Program Beras Miskin Raskin

sebelumnya menggunakan data keluarga prasejahtera KPS dan keluarga sejahtera 1 KS-1 alasan ekonomi hasil pendataan BKKBN, sejak 2006 berubah menggunakan data RTM hasil pendataan BPS melalui PSE-05.2. Selain itu, dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan program, pada 2005 dan 2006 Bulog melakukan kerja sama dengan 10 perguruan tinggi negeri untuk memberikan pendampingan terhadap pelaksanaan Raskin di 12 provinsi. Menurut data Susenas 2002 –2006, persentase penerima Raskin dari seluruh rumah tangga di Indonesia berfluktuasi pada kisaran 36 persen –45 persen. Di Sumatera Barat, persentase penerima Raskin berkisar antara 11 persen –24 persen, di Jawa Timur 41 persen –53 persen, dan di Sulawesi Tenggara 35 persen– 59persen Gambar 4.1. Kondisi tersebut sesuai dengan proporsi RTM di wilayah bersangkutan. Gambar 4.1. Jumlah Penerima Raskin Penetapan pagu alokasi nasional didasarkan pada ketersediaan anggaran subsidi dan data sasaran penerima. Pagu alokasi nasional dialokasikan untuk masing-masing provinsi berdasarkan data sasaran penerima dengan mempertimbangkan usulan pemda. Selanjutnya, pemda provinsi menetapkan alokasi untuk setiap kabupatenkota dan pemda kabupatenkota menetapkan alokasi untuk setiap kecamatan dan desakelurahan yang dibawahinya. Semua pembagian tersebut ditetapkan secara proporsional dengan data sasaran penerima di masing-masing wilayah. Sejak awal pelaksanaan OPK hingga 2005, sasaran penerima manfaat menggunakan data keluarga pra sejahtera Pra-KS dan keluarga sejahtera-1 KS-1 alasan ekonomi hasil pendataan BKKBN, namun sejak 2006 menggunakan data rumah tangga miskin RTM hasil pendataan BPS. Tabel 4.6. Jumlah Rumah Tangga dan Pagu Alokasi Raskin Nasional Jumlah Rumah Tangga Tahun RTM Total RTM Sasaran RTM Sasaran terhadap RTM Total Pagu Alokasi Ton 2000 16.000.000 7.500.000 46,88 1.350.000 2001 15.000.000 8.700.000 58,00 1.501.274 2002 15.135.560 9.790.000 64,68 1.349.600 2003 15.746.843 8.580.313 54,49 2.059.276 2004 15.746.843 8.590.804 54,56 2.061.793 2005 15.791.884 8.300.000 52,56 1.991.897 2006 15.503.295 10.830.000 69,86 1.624.500 2007 19.100.905 15.800.000 82,72 1.896.000 Sumber: BPS, 2007 Pagu alokasi Raskin nasional mengalami peningkatan hingga 2002, namun kemudian mengalami penurunan dan pada 2007 sedikit meningkat. Sementara itu, RTM sasaran program cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun proporsinya mengalami peningkatan, jumlah RTM sasaran masih lebih rendah dari pada total RTM Tabel 4. Sebagai contoh pada 2007, total RTM mencapai 19,1 juta, namun sasaran Raskin hanya 15,8 juta RTM sehingga terdapat 3,3 juta RTM yang tidak memperoleh Raskin. Hal tersebut berimplikasi pada munculnya berbagai permasalahan pelaksanaan program seperti dalam penargetan, ketepatan jumlah beras yang diterima rumah tangga, dan frekuensi distribusi. Jika Raskin hanya dibagikan kepada rumah tangga paling miskin maka menurut data Bulog, Raskin akan mampu memenuhi 70 persen –95 persen. RTM yang ada, bahkan menurut BPS akan melebihi RTM 127 persen –152 persen. Selain itu, dengan jumlah rumah tangga 50 –59 juta pada 2002–2006, maka realisasi Raskin tersebut seharusnya dapat memberi manfaat kepada sekitar 40 persen rumah tangga di Indonesia dan bisa menjangkau seluruh rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah, meskipun dengan jumlah beras di bawah ketentuan.

4.6.2. Penanggulangan Pengangguran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM yang diunggulkan sebagai program yang akan menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang sekaligus menanggulangi kemiskinan. Padahal, program itu adalah kompilasi dua program yang telah berjalan dengan biaya Bank Dunia, yakni Program Pengembangan Kecamatan PPK dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP. Tahun 2006 PPK dilaksanakan di 1.145 kecamatan 18.007 desa. Dilaporkan, PPK telah dinikmati 18,1 juta orang miskin, 50 persen di antaranya wanita.

4.6.3. Program Bantuan Operasional Sekolah BOS

Sebagai pengganti subsidi BBM, pelaksanaan pemberian Program BOS ditargetkan pada masyarakat yang diwajibkan mengikuti pendidikan dasar 9 tahun namun tidak memiliki kemampuan secara finansial untuk melanjutkan pendidikan. Oleh karena itu, sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di Indonesia. BOS diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah murid. Pelaksanan penyaluran dan pengelolaan Program Bantuan Operasional Sekolah BOS dilakukan oleh organisasi pelaksana yang sebut Tim PKPSBBM serta SekolahMadrasah yang memperoleh alokasi dana BOS. Tim PKPS-BBM dibentuk di tingkat Pusat, Propinsi dan KabupatenKota.