berjalan dengan tertib dan lancar agar kelestarian hutan, pendapatan negara dan pemanfaatan hasil hutan yang optimal dapat dicapai.
2.3. Surat Keterangan Asal Usul Kayu
Surat Keterangan Asal Usul SKAU menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P.33Menhut-II2007 adalah surat keterangan yang menyatakan
sahnya pengangkutan, penguasaan atau kepemilikan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak atau lahan masyarakat.
Pejabat penerbit SKAU adalah Kepala DesaLurah atau pejabat yang setara, yang ditetapkan oleh BupatiWalikota berdasarkan usulan Kepala Dinas
Kehutanan KabupatenKota. Ketentuan Penerbitan SKAU adalah sebagai berikut : 1.
Dalam menerbitkan SKAU, Kepala Desa wajib melakukan pemeriksaan atas kebenaran asal usul hasil hutan kayu dan kepemilikannya yaitu
dengan mengecek dan memastikan bahwa hasil hutan kayu tersebut berasal dari lokasi yang benar yang dibuktikan dengan adanya alas
titelhak atas tanah. 2.
Sebelum menerbitkan SKAU, Kepala Desa melakukan pengukuran atas kayu yang akan diangkut, dan dalam pelaksanaannya dapat menunjuk
salah satu aparatnya. 3.
Kepala Desa bertanggung jawab atas kebenaran penggunaan SKAU.
2.4. Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Dunn 2003 adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk
keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual
yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan
divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis kebijakan
dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan pada satu, beberapa
atau seluruh tahap dari proses pembuatan kebijakan, tergantung pada tipe masalah yang dihadapi klien yang dibantunya.
Tabel 1. Tahapan dalam proses pembuatan kebijakan
FASE KARAKTERISTIK
ILUSTRASI PENYUSUNAN
AGENDA Para pejabat yang dipilih dan
diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak
masalah tidak disentuh sama sekali,
sementara lainnya
ditunda untuk waktu lama. Legislator
negara dan
kosponsornya menyiapkan
rancangan undang-undang
mengirimkan ke
Komisi Kesehatan
dan Kesejahteraan
untuk dipelajari dan disetujui. Rancangan berhenti di komite dan
tidak terpilih. FORMULASI
KEBIJAKAN Para
pejabat merumuskan
alternatif kebijakan
untuk mengatasi masalah. Alternatif
kebijakan melihat
perlunya membuat
perintah eksekutif,
keputusan peradilan,
dan tindakan legislatif.
Peradilan Negara
Bagian mempertimbangkan
pelarangan penggunaan
tes kemampuan
standar seperti SAT dengan alasan
bahwa tes
tersebut cenderung
bias terhadap
perempuan dan minoritas. ADOPSI
KEBIJAKAN Alternatif
kebijakan yang
diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsesus
diantara direktur lembaga, atau keputusan peradilan.
Dalam keputusan
Mahkamah Agung pada kasus Roe. V. Wade
tercapai keputusan
mayoritas bahwa wanita mempunyai hak
untuk mengakhiri
kehamilan melalui aborsi.
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan
oleh unit-unit
administrasi yang
memobilisasikan sumberdaya
finansial dan manusia. Bagian
Keuangan Kota
mengangkat pegawai
untuk mendukung
peraturan baru
tentang penarikan pajak kepada rumah sakit yang tidak lagi
memiliki status
pengecualian pajak
PENILAIAN KEBIJAKAN
Unit-unit pemeriksaan
dan akuntasi dalam pemerintahan
menentukan apakah
badan- badan eksekutif legislatif, dan
peradilan memenuhi persyaratan undang-undang
dalam pembuatan
kebijakan dan
pencapaian tujuan. Kantor akuntasi publik memantau
program-program kesejahteraan
sosial seperti bantuan untuk keluarga dengan anak tanggungan
AFDC untuk
menentukan luasnya penyimpangankorupsi.
2.5. Respon