Kesesuaian Peraturan Dengan Pelaksanaan di Desa Jugalajaya

kebenaran lokasi dan volume kayu yang akan diangkut. Beberapa pejabat penerbit SKAU mengatakan bahwa hal ini terjadi karena kendala waktu dan lokasi yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya pemeriksaan. Pemohonpengusaha mengatakan bahwa setiap izin penerbitan SKAU dikenakan administrasi sebesar Rp. 30.000 untuk sekali penerbitan. Hal ini dikarenakan mengacu pada Peraturan Desa Jugalajaya Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor Nomor 01 Tahun 2010 tentang anggaran pendapatan dan belanja desa tahun anggaran 2010. Waktu yang dibutuhkan untuk mengurus penerbitan blanko SKAU tersebut kurang lebih 20 menit. Alur penerbitan SKAU di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Tata cara penerbitan dokumen SKAU di lapangan.

5.3. Kesesuaian Peraturan Dengan Pelaksanaan di Desa Jugalajaya

Penerapan penerbitan dokumen SKAU di lapangan tidak sesuai dengan tata cara yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat penerbit SKAU, kegiatan cek lokasi dan bukti kepemilikan, serta pengukuran dan penetapan jenis tidak dilakukan. Hal ini terjadi karena alasan kendala waktu yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya kegiatan tersebut. Pada kenyataannya, pejabat penerbit tidak melakukan pemeriksaan dan pengukuran bukan karena kendala waktu, tetapi karena tidak adanya biaya yang diberikan sehingga mereka tidak berinisiatif untuk melakukan kegiatan tersebut. Penjelasan lebih lanjut mengenai kesesuaian peraturan dengan pelaksanaan di lapangan dapat dilihat pada Tabel 7. Penerbitan SKAU Pemohonpemilik kayu membawa daftar kayu bulatolahan Pengesahan Oleh Kepala Desa Penerbit SKAU Pengangkutan kayu Administrasi Rp. 30.000 Tabel 7 Kesesuaian peraturan dengan pelaksanaan di Desa Jugalajaya Aspek Kajian Ketentuan Permenhut Fakta di Lapangan Permenhut No.P.512006 Pasal 6 Ayat 1 Dalam penerbitan SKAU, Kepala Desa wajib melakukan pemeriksaan atas kebenaran asal usul hasil hutan kayu dan kepemilikannya yaitu dengan mengecek dan memastikan bahwa hasil hutan kayu tersebut berasal dari lokasi yang benar yang dibuktikan dengan adanya alas titelhak atas tanah sebagaimana dimaksud Pasal 2. Kegiatan cek lokasi, bukti kepemilikan, dan penetapan jenis tidak dilakukan karena tidak adanya biaya untuk kegiatan tersebut. Permenhut No.P.512006 Pasal 6 Ayat 2 Sebelum menerbitkan SKAU, Kepala Desa melakukan pengukuran atas kayu yang akan diangkut, dan dalam pelaksanaannya dapat menunjuk salah satu aparatnya. Kegiatan pengukuran tidak dilakukan, karena tidak adanya biaya untuk kegiatan tersebut. Permenhut No.P.512006 Pasal 7 Ayat 1 Penerbitan SKAU dilakukan dengan menggunakan blanko SKAU sesuai dengan format yang telah ditetapkan. Blanko SKAU tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan, desa membuat blanko SKAU sendiri karena dengan menggunakan blanko SKAU desa, lebih simpel dan tanpa harus adanya laporan ke dinas kehutanan. Permenhut No.P.512006 Pasal 9 Ayat 1 Kepala Desa setiap bulannya wajib melaporkan penerbitan SKAU kepada Kepala Dinas KabupatenKota. Kepala Desa tidak melaporkan penerbitan SKAU, karena desa tidak menggunakan blanko SKAU provinsi. Permenhut No.P.332007 Pasal 4 Ayat 2 Jenis-jenis kayu bulat atau kayu olahan rakyat yang pengangkutannya menggunakan dokumen SKAU adalah sebagaimana yang tercantum dalam lampiran Peraturan ini. Jenis kayu rakyat yang pengangkutannya menggunakan dokumen SKAU tidak sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan, misalnya: jenis kayu yang dalam pengangkutannya hanya cukup dengan menggunakan nota yang diterbitkan penjual seperti kayu afrika, nangka, mangga, kecapi, kelapa, pulai gading, kemang, bambu, jengkol, dan kapuk pada kenyataannya di lapangan tetap dimasukkan ke dalam dokumen SKAU. Permenhut No.P.332007 Pasal 5 Ayat 1 SKAU diterbitkan oleh Kepala DesaLurah atau pejabat setarapejabat lain di desa tersebut dimana hasil hutan kayu tersebut akan diangkut. Masih ditemukan SKAU yang diterbitkan oleh kepala desa yang bukan desa dimana kayu tersebut berasal. Blanko dokumen SKAU di Desa Jugalajaya tidak sesuai dengan blanko dokumen SKAU yang diterbitkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi. Alasan pejabat desa menggunakan blanko SKAU desa adalah karena akses desa yang jauh dengan dinas kehutanan kabupaten, sehingga pejabat desa enggan untuk meminta blanko SKAU dari dinas kehutanan. Selain akses desa yang jauh ke kota, jaringan komunikasi agak sulit sehingga desa membuat blanko SKAU sendiri. Pada kenyataannya, pejabat desa membuat blanko SKAU sendiri karena dengan menggunakan blanko SKAU desa, lebih simpel dan tanpa harus adanya laporan ke dinas kehutanan. Dalam Permenhut Nomor P.33Menhut-II2007 Pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa jenis-jenis kayu bulat atau kayu olahan rakyat yang pengangkutannya menggunakan dokumen SKAU ada 21 jenis, tetapi pada kenyataanya di lapangan, jenis kayu yang pengangkutannya menggunakan dokumen SKAU menjadi tidak sesuai. Hal ini dikarenakan dokumen SKAU yang diterbitkan oleh desa, berbeda dengan dokumen SKAU dari dinas kehutanan provinsi. Selain itu, dalam Permenhut Nomor P.33Menhut-II2007 Pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa SKAU diterbitkan oleh Kepala DesaLurah atau pejabat setarapejabat lain di desa tersebut dimana hasil hutan kayu tersebut akan diangkut. Namun, kenyataan yang ditemukan di lapangan, tidak jarang SKAU diterbitkan oleh kepala desa yang bukan desa dimana kayu tersebut berasal. Hal ini biasanya terjadi bila blanko SKAU di desa bersangkutan sudah habis dan kepala desa sedang berhalangan, sehingga untuk penerbitan SKAU dilimpahkan pada kepala desa lain. Selain itu tengkulak juga biasanya ketika dalam pengangkutan kayu yang akan diangkut belum memenuhi target muatan, tengkulak tidak mengurus SKAU di desa tersebut, dan melanjutkan pembelian kayu di desa lainnya dan ketika target muatan telah tercapai, maka barulah tengkulak mengurus SKAU. Dampak dari permasalahan tersebut yaitu, data dan informasi mengenai produksi kayu rakyat dan potensi kayu rakyat dari desa dimana SKAU tersebut diterbitkan menjadi tidak relevan. 5.4. Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Jugalajaya 5.4.1. Kelompok Tani Hutan