3.4. Strategi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu suatu pendekatan yang biasanya digunakan untuk
mengamati gejala sosial dan memfokuskan diri pada suatu kejadian events dan proses interaksi interactive processes. Penelitian kualitatif disebut verstehen
pemahaman mendalam karena mempertanyakan makna suatu objek secara mendalam dan tuntas Irawan 2006. Focus kejadian yang diamati adalah sebuah
produk kebijakan berupa SK Menhut No. P.332007 dan sekaligus proses interaksinya dalam hal ini adalah bagaimana respon pelaku usaha hutan rakyat dan
para pihak terkait stakeholders terhadap implementasi kebijakan SKAU.
3.5. Metode Penentuan Responden
Metode yang digunakan dalam menentukan responden adalah Purpossive Sampling Method. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 45 responden.
Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan responden yaitu mereka yang diduga memiliki pengetahuan tentang Permenhut tersebut dan pihak yang di-
anggap terlibat dalam penggunaan SKAU. Rincian responden yang diwawancarai meliputi 5 orang pejabat dinas kehutanan, 5 orang pejabat desa, 5 orang
tengkulakpengusaha kayu hutan rakyat, dan 30 orang petani hutan rakyat. Adapun pemilihan responden yang akan diwawancarai adalah sebagai berikut :
1. Petani hutan rakyat : Sebagai pemilik kayu hutan rakyatpemohon SKAU.
2. Tengkulak : Sebagai pembeli kayu yang berasal dari hutan
rakyatpemohon SKAU. 3.
Pengusahasawmill :
Sebagai tempat
menampung dan
menyimpanmengolah kayu hutan rakyatpemohon SKAU. 4.
Kepala DesaLurahPejabat Setara : Sebagai pejabat penerbit SKAU. 5.
Dinas Kehutanan : Sebagai pihak yang mengeluarkan petunjuk teknis Juknis dalam pelaksanaan penatausahaan hasil hutanmengatur
ketersediaan blanko SKAU.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data responden, proses adopsi implementasi kebijakan SKAU,
respon masyarakat atau petani serta stakeholders terkait terhadap implementasi kebijakan SKAU, dan permasalahan dalam pelaksanaan SKAU. Data sekunder
yang dikumpulkan adalah kondisi umum fisik daerah penelitian dan potensi hutan rakyat. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dan pengamatan
observasi secara langsung di lokasi penelitian. Data sekunder dikumpulkan dengan teknik mencatat data yang sudah ada di kantor kehutanan, perpustakaan
ataupun instansi terkait. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan
No. Variabel
Indikator Metode
Pengumpulan Sumber
Data Primer
1. Respon masyarakat
atau petani serta stakeholders terkait
terhadap implementasi
kebijakan SKAU Adanya informasi mengenai
proses tahapan adopsi terhadap kebijakan SKAU
5 Tahapan Adopsi : 1. Tahap Sadar
: Pelaku Hutan Rakyat HR
mengetahui SKAU 2. Tahap Minat
: Ada inovasi dan punya
informasi mengenai SKAU 3. Tahap Evaluasi
: Mulai mempertimbangkan untuk
menggunakan SKAU atau tidak
4. Tahap Percobaan
: SKAU mulai digunakan
5. Tahap Adopsi
: SKAU digunakan dan diterapkan
secara kontinu. Respon Pelaku Usaha :
Positif
: 5 tahapan adopsi dilakukan sesuai dengan
Peraturan tentang SKAU. Netral
: 5 tahapan adopsi dilakukan, tetapi tidak sesuai
dengan Peraturan tentang SKAU.
Negatif : Tahapan adopsi ke-
4 dan ke-5 tidak dilakukan. Wawancara dan
Observasi lapang Responden
2. Permasalahan dalam
pelaksanaan SKAU Adanya informasi mengenai
kendala dalam pelaksanaan SKAU
Wawancara dan Observasi lapang
Responden
Tabel 2 lanjutan
No. Variabel
Indikator Metode
Pengumpulan Sumber
Data Sekunder
1. Kondisi Umum fisik
Daerah Penelitian Terdapat data mengenai
Letak dan luas wilayah, topografi dan iklim, pola
penggunaan lahan, kependudukan
Studi literatur dan Observasi lapang
Kantor desa Kecamatan
2. Potensi Hutan
Rakyat Adanya data mengenai luas
hutan rakyat, potensi tegakan, realisasi kayu bulat
Studi literatur Kantor desa
Kecamatan Dinas
Kehutanan
Argumentasi penetapan kriteria respon pelaku usaha hutan Rakyat : 1.
Positif : tahapan adopsi dilakukan sesuai dengan Peraturan, artinya pelaksanaan SKAU di lokasi penelitian sesuai dengan ketentuan atau tata
cara yang tercantum pada Peraturan tentang SKAU. 2.
Netral : tahapan adopsi dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan Peraturan, artinya SKAU dilaksanakan di lokasi penelitian, tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan atau tata cara yang tercantum pada Peraturan tentang SKAU.
3. Negatif : tahapan adopsi ke-4 dan ke-5 tidak dilakukan, artinya pelaku
usaha mungkin saja melakukan tahapan adopsi ke-1 sampai ke-3 atau mungkin saja tidak juga melakukan, tetapi untuk tahapan adopsi ke-4 dan
ke-5 tidak sama sekali dilaksanakan.
3.7. Metode Analisis Data