BAB III KEWENANGAN GUBERNUR DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH A.
Kewenangan Pembinaan dan Pengawasan Pada Biro Hukum Setda Provinsi Sumatera Utara
1. Kewenangan Pembinaan Dan Pengawasan
Dalam rangka pemberdayaan otonomi daerah, Pemerintah berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaran Pemerintah daerah
sebagaimana diamanatkan dalam pasal 217 dan 218 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pembinaan dan pengawasan yang
dilakukan dimaksudkan agar kewenangan daerah otonom dalam menyelenggarakan desentralisasi tidak mengarah kepada kedaulatan, disamping Pemerintahan Daerah
merupakan Sub Sistem dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, dan secara implisit pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintahan daerah merupakan
bagian integral dari sistem penyelenggaraan negara, maka harus berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Berkaitan dengan pengawasan, dalam Pasal 217 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 diatur pengawasan dilakukan dengan pembinaan. Namun, pengawasan yang dikehendaki lebih ditekankan pada pengawasan efektif dengan tujuan untuk
lebih memberikan kebebasan pada daerah otonom dalam mengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, pembinaan lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi pemberdayaan daerah otonom berupa pemberian pedoman standar, arahan, pelatihan dan supervisi.
72
Berbeda dengan rumusan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menekankan pada model pengawasan, yang
secara substansial ada dua macam, yaitu pengawasan horizontal dan pengawasan vertikal, maka dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, model pengawasan
ditujukan pada pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan dan terhadap peraturan daerah yang keduanya dilakukan oleh instansi pusat, dalam hal ini
pemerintah pusat diwakili oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah di daerah setelah
berkoordinasi dengan instansi terkait.
73
Sementara dalam rangka pengawasan fungsional, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non departemen
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri di mana koordinasi tersebut meliputi perencanaan, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyangkut Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan daerah Kabupatenkota, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005, tentang Pedoman Pembinaan dan pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, dan ditindak lanjuti pula dengan Peraturan
72
Hari Sabarno, Untaian Pemikiran Otonomi Daerah Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa,
Jakarta: Sinar Grafika, 2008, Hal. 47
73
HAW Widjaja, Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, Hal. 172.
Universitas Sumatera Utara
Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan peraturan Kepala Daerah. Ketiga Peraturan perundang-undang ini secara tegas
memberikan kewenangan kepada Pemerintah Propinsi melaksanakan evaluasi Raperda dan klarifikasi Perda Sebagaimana disebutkan dalam pasal 39 ayat 3
Peraturan Pemerintahan Nomor 79 tahun 2005 yang menyatakan bahwa Gubernur
melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Daerah KabupatenKota dan rancangan
Peraturan Bupati Walikota tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Tata Ruang Daerah. Ditegaskan pula
pada ayat 4 bahwa evaluasi Rancangan Peraturan Daerah dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah dilakukan paling lambat 15 lima belas hari kerja setelah diterima
rancangan Peraturan Daerah atau Rancangan Peraturan BupatiWalikota. Untuk melakukan evaluasi terhadap rancangan Peraturan Daerah atau
Rancangan Peraturan BupatiWalikota, Gubernur membentuk Tim Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Untuk Evaluasi Rancangan Peraturan daerah Kabupaten
Kota di Sumatera Utara. Berdasarkan teori, ada 3 macam kewenangan, yaitu:
a. Kewenangan Atribusi, adalah suatu wewenang oleh rakyat melalui wakilnya di
parlemen kepada Pemerintah atau pemberian kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan. Pemberian wewenang tersebut dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan baik ditingkat pusat maupun daerah. Dengan demikian pemberian wewenang tersebut berarti tindakan pemerintah menjadi sah dan secara
yuridis formal mempunyai kekuatan mengikat secara umum.
Universitas Sumatera Utara
b. Kewenangan Delegasi dan Mandat, yaitu kewenangan membentuk Peraturan
perundang-undangan yang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kewenangan ini bersifat sementara dalam arti bahwa
kewenangan tersebut dapat diselenggarakan sepanjang pelimpahan kewenangan masih ada
c. Kewenangan atas inisiatif Sendiri atau Bersifat Pilihan, yaitu kewenangan yang
muncul dari prakarsa sendiri dari masing-masing daerah, seiring dengan kebebasan dan kemandirian yang dimilikinya dan sesuai dengan potensi serta
kekhasan daerah.
74
2. Kewenangan Evaluasi dan Klarifikasi