menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu. Seperti, merger yang akan dilakukan, penawaran surat berharga,
rencana untuk menjual saham, atau melaksanakan opsi. c.
Insentif Lain Laba sering kali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan
penelitian yang dilakukan oleh badan pemerintah. Misalnya, untuk ketaatan undang-undang anti monopoli.
2.2.5 Mekanisme Manajemen Laba
Bahasan berikut menjelaskan mekanisme manajemen laba.
Mekanisme tersebut seperti tercantum dalam Subramanyam dan Wild 2010, yaitu:
a. Pemindahan Laba
Pemindahan laba
merupakan manajemen
laba dengan
memindahkan laba dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengakuan
pendapatan atau beban. b.
Manajemen Laba Melalui Klasifikasi Laba
juga dapat
ditentukan secara
khusus dengan
mengklasifikasikan beban dan pendapatan pada bagian tertentu di laporan laba rugi.
2.3 Modified Jones Model
Akrual, secara teknis, merupakan perbedaan antara kas dan laba. Akrual juga merupakan komponen utama pembentuk laba dan disusun
berdasarkan taksiran tertentu Rahayu, 2009. Dasar akrual merupakan dasar yang dipilih untuk penyusunan laporan akuntansi keuangan dan dipandang
lebih rasional dibandingkan dengan dasar kas. Selain itu, dasar akrual juga lebih mampu menunjukkan dan menggambarkan keadaan perusahaan yang
sebenarnya di saat hak dan kewajiban perusahaan dapat diketahui melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Namun, dasar akrual juga memberi
kelonggaran pada manajemen untuk memilih metode akuntansi yang dapat memengaruhi angka akuntansi tersebut. Peluang ini sering digunakan oleh
manajer ketika mereka menghendaki insentif tertentu bagi dirinya Andayani, 2010 dalam Nuraini, 2012. Misalnya, biaya depresiasi. Untuk mengetahui
besarnya biaya ini, kita harus mengetahui cost, umur manfaat estimasi, dan metode depresiasi yang digunakan. Nilai cost memang sudah tetap fixed dan
tidak dapat diubah. Namun, umur manfaat dan metode depresiasi dapat diubah sesuai dengan kebijakan, pertimbangan, atau discretion manajemen.
Kata discretion tersebut melandasi terbentuknya istilah akrual diskresioner. Ini terjadi karena jumlah akrual diskresioner berasal dari diskresi discretion,
pilihan, atau pertimbangan manajer untuk sekedar mengikuti atau diturunkan dari kondisi ekonomi perusahaan Rahayu, 2009.
Secara umum, akrual yang merupakan produk akuntansi dapat dianggap memiliki jumlah yang relatif tetap dari tahun ke tahun. Hal ini
dikarenakan aturan akuntansi tersebut juga tidak mengalami perubahan. Perubahan akrual yang terjadi dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal
abnormal dan merupakan hasil penggunaan kebijakan discretion manajemen yang berlebihan. Bila pada saat yang bersamaan manajemen juga
memiliki insentif atau motif untuk memanipulasi laba, perubahaan akrual yang terjadi dianggap sebagai bentuk manipulasi laba yang dilakukan oleh
manajemen. Namun demikian, tidak semua perubahan akrual berasal dari diskresi manajemen. Ada juga perubahan akrual yang berasal dari perubahan
kondisi ekonomi perusahaan itu sendiri. Misalnya, perubahan penjualan akan berpengaruh pada jumlah akrual terkait. Ini berarti, usaha untuk menguji
manipulasi laba melalui akrual perlu memertimbangkan perubahan kondisi ekonomi perusahaan yang dapat memengaruhi akrual ketika mengestimasi
akrual diskresioner Rahayu, 2009. Sedangkan akrual total digunakan untuk satu atau dua akun tertentu
saja. Ini dilakukan dengan harapan bahwa akrual total akan mampu menangkap porsi yang lebih besar terhadap manipulasi yang dilakukan oleh
manajer daripada porsi yang ditangkap bila hanya menggunakan satu akun saja Rahayu, 2009. Tujuan utama dari akuntansi akrual adalah melindungi
investor dalam menaksir kinerja ekonomi perusahaan selama satu periode
melalui penggunaan prinsip akuntansi dasar, seperti pengakuan pendapatan
dan penandingan. Dengan dasar akrual ini, transaksi dan peristiwa akuntansi diakui bukan pada saat kas diterima namun pada saat terjadinya transaksi
yang kemudian diakui pada periode bersangkutan Nuraini, 2012. Manajemen laba diproksikan melalui discretionary accrual Dechow,
et al ., 1995 dalam Nuraini, 2012 dan discretionary revenue Stubben, 2010
dalam Nuraini, 2012. Model accrual akrual merupakan model yang paling umum digunakan untuk mendeteksi manajemen laba dan telah dilakukan
banyak penelitian mengenai manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual
. Terdapat dua konsep akrual, yaitu discretionary accrual
dan non discretionary accrual. Discretionary accrual merupakan akrual yang ditentukan oleh manajemen, karena manajemen dapat memilih
kebijakan metode dan estimasi akuntansi. Inilah kelemahan dasar akrual yang menimbulkan peluang bagi manajer untuk mengimplementasikan strategi
manajemen laba. Discretionary accrual adalah strategi yang lebih sulit untuk dideteksi, sehingga memerlukan investigasi data dan analisis yang lebih rinci
Achmad, et al., 2007 dalam Nuraini, 2012. Model Jones kemudian juga mendefinisikan discretionary accrual sebagai bagian dari akrual yang terjadi
atau dilaporkan pada periode tertentu di luar bagian akrual yang umum terjadi konstan, karena perubahan pendapatan atau penjualan koefisien perubahan
pendapatan dan PPE koefisien PPE Rahayu, 2009. Discretionary accrual tingkat akrual yang abnormal ini merupakan tingkat akrual hasil rekayasa
laba yang dilakukan oleh manajer Saputro dan Setiawati, 2004. Sedangkan non discretionary accrual
merupakan akrual yang ditentukan atas kondisi ekonomi serta berupa pengakuan laba yang wajar dan tunduk pada suatu
standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bila melanggar non discretionary accrual
tingkat akrual yang wajar akan memengaruhi kualitas laporan keuangan menjadi tidak wajar. Perilaku non discretionary accrual ini
lebih mudah untuk dideteksi, sedangkan discretionary accrual lebih sulit untuk dideteksi Djakman, 2003. Bentuk akrual yang di analisis dalam
penelitian ini adalah discretionary accrual yang merupakan akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen dalam pemilihan
metode akuntansi Nuraini, 2012.
Ada beberapa metode untuk mendeteksi manajemen laba. Salah satunya, yaitu Model Jones. Jones 1991 merupakan model awal untuk
membantu mengidentifikasi perusahaan yang melakukan manajemen manipulasi laba. Kemudian, model ini populer sebagai Model Jones. Model
ini berfokus pada akrual total sebagai sumber manipulasi Rahayu, 2009. Tujuan Model Jones adalah memisahkan discretionary accrual dan non
discretionary accrual . Model Jones 1991 mengajukan model yang menolak
asumsi bahwa non discretionary accrual adalah konstan. Model ini mencoba mengontrol pengaruh perubahan keadaan ekonomi perusahaan pada non
dicretionary accrual . Model ini memiliki kelemahan yaitu asumsi implisitnya
adalah pendapatan yang bersifat non diskresioner. Hal ini berarti, pendapatan dalam Model Jones tidak boleh dalam keadaan dimanipulasi oleh manajemen.
Bila ternyata manajemen juga memanipulasi pendapatan, misalnya melalui pengakuan pendapatan yang dipercepat atau diperlambat, maka akrual
diskresioner eror atau residual dari persamaan akan cenderung bias ke nilai 0 nol Jones, 1991 dalam Rahayu, 2012.
Kemudian, Dechow, et al., 1995 mencoba memodifikasi kelemahan Model Jones yang tidak mampu menangkap dampak dari manipulasi berbasis
pendapatan tersebut, karena perubahan dalam pendapatan diasumsikan dapat menimbulkan non discretionary accrual Peasnell dan Young, 1999 dalam
Nuraini, 2012. Modifikasi model tersebut dinamakan Model Modifikasi Jones atau Modified Jones Model. Model tersebut mengestimasi tingkat
akrual yang diharapkan non discretionary accrual sebagai fungsi perbedaan antara perubahan pendapatan, piutang dagang, serta aktiva tetap. Selain itu,
model ini digunakan untuk memisahkan antara discretionary accrual dengan non discretionary accrual
Djakman, 2003. Model ini, secara implisit, mengasumsikan bahwa semua perubahan dalam penjualan kredit pada
periode kejadian merupakan hasil manipulasi laba. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa lebih mudah memanipulasi laba dengan mengubah pengakuan
pendapatan dari penjualan kredit daripada penjualan kas Rahayu, 2009. Dalam penelitian ini, Modified Jones Model 1995 dipilih karena penelitian
Dechow, et al. membuktikan bahwa model ini lebih mampu mendeteksi
tingkat manajemen laba dibandingkan dengan model estimasi yang lain, seperti Model Healy 1985, Model DeAnglo 1986, Model Jones 1991,
dan Model Industri Saputro dan Setiawati, 2004. Dari hasil pengujian perbandingan kekuatan antara Model Jones 1991 dengan Modified Jones
Model 1995, diperoleh bukti bahwa Modified Jones Model, secara
signifikan, lebih baik dalam mendeteksi manajemen laba berbasis pendapatan Peasnell dan Young, 1999 dalam Nuraini, 2012.
2.4 Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan yang Baik