Kerangka Pemikiran Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam mendukung kegiatan perekonomian, industri perbankan memegang peranan yang cukup penting dalam menjaga stabilitas perekonomian tersebut di Tanah Air. Ketika industri perbankan dihantam masalah, baik internal maupun eksternal, masalah tersebut mampu mendatangkan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Besarnya pengaruh perbankan tersebut diselaraskan dengan potensi perbankan yang besar dan penetrasi pasar yang rendah. Salah satu penyebab dari adanya kirisis tersebut yaitu kurangnya penerapan GCG dalam sebuah manajemen perbankan. Sebagai lembaga intermediary, perbankan mempunyai beberapa tujuan agar perbankan dapat tumbuh secara sehat, terbebas dari distorsi alokasi dana, transparansi transaksi, dan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat. Beberapa tujuan perbankan tersebut dapat tercapai bila faktor-faktor pendukung yang dapat mewujudkan beberapa tujuan perbankan tersebut dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik. Banyak faktor yang dapat diterapkan demi terwujudnya tujuan perbankan tersebut, khususnya faktor-faktor yang memengaruhi Good Corporate Governance GCG. Good Corporate Governance GCG tersebut diidentifikasi dapat mendorong terwujudnya tujuan perbankan karena perusahaan dikelola dengan baik. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah komite audit KA=X1, ukuran dewan komisaris UDK=X2, struktur kepemilikan dan keterbukaan SKK=X3, komposisi dewan komisaris KDK=X4, serta ukuran perusahaan UP=X5. Kelima faktor tersebut dianalisis menggunakan regresi linier berganda dan dari kelima faktor tersebut akan dicari faktor apa saja yang berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Setelah didapat hasilnya, kemudian diberikan implikasi manajerial berkaitan dengan hasil tersebut. Gambaran dari kerangka pemikiran penelitian mengenai pengaruh komite audit KA, ukuran dewan komisaris UDK, struktur kepemilikan dan keterbukaan SKK, komposisi dewan komisaris KDK, serta ukuran perusahaan UP terhadap manajemen laba, tersedia pada Gambar 8. Gambar 8. Kerangka pemikiran Keterangan: KA X1 : Komite Audit X1 UDK X2 : Ukuran Dewan Komisaris X2 1. Krisis ekonomi bersumber dari industri perbankan. 2. Potensi industri perbankan yang besar. 3. Penetrasi pasar yang rendah. Kurangnya penerapan GCG di industri perbankan Tujuan industri perbankan agar: 1. tetap sehat, 2. terbebas dari distorsi alokasi dana, 3. transparansi transaksi, dan 4. peningkatan kepercayaan masyarakat. Identifikasi faktor-faktor GCG pada industri perbankan Faktor-faktor yang memengaruhi GCG KA X1 UDK X2 KDK X4 UP X5 SKK X3 Analisis regresi linier berganda Implikasi manajerial SKK X3 : Struktur Kepemilikan dan Keterbukaan X3 KDK X4 : Komposisi Dewan Komisaris X4 UP X5 : Ukuran Perusahaan X5 Pembahasan variabel pada Gambar 8 dapat dijelaskan seperti di bawah ini, yaitu: a. Komite Audit X1 Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Selain itu, komite audit bertugas sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam masalah pengendalian. Adrian dan Restuti 2011 meneliti apakah komite audit secara parsial dari good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba atau tidak. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H 01 : Keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. H a1 : Keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap manajemen laba. b. Ukuran Dewan Komisaris X2 Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum bahwa jumlah anggota dewan komisaris paling sedikit 3 tiga orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi. Paling sedikit 1 satu orang anggota dewan komisaris wajib berdomisili di Indonesia. Dewan komisaris dipimpin oleh presiden komisaris atau komisaris utama. Besarnya ukuran dewan komisaris dapat berakibat pada buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dijelaskan dengan adanya agency problems , yaitu dengan banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya. Di antaranya, kesulitan dalam berkomunikasi dan mengoordinasikan kerja dari masing-masing dewan itu sendiri. Adrian dan Restuti 2011 meneliti apakah ukuran dewan komisaris secara parsial dari good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba atau tidak. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H 02 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. H a2 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba. c. Status Kepemilikan dan Keterbukaan X3 Status kepemilikan dan keterbukaan juga menjadi sorotan banyak pihak tentang praktik manajemen laba. Status kepemilikan dan keterbukaan yang dimaksud adalah perusahaan terbuka dan perusahaan tertutup. Perusahaan terbuka adalah istilah yang menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat luas public. Perusahaan terbuka sering disebut sebagai perusahaan publik. Secara formal, perusahaan-perusahaan publik memiliki gelar, berupa singkatan “Tbk”, di belakang nama. “Tbk” adalah singkatan dari kata “terbuka”. Gelar “Tbk” atau terbuka mengandung makna bahwa saham perusahaan ini terbuka untuk dimiliki siapa saja. Gelar terbuka juga bermakna bahwa perusahaan tersebut akan dikelola secara transparan dan isi perut perusahaan boleh diketahui oleh masyarakat. Sedangkan kebalikan dari perusahaan terbuka atau perusahaan publik adalah perusahaan tertutup. Perusahaan disebut tertutup manakala masyarakat tidak bisa turut memiliki saham perusahaan tersebut. Bank Indonesia BI, pada akhir kekuasaannya, sebelum Otoritas Jasa Keuangan OJK lahir, telah mengeluarkan aturan kepemilikan bank secara berjenjang. Menurut keterangan salah seorang pejabat BI, aturan baru tentang kepemilikan bank ini dimaksudkan agar bank-bank terhindar dari praktik kotor seperti pada jaman-jaman sebelumnya. Kepemilikan mayoritas yang tanpa kontrol pihak lain, akan menghancurkan bank Infobank, 2012, Juni. Pengaturan kepemilikan juga dinilai sebagai bagian dari upaya proteksi agar terhindar dari kegagalan. Saat ini di negara-negara lain, setiap negara cenderung memproteksi diri agar selamat dari krisis. Bank-bank di dalam negeri dilindungi dan diproteksi. Oleh karena itu, aturan kepemilikan bank yang baru ini, paling tidak, seperti diungkapkan oleh salah seorang pejabat BI, dapat memproteksi diri Infobank, 2012, Juni. H 03 : Status kepemilikan dan keterbukaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. H a3 : Status kepemilikan dan keterbukaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. d. Komposisi Dewan Komisaris X4 Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, serta kepemilikan saham danatau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi danatau pemegang saham pengendali, atau hubungan lain yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Pihak independen adalah pihak di luar bank yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, serta kepemilikan saham danatau hubungan keluarga dengan dewan komisaris, direksi danatau pemegang saham pengendali, atau hubungan lain yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Dewan komisaris terdiri atas komisaris dan komisaris independen. Paling sedikit 50 lima puluh perseratus dari jumlah anggota dewan komisaris adalah komisaris independen PBI Nomor 84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Semakin tinggi komposisi dewan komisaris yang dimiliki maka akan semakin tinggi pengawasan yang dilakukan oleh pihak independen. Pihak independen tersebut mempunyai fungsi yang positif dari adanya independensi dewan komisaris eksternal. Dewan komisaris juga bertanggung jawab terhadap laporan keuangan yang disajikan. Adrian dan Restuti 2011 meneliti apakah komposisi dewan komisaris secara parsial dari good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba atau tidak. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. H 04 : Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. H a4 : Komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba. e. Ukuran Perusahaan X5 Besarnya ukuran perusahaan juga dapat memengaruhi praktik manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar mendapat perhatian banyak orang sehingga berdampak pada perusahaan tersebut untuk melaporkan laporan keuangan yang akurat. Dari keakuratan tersebut dapat membuat pihak manajemen takut untuk melakukan praktik manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Adrian dan Restuti 2011 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba di perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. H 05 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. H a5 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

3.2 Populasi dan Sampel

Dokumen yang terkait

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

0 5 27

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia

0 12 66

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA ( STUDI EMPIRIS PADA PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA ).

0 1 17

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA.

0 1 16

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA (Studi Kasus Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2007).

0 0 9

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia.

0 1 15

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia.

0 2 15

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

0 0 19

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 19