mensejahterakan masyarakat yang merupakan salah satu bagian penting dalam pengelolaan hutan dan bagian dari ekosistem hutan Fenny 2009.
Menurut Mainawati 2004 pengelolaan hutan tidak hanya dilaksanakan oleh pemerintah melainkan memerlukan peran aktif dari masyarakat yang bisa
berfungsi sebagai kontrol sosial. Pengalaman menunjukkan bahwa adanya akses masyarakat lokal terhadap
pemanfaatan hutan dan terhadap proses perumusan kebijakan akan mengurangi banyak permasalahan dalam pengelolaan hutan. Namun dalam prakteknya, terjadi
bias yang sangat besar antara pihak stakeholders yang berkepentingan terhadap hutan. Pengakuan akses masyarakat jarang diterapkan dilapangan dan persoalan
malahan bertambah oleh anggapan mengenai rendahnya tingkat pendidikan masyarakat lokal, kelembagaan lokal yang tidak berkembang, dan diabaikannya
isu-isu budaya lokal oleh para perencana pembangunan. Meskipun interaksi saling menguntungkan antara hutan dan masyarakat tersebut dapat dijumpai di banyak
tempat dan dalam berbagai karakter masyarakat lokal, kesempatan yang tersedia bagi berkembangnya praktek-praktek pengelolaan hutan di tingkat lokal amatlah
sempit, bila tak bisa disebut tidak ada sama sekali Faisal dan Maskanah 2000.
2.3 Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Dalam konteks sumberdaya hutan menurut Suharjito et al. 2000 pengelolaan hutan berbasis masyarakat PHBM adalah sistem pengelolaan hutan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok suatu komunitas, pada lahan negara, lahan komunal, lahan adat atau lahan milik individualrumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga dan masyarakat, serta diusahakan secara komersial ataupun subsisten.
PHBM merupakan suatu instrumen untuk mencapai tujuan pengelolaan hutan yaitu kelestarian hutan, keseimbangan ekologis dan kesejahteraan
masyarakat. Dengan kata lain adalah suatu kondisi dimana kepentingan para pihak dapat terpenuhi. Kegiatan pengelolaan hutan oleh masyarakat bermitra dengan
perusahaan HTI memiliki kelebihan antara lain masyarakat mendapat bimbingan teknis, bantuan modal, jaminan kesempatan kerja dan kepastian pemasaran
kayunya Helmi 2004.
2.4 Pengetahuan Masyarakat
Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa
digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam
keputusan. Pengetahuan merupakan keluaran dari proses pemahaman dan
interpretasi yang masuk akal. Namun pegetahuan bukanlah merupakan kebenaran yang bersifat mutlak. Pengetahuan sendiri tidak mengarah ke suatu tindakan
nyata. Sunaryo dan Joshi 2003, diacu dalam Asiah 2009. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengematan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seorang menggunakan indera atau akal budinya untuk menggali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya Arafah 2002, diacu dalam Asiah 2009.
2.5 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
Widada 2006 mengatakan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui tiga kegiatan pokok, yaitu:
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya 3.
Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian