memfokuskan pada proyek dan investasi perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek daripada memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di proyek-proyek yang menguntungkan dalam jangka panjang.
b.
Teori Biaya Transaksi Transaction Cost Theory
Teori ini berusaha memandang perusahaan bukan hanya sebagai suatu unit ekonomi dalam suatu dunia pasar sempurna dan keseimbangan
tetapi juga sebagai suatu organisasi yang terdiri atas orang-orang dengan pandangan dan tujuan yang berbeda-beda.
Teori biaya transaksi didasarkan pada kenyataan bahwa perusahaan telah menjadi sedemikian besar. Sehingga, mereka
memanfaatkan pasar dalam menentukan alokasi sumber daya. Perusahaan-perusahaan menjadi sangat besar dan kompleks sehingga
pergerakan harga di luar perusahaan menentukan produksi dan pasar mengoordinasikan transaksi-transaksi Warsono dkk., 2009.
c.
Teori Pemangku kepentingan Stakeholders Theory
Dasar dari teori pemangku kepentingan adalah perusahaan telah menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat menjadi sangat
pervasive mudah menyebar, sehingga perusahaan perlu melaksanakan
akuntabilitasnya, tidak hanya terhadap berbagai sektor masyarakat tetapi juga kepada pemegang sahamnya.
Istilah pemangku kepentingan stakeholders merujuk kepada pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang memengaruhi dan
dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan, dan operasi suatu organisasi. Misalnya, pemegang saham, karyawan, pemasok, pelanggan, kreditor,
komunitas lokal, masyarakat umum, dan lingkungan sosial. Hal ini berarti bahwa, tidak hanya pemangku kepentingan yang
dipengaruhi oleh perusahaan tetapi juga memengaruhi perusahaan Warsono dkk., 2009.
2.4.5 Partisipan Good Corporate Governance GCG
Partisipan merupakan organ perusahaan yang sangat berperan penting untuk menegakkan CG di perusahaan. Dengan kata lain, baik atau buruknya
CG bergantung pada apa yang dilaksanakan oleh partisipan dan bagaimana partisipan berupaya untuk menjalankan fungsi tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip CG yang dianut. Di satu sisi, partisipan, baik sebagai individu maupun unit organisasi,
menjadikan perusahaan dapat berkembang secara dinamis. Karena, para partisipan yang berada di perusahaan memiliki gagasan inovatif dan
dedikasi yang tinggi untuk menjalankan gagasan tersebut. Terdapat lima jenis partisipan CG Warsono dkk., 2009, meliputi:
a. Board of Directors BOD
BOD merupakan organ perusahaan yang fungsi utamanya adalah memberi perhatian secara bertanggung jawab atas pengelolaan
perusahaan dalam rangka mencapai maksud tujuan perusahaan. BOD bertugas mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan
pengawasan BOC. b.
Chief Executive Officer CEO Tugas utama CEO adalah menjalankan perusahaan sebaik
mungkin dan mengamankan aset perusahaan. c.
Board of Commissioners BOC Terdapat dua model yang lazimnya diterapkan oleh perusahaan
berkaitan dengan pembentukan boards dewan, yaitu one tier system yang lazim disebut sebagai Model Anglo Saxon dan two tier system yang
lazim berlaku di kontinental Eropa. BOC terutama bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen.
One tier system dianut pada perusahaan yang hanya mempunyai satu BOD. Pada umumnya, merupakan kombinasi antara manajer atau
pengurus senior direktur eksekutif dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu non direktur eksekutif.
Negara-negara dengan one tier system adalah Amerika Serikat dan Inggris.
Two tiers system adalah sistem pada perusahaan yang mempunyai dua badan terpisah, yaitu BOD dan BOC. BOC terutama bertanggung
jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. BOC tidak boleh
melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi dengan pihak ketiga. Anggota
BOC diangkat dan diganti dalam RUPS. Negara-negara dengan two tiers system
adalah Denmark, Jerman, Belanda, Jepang, dan Indonesia. d.
Auditor Auditor
pemeriksa merupakan partisipan yang berperan mengevaluasi, memeriksa, menginvestigasi, dan memberikan keyakinan
assurance terhadap penerapan GCG. e.
Stakeholders Terdapat banyak kelompok stakeholders pemangku kepentingan,
baik yang memengaruhi perusahaan maupun yang dipengaruhi oleh perusahaan, yaitu:
1 Pemegang Saham
Menurut Pedoman Umum GCG KNKG 2006 dalam Warsono, dkk. 2009, pemegang saham merupakan pemilik modal perusahaan
yang memiliki hak dan tanggung jawab atas perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2 Karyawan
Karyawan merupakan aset perusahaan yang sangat penting. Karyawan bertugas melaksanakan operasi perusahaan dengan tujuan
utama yaitu memenuhi kepentingan pelanggan. 3
Pelanggan Pelanggan ditempatkan pada posisi teratas hirarki pemangku
kepentingan, karena pelanggan memiliki peran penting dalam kelangsungan dan keberlanjutan perusahaan.
4 Komunitas atau Masyarakat Sosial
Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pada Bab V tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan mengatur
kewajiban perusahaan untuk memrogramkan dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan corporate
social responsibility CSR.
5 Kreditor
Kreditor sangat diperlukan untuk memeroleh modal. Perusahaan akan dengan mudah memeroleh pinjaman dengan jumlah tertentu dari
kreditor apabila dapat menunjukkan laporan keuangan dan kinerja yang baik serta memerlihatkan good corporate governance
perusahaan tersebut. 6
Pemerintah Peran pemerintah sangat penting, terutama pada regulasi
peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan CG dan CSR. Pemerintah dan badan regulasi berkepentingan untuk
memastikan bahwa perusahaan mengelola keuangan dengan benar dan mematuhi semua peraturan dan undang-undang. Agar, memeroleh
kepercayaan pasar dan investor yang meliputi semua pihak yang berkaitan dengan persyaratan pengelolaan keuangan perusahaan,
termasuk persyaratan pengelolaan perusahaan terbuka. Misalnya, komunitas bursa efek, Bapepam-LK, dan Departemen Keuangan RI.
Setiap lembaga di atas mengeluarkan standar pengelolaan keuangan
perusahaan dan menuntut untuk dipatuhi oleh perusahaan. 2.4.6
Prinsip Good Corporate Governance GCG Prinsip-prinsip ini berperan sebagai kebijakan perusahaan untuk
memilih dan menetapkan aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam penerapan CG. Di samping itu, dengan berpegangan pada prinsip-prinsip
yang baik, berbagai aktivitas dapat bersinergi untuk mencapai tujuan CG. Contohnya, memberikan nilai tambah bagi perusahaan sebagai entitas
ekonomi dan sosial. Prinsip-prinsip yang digunakan oleh lembaga atau undang-undang
yang berusaha menegakkan CG Warsono dkk., 2009, yaitu: a.
Menurut OECD Organization for Economic Cooperation and Development
, yaitu: 1
Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham. 2
Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham asing dan minoritas.
3 Peranan pemangku kepentingan yang terkait dengan perusahaan.
4 Keterbukaan dan transparansi terkait keuangan, kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan pengelolaan perusahaan. 5
Akuntabilitas dewan komisaris. b.
Menurut ICGN International Corporate Governance Network, yaitu: 1
Honesty Kejujuran Menyampaikan kebenaran di setiap waktu tanpa harus
memerhatikan konsekuensinya. 2
Resilence Kekuatan Segera Pulih Prinsip ini menuntut perusahaan untuk mengembangkan
struktur CG yang mampu bertahan hidup dan segera pulih kembali jika perusahaan mengalami kemunduran ataupun kegagalan.
3 Responsiveness ketanggapan
Prinsip ini menuntut perusahaan untuk bereaksi cepat terhadap permintaan dan tuntutan para pemangku kepentingan.
4 Transparency Transparansi
Pada dasarnya, prinsip ini menuntut perusahaan menyajikan secara terus terang informasi yang relevan bagi para pemangku
kepentingan secara andal dan dalam bahasa yang mudah dipahami. c.
Menurut SOA Sarbanes Oxley Act 2002, yaitu: 1
Integrity Integritas Prinsip ini merujuk kepada kelengkapan catatan laporan
keuangan pada perusahaan. 2
Reliability Keandalan Prinsip ini merujuk kepada penyajian informasi yang akurat
pada sebuah perusahaan. 3
Accountability Akuntabilitas Prinsip ini merujuk kepada adanya pihak yang diberi amanah
untuk menetapkan pengendalian atas perusahaan dan bertanggung jawab atas kegagalan, jika terjadi.
d. Menurut KNKG Komite Nasional Kebijakan Governance, yaitu:
1 Transparansi
Yaitu perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. 2
Akuntabilitas Yaitu perusahaan harus dapat memertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. 3
Responsibilitas Yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen.
4 Independensi
Yaitu perusahaan harus dikelola secara independen, sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
diintervensi oleh pihak lain. 5
Kewajaran dan Kesetaraan Yaitu perusahaan harus senantiasa memerhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan pada asas kewajaran dan kesetaraan.
e. Menurut Keputusan Menteri, yaitu:
1 Transparansi
Keterbukaan dalam
melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan mengemukakan informasi material serta relevan
mengenai perusahaan. 2
Kemandirian Suatu keadaan saat perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
3 Akuntabilitas
Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif. 4
Pertanggungjawaban Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
5 Kewajaran Fairness
Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders
yang timbul berdasarkan pada perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Menurut CGCG UGM Center for Good Corporate Governance
Universitas Gadjah Mada, yaitu: 1
Transparency Transparansi Menyampaikan informasi yang material sesuai dengan substansi
yang sesungguhnya serta menjadikan informasi tersebut dapat diakses dan dipahami secara mudah oleh pihak-pihak lain yang
berkepentingan. 2
Accountability and Responsibility Pertanggungjelasan dan Pertanggungjawaban
Mempertanggungjelaskan amanah yang diterima sesuai dengan hukum, peraturan, standar moral, etika, dan best practices
yang berterima umum serta menyiapkan atau mengantisipasi pertanggungjawaban jika pertanggungjelasan yang diajukan ditolak.
3 Responsiveness Ketanggapan
Menanggapi, meliputi juga kegiatan antisipatif, permintaan requests, umpan balik feedback dari pihak-pihak yang
berkepentingan, serta perubahan-perubahan dunia usaha yang berpengaruh signifikan terhadap perusahaan.
4 Independency Independensi
Membebaskan diri dari kepentingan pihak-pihak lain yang
berpotensi memunculkan konflik kepentingan dan menjelaskan fungsinya sesuai kompetensi yang memadai.
5 Fairness Keadilan
Memberlakukan pihak lain secara adil berdasarkan pada ketentuan-ketentuan berterima umum.
g. Menurut literatur, yaitu:
1 Rezaee 2007 menyatakan bahwa pengembangan CG yang efektif
seharusnya berdasarkan pada sembilan prinsip berikut ini, yaitu: a
Value-Adding Philosophy Filosofi Penambah Nilai Memberikan fondasi bagi semua fungsi di perusahaan
sebagai nilai positif dan kinerja perusahaan yang berkelanjutan. b
Independence Independensi Meminimalkan atau bahkan menghindari terjadinya konflik
kepentingan, baik di antara maupun antar partisipan perusahaan. c
Ethical Conduct Perilaku Etis Mempromosikan perilaku etis kepada semua partisipan di
perusahaan. d
Accountability Akuntabilitas Menumbuhkembangkan semangat semua pihak untuk
menjalankan amanah dengan sungguh-sungguh dan bersedia mempertanggungjelaskan segala keputusan, tindakan, dan hasil
kinerja yang dihasilkan. e
Shareholder Democracy Demokrasi Pemegang Saham Mempromosikan demokrasi di rapat pemegang saham dalam
pemilihan dewan direksi dengan mengakui dan menghormati hak-hak pemegang saham.
f Integrity of Financial Reporting Integritas Pelaporan Keuangan
Menjaga integritas pelaporan keuangan melalui peningkatan kualitas, keandalan, dan transparansi laporan keuangan.
g Transparency Transparansi
Menjadikan informasi, baik yang bersifat keuangan maupun
non-keuangan, tersedia dan dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
h Competence and Integrity Kompetensi dan Integritas
Efektifitas CG bergantung pada pihak-pihak yang memiliki integritas dan kompetensi memadai dalam menjalankan
fungsi-fungsi CG. i
Effective System of Checks and Balances Sistem Cek dan Keseimbangan yang Efektif
Meyakinkan terjadinya keselarasan kepentingan di antara para partisipan CG.
2 Anand 2008 menyebutkan empat prinsip CG yang seharusnya
digunakan sebagai pijakan dalam pengembangan aktivitas-aktivitas penerapan CG, yaitu:
a Independensi
Independensi tidak hanya berupa pemisahan peran antara ketua pejabat eksekutif dengan ketua dewan direksi tetapi juga
komposisi dewan direksi yang harus terdiri atas banyak anggota dewan yang independen.
b Akuntabilitas
Setiap partisipan CG memegang amanah dan bersedia bertanggung jawab atas kegagalan-kegagalan yang terjadi, jika ada.
c Responsibilitas
Anggota perusahaan seharusnya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan dan tindakan yang diambil adalah
berdasarkan pada informasi yang memadai dan lengkap. d
Reputasi Perusahaan harus menjalani dan menjaga hubungan baik
dengan publik.
2.4.7 Peranan Good Corporate Governance GCG dalam Bisnis Perbankan