Jawa Barat 4,6 juta jiwa, Sumatera Utara 1,8 juta jiwa, dan Lampung 1,5 juta jiwa. Sementara, 5 lima provinsi yang memiliki jumlah penduduk miskin
terkecil adalah Bangka Belitung 91,8 ribu jiwa, Maluku Utara 107,8 ribu jiwa, Sulawesi Utara 192,2 ribu jiwa, Kalimantan Tengah 194,1 ribu jiwa, dan Bali
231 ribu jiwa. Pada tahun 2006 lima provinsi yang memiliki jumlah penduduk miskin terbesar yaitu provinsi Jawa Timur 7,6 juta jiwa, Jawa Tengah 7,1 juta
jiwa, Jawa Barat 5,7 Juta Jiwa, Sumara Utara 1,8 juta jiwa, dan Lampung sebesar 1,6 juta jiwa.
Secara nasional jumlah penduduk miskin penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 36146,9 ribu jiwa.
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2002 yang berjumlah 38394,0 ribu jiwa hal ini menujukan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
periode tahun 2002-2004 turun sebesar 2247,1 ribu jiwa. Berdasaekan daerah selama periode 2002-2004, jumlah penduduk miskin berada di daerah perdesaan.
Jumlah penduduk perkotaan berkurang 1949,7 ribu jiwa, dari 13318.70 ribu jiwa tahun 2002 menjadi 11369,00 ribu jiwa pada tahun 2004. Sementara jumlah
penduduk miskin perdesaan berkurang sebesar 298,4 ribu jiwa menjadi 24777,90 ribu jiwa pada tahun 2004 dari 25076,30 ribu jiwa tahun 2002. Jumlah penduduk
miskin penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 39,05 juta 17,75 persen. Dibandingkan dengan penduduk
miskin pada tahun 2005 yang berjumlah 35,10 juta 15,97 persen, berarti jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta.
Sumber: BPS, 2007
Gambar 5.1. Jumlah Penduduk Miskin ribu jiwa
5.1.2. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin
Secara regional, pada tahun 2002 provinsi Papua memiliki persentase Penduduk miskin terbesar, yaitu sekitar 41,8 persen. Empat provinsi lainnya yang
memiliki persentase penduduk miskin terbesar adalah Maluku 34,78 persen, Gorontalo 32,12 persen, Nusa Tenggara Timur 30,74, dan NAD 29,83
persen. Sementara, lima provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin terkecil adalah DKI Jakarta 3,42 persen, Bali 6,89 persen, Kalimantan Selatan
8,51 persen, Banten 9,22 persen, dan Sulawesi Utara 11,22 persen. Pada tahun 2003, lima provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar
adalah Papua 39,03 persen, Maluku 32,85 persen, NAD 29,76 persen, Gorontalo 29,25 persen, dan Nusa Tenggara Timur 28,63 persen. Sementara,
lima provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin terkecil adalah DKI Jakarta 3,42 persen, Bali 7,43 persen, Kalimantan Selatan 8,16 persen,
Sulawesi Utara 9,01 persen, dan Banten 9,56 persen. lima provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar pada tahun 2004 adalah Papua
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
Lampung Sumatra
Utara Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur 2002
2003 2004
2006
38,69 persen, Maluku 32,13 persen, Gorontalo 29,01 persen, NAD 28,47 persen, dan Nusa Tenggara Timur 27,86 persen. Sementara, lima provinsi yang
memiliki persentase penduduk miskin terkecil adalah DKI Jakarta 3,18 persen, Bali 6,85 persen, Banten 8,58 persen, Sulawesi Utara 8,94 persen, dan
Bangka Belitung 9,07 persen. Pada tahun 2005 provinsi Papua memiliki persentase Penduduk miskin terbesar, yaitu sekitar 40,83 persen. Empat provinsi
lainnya yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar adalah Maluku 32,28 persen, Gorontalo 29,05 persen, NAD 28,68 persen dan,
Nusa Tenggara Timur 28,19. Pada tahun 2006 provinsi Papua tetap sebagai provinsi yang
memiliki jumlah persentase Penduduk miskin terbesar, yaitu sekitar 41,46 persen. Empat provinsi lainnya yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar
adalah Maluku 33,03 persen, Nusa Tenggara Timur 29,34, Gorontalo 29,13 persen, dan NAD 28,28 persen.
Hal yang sangat menarik perhatian disini adalah hampir semua peovinsi mengalami peningkatan persentase penduduk miskin terhadap penduduk totalnya,
dan daerah yang memiliki tingkat PDRB perkapita yang tinggi seperti propinsi Papua berada pada peringkat pertama dalam persentase penduduk miskin
terbanyak. Hal ini menunjukan bahwa selama ini penerimaan pendapatan propinsi Papua tidak cukup banyak digunakan untuk program pengentasan kemiskinan.
Secara nasional berdasarkan jenis kelamin selama periode 2002-2004, persentase penduduk miskin perempuan berkurang lebih banyak bila
dibandingkan dengan persentase
penduduk laki-laki. Penduduk laki-laki
berkurang 0,88 persen dari 17,49 persen tahun 2002 menjadi 16,61 persen pada