Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Taman Nasional

kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dengan luas kawasan menjadi 113.357 ha. Dengan beralih fungsinya kawasan hutan produksi menjadi taman nasional maka aturan yang ada didalamnya pun ikut berubah sesuai dengan aturan taman nasional. Kebijakan yang langsung berdampak pada aktivitas masyarakat adalah adanya pembatasan akses dalam pemanfaatan hutan. Perubahan kebijakan di sisi lain memberikan sumbangan yang cukup besar dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat meskipun bertentangan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga untuk mencapai pengelolaan hutan yang lestari diperlukan adanya kerjasama antar berbagai pihak yaitu pemerintah dan pengelola TNGHS sebagai pembuat kebijakan juga masyarakat yang tinggal disekitar hutan yang akan memberikan dampak baik positif maupun negatif. Hal ini tergantung dari sejauh apa kebijakan dan aturan yang dibuat oleh pemerintah khususnya TNGHS berkontribusi terhadap pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNGHS. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian mengenai pengetahuan masyarakat tentang konservasi dan pengaruhnya terhadap aktivitas-aktivitas pemanfaatan masyarakat seperti budidaya pertanian, menebang pohon, mengambil kayu bakar, dan mengambil rumput. Aktivitas masyarakat tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Penelitian ini penting dilakukan karena pengetahuan tentang konservasi dapat membantu masyarakat maupun pengelola TNGHS untuk menentukan cara yang harus dilakukan agar pengelolaan TNGHS dapat berjalan dengan baik, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar tanpa harus merusak kawsan konservasi.

1.2 Perumusan Masalah

Fokus penelitian ini adalah menggali pengetahuan masyarakat tentang konservasi yang terwujud dalam larangan-larangan yang ada di dalam masyarakat dan pengaruhnya terhadap aktivitas-aktivitas pemanfaatan masyarakat seperti budidaya pertanian, menebang pohon, mengambil kayu bakar, dan mengambil rumput. Aktivitas masyarakat tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Di sisi lain status kawasan sebagai taman nasional membatasi akses masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut karena dinilai dapat merusak hutan. Oleh karena itu, perlu mengkaji secara lebih mendalam pengetahuan masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan dalam pengelolaan kawasan TNGHS.

1.3 Tujuan

a. Mendeskripsikan pengetahuan masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan dalam pengelolaan TNGHS. b. Mendeskripsikan bentuk-bentuk pemanfaatan kawasan konservasi pada TNGHS.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi TNGHS dalam menentukan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan hutan b. Sebagai bahan acuan untuk bahan penelitian selanjutnya di bidang Kehutanan Masyarakat yang berkaitan dengan pengetahuan lokal masyarakat II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahun, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi alam Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 1998. Dalam SK Menteri Kehutanan No. 435kpts-II89 memuat ketentuan Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi terdiri dari zona inti, zona penyangga, zona pemanfaatan serta zona-zona lain yang dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekeasi dan pendidikan. Meningkatkan pengelolaan kawasan hutan konservasi alam secara terpadu dalam bentuk Taman Nasional dalam rangka mewujudkan pemeliharaan, perlindungan, pengawetan, dan pelestarian manfaat sumber daya alam hutan baik barang maupun jasa, secara terpadu, selaras, seimbang dan lestari. Salah satu bentuk hutan konservasi dikelola Taman Nasional yang merupakan kawasan pelestarian alam dengan pengelolaan berdasarkan zonasi. Taman Nasional melakukan zonasi untuk menentukan zona mana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk rekreasi, pendidikan, penelitian, dan penunjang budidaya biasanya dinamakan zona pemanfaatan dan zona mana yang benar-benar dijaga untuk kelangsungan seluruh komponen kehidupan. Zona yang dijaga tersebut biasanya disebut dengan zona inti. Agar tidak terjadi kontak langsung yang merugikan, antara zona inti dengan zona pemanfaatan pun terdapat zona penyangga Harmita 2009. Dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 disebutkan bahwa suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami. b. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami. c. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh. d. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan e. Sebagai pariwisata alam. f. Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri. Kawasan ekosistem Halimun merupakan satu-satunya kawasan di Pulau Jawa bagian barat yang masih memiliki kekayaan ekosistem hutan hujan tropis, yang juga merupakan salah satu penyanggapendukung penting sistem kehidupan mengingat fungsinya sebagai kawasan resapan air water-catchment area, terutama yang berhubungan dengan ketersediaan sumber daya air di tiga propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Propinsi Banten. Kekayaan lainnya adalah kandungan bahan tambang yang bernilai ekonomi tinggi seperti emas, bentonit, kapur, dan lain-lain yang dilirik dan diperebutkan banyak pihak sehingga menimbulkan konflik multipihak RMI 2009.

2.2 Masyarakat Sekitar Hutan

Dokumen yang terkait

Jenis Sumberdaya Taman Nasional Gunung Halimun yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Kiasari Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 15 76

Implikasi Modal Sosial Masyarakat Terhadap Pengelolaan Taman Nasional (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun Salak

3 59 247

Relasi Geder dalam Pemilikan dan Penguasaan Sumberdaya Agraria (Kasus Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

0 16 375

Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat: studi kasus kampung citalahab Sentral-Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 28 83

Strategi Komunikasi Pemasaran kawasan ekowisata berbasis masyarakat (kasus: Taman Nasional Gunung Halimun Salak)

2 19 310

Analisis Dampak Perluasan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi (Studi Kasus di Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat)

2 18 275

Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

1 11 167

Analisis Kelembagaan Masyarakat Adat Kasepuhan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Hutan (Studi Kasus Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug Taman Nasional Gunung Halimun-Salak)

4 23 250

Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak oleh Masyarakat Sekitar

0 11 46

Persepsi Masyarakat Tentang Layanan Ekosistem Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

0 1 36