7. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah di Daerah dan Proses Kelahirannya Selama masa pemerintahan Orde Baru, hampir seluruh aspirasi dari daerah tidak
mendapatkan saluran yang memadai di Pusat. Pembangunan di daerah lebih banyak ditentukan prakarsanya oleh Pusat, daerah “wajib” untuk melaksanakannya.
Hubungan kewenangan antara Pusat dan Daerah selayaknya hubungan antara atasa dengan bawahan. Pemberdayaan Pusat terhadap Daerah hampir tidak nampak.
48
Dalam bidang politik, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah “dimandulkan” hak dan wewenangnya oleh undang-undang karena kewenangan yang diberikan
kepadanya bersifat semu. DPRD tidak berwenang memilih kepala daerah tetapi hanya memilih bakal calon kepala daerah, yang berwenang memilih adalah Presiden, karena
hal itu merupakan hak prerogatif presiden. Konsekuensinya, kepala daerah tidak bertanggung jawab kepada DPRD tetapi kepada presiden, kepada DPRD hanya
memberikan keterangan pertanggungjawaban. Sehingga hampir tidak pernah terdengar adanya “ketegangan” yang berarti antara Kepada Daerah dengan DPRD
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena DPRD tidak dapat menjatuhkan Kepala Daerah.
49
DPRD juga menjadi bagian dari pemerintahan daerah eksekutif, dan bukan sebagai lembaga legislatif daerah. Akibatnya, DPRD hanya dijadikan justifikasi atas
berbagai keinginan kepala daerah. Peraturan Daerah Raperda oleh DPRD, karena pada akhirnya pemerintah yang lebih tinggi akan mengesahkannya Gubernur untuk
48
Ni’Matul Huda, Pengawasan Pusat Terhadap Daerah,......Op. Cit, Hal. 68.
49
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Perda Tingkat I; dan Menteri Dalam Negeri untuk Perda Tingkat II yang dipahami sebagai pengawasan preventif. Pengawasan ini dipandang sebagai langkah intervensi
pemerintah pusat terhadap aspirasi daerah, karena dari awal aspirasi itu bisa terpotong oleh kepentingan pusat yang mungkin tidak selaras dengan kepentingan daerah.
50
Mengiringi lahirnya reformasi politik di tahun 1998, MPR telah mengeluarkan Ketetapan MPR RI No. XVMPR1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Kesatuan RI, yang
mengisyaratkan secara tegas penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada Daerah
secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan
Pusat dan Daerah. Disamping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan
serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
8. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah