Daerah. Undang Undang ini terdiri dari 6 pasal kendatipun dibuat oleh pembentuk Undang Undang namun sifatnya serba darurat karena fokus negara pada waktu itu
masih berkonsolidasi
dan memusatkan
kekuatan untuk
mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan.
55
Undang Undang ini memposisikan KND sebagai Badan Legislatif Daerah yang dipimpin oleh Kepala Daerah sedangkan secara struktural KND dipimpin oleh
Kepala Daerah yang tugasnya menjalankan pemerintahan sehari-hari. Pengawasan secara intenal dilaksanakan oleh lembaga itu sendiri yang secara teknis
mempergunakan struktur internal sebagai bagian dari mekanisme Pemerintahan Daerah.
2. Pengawasan Preventif dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 Tentang Pemerintahan Daerah
Pola hubungan antara Pemerintahan Pusat-Daerah yang lebih menekankan pada Negara Kesatuan dapat dicermati dari ketentuan tentang pengawasan yang
secara eksternal dimiliki oleh Pemerintahan Pusat. Dalam kaitan ini, dinyatakan bahwa segala putusan Dewan Pemerintahan Daerah Provinsi yang merupakan
legitimasi otoritas kekuasaan di Provinsi tidak dapat dilaksanakan kecuali setelah memperoleh pengesahan dari Presiden selaku pemegang kekuasaan Pusat.
Mekanisme pengawasan sebagaimana dinyatakan diatas, merupakan bentuk komitmen birokratis pemerintahan di dalam Negara Kesatuan. Kontrol dari
pemerintah tingkat atasnya secara berjenjang diterapkan dengan konsisten sebagai
55
Ridwan, Hukum Administrasi Di Daerah, Yogyakarta: FH UII Press, 2009, hal. 127.
Universitas Sumatera Utara
bagian dari komitmen Negara Kesatuan yang telah ditetapkan sebagai bentuk negara. Hal demikian dapat dimaknai bahwa sebenarnya kedudukan Daerah adalah bawahan
Pusat yang senantiasa dapat melakukan kontrol terhadap kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah sebagai manisfestasi dari kekuasaan yang dimilikinya.
Secara normatif, bentuk pengawasan sebagaimana dikontruksikan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 dikenal sebagai bentuk pengawasan preventif.
Karakter dari bentuk pengawasan ini adalah: 1.
Pemerintah Pusat merupakan organ yang mempunyai otoritas untuk melakukan kontrol atas produk hukum yang dibuat oleh Pemerintah
Daerah. 2.
Ada penetapan batas waktu tertentu untuk menentukan sikap menolak atau melegitimasi produk hukum.
3. Ada mekanisme pengajuan keberatan atas utusan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat berkenaan dengan produk hukum Pemerintah Daerah. 4.
Ada tenggang waktu atas penolakan yang mengiringi mekanisme keberatan dan sikap Pemerintah Pusat.
Dalam hal pengawasan secara internal oleh Pemerintahan Daerah
sendiri,ketentuan pasal 26 ayat 1 Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 menyatakan bahwa Kepala Daerah mengawasi pekerjaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
Dewan Pemerintah Daerah berhak menahan dijalankannya putusan-putusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah bila dipandang putusan-
putusan itu bertentangan dengan kepentingan umum .... dan seterusnya. Secara normatif pengawasan internal-sebagai bentuk pengawasan secara kelembagaan
didalam intern Pmerintahan Daerah itu-dikenal sebagai pengawasan represif. Dengan demikian Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 mengenal dua bentuk pengawasan
Universitas Sumatera Utara
dalam sistem pemerintahan di Daerah yaitu pengawasan preventif dan pengawasan represif. Kedua pengawasan ini diatur secara konkret didalam Undang-Undang
tersebut sebagaimana tercermin didalam pasal-pasalnya.
56
Sebagaimana disampaikan bahwa bentuk pengawasan represif dalam Undang- Undang No. 22 Tahun 1948 tekhnisnya adalah penangguhan atau pembatalan. Hal ini
dinyatakan pada ketentuan 42 Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 yang menyatakan bahwa:
57
1. Putusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah,
jikalau bertentangan dengan kepentingan umum, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah atau Peraturan Daerah yang lebih tinggi tingkatannya dapat
ditunda atau dibatalkan, bagi propinsi oleh Presiden dan bagi lain-lain daerah oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atas.
2. Putusan penundaan atau pembatalan diberitahukan dalam waktu 15 hari
sesudah putusan itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau kepada Dewan Pemerintah Daerah yang bersangkutan disertai dengan alasan-
alasannya.
3. Lamanya tempo penundaan disebutkan dalam surat ketetapan dan tidak boleh
lebih dari 6 bulan. 4.
Apabila dalam waktu 6 bulan karena penundaan itu tidak ada putusan pembatalan maka putusan daerah itu dipandang berlaku.
Pemerintah Pusat dalam kedudukan ini adalah sebagai organ yang mempunyai kekuasaan yang direfleksikan pada kewenangan teknis yang diatur dalam Undang-
Undang itu untuk menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Teknisnya adalah dalam bentuk pengawasan yang bersifat preventif eksternal dan
pengawan yang bersifat represif internal tersebut. Secara praktis kendatipun Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 itu sudah dirumuskan dalam bentuk yang jauh
56
Suriansyah Murhani, Aspek Hukum Pengawasan Pemerintah Daerah, Palangkaraya: Agvenda, 2008, hal. 17
57
Ibid
Universitas Sumatera Utara
lebih rinci dan operasional namun tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Sebagaimana disampaikan penyebabnya adalah masih belum mapannya keadaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada waktu itu karena harus memusatkan potensinya untuk diplomasi mengukuhkan kemerdekaan yang diproklamasikan Tahun
1945, diplomasi itu baru berhasil secara sempurna dan memperoleh kedaulatan penuh pada tahun 1959 ketika Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat
R.I.S.
3. Pengawasan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah