkah terakhir adalah menentukan total aset aktiva yang ada pada perusahaan perbankan sampel dari tahun 2007 hingga 2011. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah menentukan total aset yang ada pada perusahaan perbankan sampel dari tahun 2007 hingga 2011, kemudian menghitung logaritma natural ln dari masing-masing total aset perusahaan perbankan sampel tersebut. Logaritma natural digunakan untuk menghindari heteroskedastisitas pada data, yaitu data tidak tersebar secara merata diakibatkan oleh adanya ketimpangan antara data yang terlalu besar dengan data yang terlalu kecil. Hasil perhitungannya merupakan angka pembulatan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Logaritma natural dari variabel ukuran perusahaan Sumber: Annual Report masing-masing bank 2012 b. Variabel Dependen Variabel Y Setelah menghitung variabel independen yang terdiri atas variabel komite audit, ukuran dewan komisaris, struktur kepemilikan dan keterbukaan, komposisi dewan komisaris, serta ukuran perusahaan, langkah selanjutnya adalah menghitung variabel manajemen laba sebagai variabel dependen. Manajemen laba yang merupakan proksi dari discretionary accruals dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model . Dalam menentukan nilai discretionary accruals tesebut, diperlukan beberapa tahap perhitungan terlebih dahulu tehadap: 1 Perbandingan antara Angka Satu 1 dengan Total Aktiva Aset Perusahaan pada Tahun Sebelumnya Sebelum menghitung perbandingan antara angka satu 1 dengan total aktiva 1A it-1 , harus dicari total aktiva tahun 2006 terlebih dahulu. A it-1 adalah total aset aktiva di perusahaan i pada tahun sebelumnya t-1. Sedangkan total aktiva tahun 2011 tidak digunakan dalam perbandingan ini. Total aktiva dari tahun 2006 hingga 2010 terdapat pada Lampiran 5. Berdasarkan Lampiran 5, dapat dihitung perbandingan antara angka satu 1 dengan total aktiva aset pada tahun sebelumnya 1A it-1 . Hasil perhitungan tersebut dapat terlihat pada Lampiran 6. 2 Perubahan Pendapatan Perusahaan Setelah mendapatkan perbandingan antara angka satu 1 dengan total aktiva aset pada tahun sebelumnya yang ada pada masing-masing perusahaan perbankan sampel, dilakukan perhitungan tehadap total pendapatan pada masing-masing perusahaan perbankan sampel. Total pendapatan tersebut terdiri atas pendapatan bunga gross, lain-lain gross, operasional selain bunga gross, dan non operasional gross. Angka-angka yang telah dimasukkan untuk total pendapatan pada tahun 2006 hingga 2011, dapat terlihat pada Lampiran 7 hingga 12. Sedangkan total pendapatan untuk tiap tahun, masing-masing dari tahun 2006 hingga 2011, diringkas pada Lampiran 13. Selanjutnya, dilakukan pengurangan secara berurutan dari tahun 2006 hingga 20011 antara total pendapatan perusahaan perbankan sampel pada tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Hasil perhitungan tersebut tampak pada Lampiran 14 dalam rupiah. Setelah didapat selisih total pendapatan di perusahaan perbankan sampel pada tahun sekarang dengan tahun sebelumnya, dilakukan perbandingan antara selisih total pendapatan pada tahun sekarang dengan total aktiva aset pada tahun sebelumnya. Hasil perhitungan tersebut tampak pada Lampiran 15. 3 Perubahan Piutang Perusahaan Total piutang perusahaan perbankan sampel untuk tiap tahun, masing-masing dari tahun 2006 hingga 2011, tampak pada Lampiran 16. Selanjutnya, dilakukan pengurangan secara berurutan dari tahun 2006 hingga 2011 antara total piutang perusahaan perbankan sampel pada tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Hasil perhitungan tersebut tampak pada Lampiran 17 dalam rupiah. Setelah didapat selisih total piutang di perusahaan perbankan sampel pada tahun sekarang dengan tahun sebelumnya, dilakukan perbandingan antara selisih total piutang pada tahun sekarang dengan total aset pada tahun sebelumnya. Hasil perhitungan tersebut tampak pada Lampiran 18. 4 Total Aktiva Tetap Perusahaan Total aktiva tetap perusahaan perbankan sampel untuk tiap tahun, masing-masing dari tahun 2006 hingga 2011, tampak pada Lampiran

19. Setelah didapat total aktiva tetap di perusahaan perbankan sampel,

dilakukan perbandingan antara total aktiva tetap pada tahun sekarang tersebut dengan total aset pada tahun sebelumnya. Hasil perhitungan tersebut tampak pada Lampiran 20. 5 Total Akrual Total akrual tiap-tiap tahun dari tahun 2007 hingga 2011 dihitung dengan cara menjumlahkan angka 1 satu, perubahan pendapatan, dan total aktiva tetap perusahaan perbankan sampel yang masing-masing diskalakan dengan total aset perusahaan perbankan sampel di tahun sebelumnya. Hasil perhitungan tersebut tampak pada Tabel 8. Tabel 8. Total akrual dari tahun 2007 hingga 2011 Sumber: Data diolah 2012 6 Non Discretionary Accruals Akrual yang Normal Non discretionary accruals akrual yang normal dari tahun 2007 hingga 2011 dihitung dengan cara menjumlahkan angka 1 satu, perubahan pendapatan, perubahan piutang, dan total aktiva tetap perusahaan perbankan sampel yang masing-masing diskalakan dengan total aset perusahaan perbankan sampel di tahun sebelumnya. Hasil perhitungan tersebut tampak pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai non discretionary accruals akrual yang normal dari tahun 2007 hingga 2011 Sumber: Data diolah 2012 7 Discretionary Accruals Akrual yang Abnormal Berdasarkan hasil DA it Discretionary Accruals pada Tabel 10 di bawah, terlihat dua macam nilai DA it , yaitu DA it yang bernilai negatif dan positif. DA it yang bernilai negatif artinya bahwa tindakan manipulasi atau manajemen laba terhadap laporan keuangan yang terjadi di perusahaan i pada periode ke t adalah sangat kecil atau hampir tidak ada. Sedangkan DA it yang bernilai positif artinya bahwa tindakan manipulasi atau manajemen laba terhadap laporan keuangan yang terjadi di perusahaan i pada periode ke t adalah sangat dimungkinkan terjadi. Discretionary accruals tiap tahun dari tahun 2007 hingga 2011 dihitung dengan cara mengurangi total akrual dengan non discretionary accruals . Hasil perhitungan tersebut tampak pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai discretionary accruals akrual yang abnormal dari tahun 2007 hingga 2011 Sumber: Data diolah 2012 Manajemen laba ML dapat diukur dengan discretionary accruals DA yang merupakan hasil dari TA dikurangi dengan NDA, karena DA merupakan akrual yang abnormal dan hasil dari penyimpangan rekayasa yang dilakukan oleh manajer dalam pelaporan keuangan yang juga sama pengertiannya dengan manajemen laba. Berikut ini adalah ringkasan perhitungan cara mencari manajemen laba ML yang diproksikan oleh discretionary accruals DA secara berurutan. Ringkasan tersebut tampak pada Tabel 11. Tabel 11. Ringkasan perhitungan manajemen laba ML=DA NO TA NDA DA 1 A it A it TA – NDA 2 A it-1 A it-1 3 1A it-1 1A it-1 4 REV it REV it 5 ΔREV it ΔREV it 6 ΔREV it A it-1 REC it 7 PPE it ΔREC it 8 PPE it A it-1 ΔREV it - ΔREC it 9 ΔREV it - ΔREC it A it-1 10 PPE it 11 PPE it A it-1 TA = 3 + 6 + 8 NDA = 3 + 9 + 11 DA = TA – NDA Sumber: Data diolah 2012 c. Hasil Statistik Deskriptif Hasil statistik deskriptif diperlihatkan pada Tabel 12. Tabel 12. Rata tengah, simpangan, dan populasi pada masing-masing variabel Variabel Rata Tengah Simpangan Populasi ML 0,140 0,118 130 KA 0,946 0,227 130 UDK 4,138 1,742 130 SKK 0,423 0,496 130 KDK 0,499 0,252 130 UP 30,130 1,874 130 Sumber: Data diolah 2012 Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut: 1 Nilai rata tengah manajemen laba ML adalah sebesar 0,140. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat manajemen laba di perusahaan perbankan sampel tergolong cukup tinggi. Artinya, perusahaan perbankan sampel, sebagian besar, melakukan praktik manajemen laba. Hal tersebut diperkuat dengan nilai standar deviasi sebesar 0,118 yang hampir mendekati nilai rata tengah manajemen laba. 2 Nilai rata tengah komite audit KA adalah sebesar 0,946. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang telah memiliki komite audit adalah sebesar 94,6 dari seluruh perusahaan perbankan sampel yang ada. Artinya, sebanyak 94,6 perusahaan perbankan sampel tersebut telah melaksanakan peraturan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia BI, yaitu perusahaan harus memiliki komite audit. 3 Nilai rata tengah ukuran dewan komisaris UDK adalah sebesar 4,138. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan perbankan sampel telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Bank Indonesia BI, yaitu perusahaan harus memiliki dewan komisaris minimal berjumlah 3 tiga orang atau sama dengan jumlah dewan direksi. 4 Nilai rata tengah struktur kepemilikan dan keterbukaan SKK adalah sebesar 0,423. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang telah memiliki gelar terbuka tbk hanya sebesar 42,3 dari seluruh perusahaan perbankan sampel yang ada. Artinya, sebanyak 57,7 perusahaan perbankan sampel masih tergolong sebagai perusahaan tertutup non tbk dan belum go public. Hal tersebut diperkuat dengan nilai standar deviasi sebesar 0,496 yang lebih besar dari nilai rata tengah struktur kepemilikan dan keterbukaan. 5 Nilai rata tengah komposisi dewan komisaris KDK adalah sebesar 0,499. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang telah memiliki komisaris independen adalah hanya sebesar 49,9 dari seluruh perusahaan perbankan sampel yang ada. Artinya, sebanyak 50,1 perusahaan perbankan sampel masih belum memiliki komisaris independen atau belum memenuhi syarat yang ditentukan oleh Bank Indonesia BI, yaitu jumlah komisaris independen minimal berjumlah 50 setengah dari total dewan komisaris yang ada pada masing-masing perusahaan. 6 Nilai rata tengah ukuran perusahaan UP adalah sebesar 30,130. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan perbankan sampel tidak memiliki varians yang cukup besar. Karena, rata tengah ukuran perusahaan memiliki ukuran yang hampir sama. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya standar deviasi sebesar 1,874. Nilai tersebut masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan nilai rata tengah ukuran perusahaan.

4.3 Uji Asumsi Klasik Regresi

Dokumen yang terkait

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

0 5 27

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia

0 12 66

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA ( STUDI EMPIRIS PADA PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA ).

0 1 17

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA.

0 1 16

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA (Studi Kasus Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2007).

0 0 9

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia.

0 1 15

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia.

0 2 15

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 19

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 19