dan  obyektif  antara  kewenangan  yang  dilimpahkan,  potensi  yang  dimiliki  dan kemampuan untuk melaksanakan.
59
4.  Pengawasan  dalam  Penetapan  Presiden  No.  6  Tahun  1959  Tentang Pemerintah Daerah
Sehubungan  dengan  penyelenggaraan  Pemerintahan  Daerah  pada  era Demokrasi  Terpimpin,  Pemerintah  mengeluarkan  Penetapan  Presiden  No.  6  Tahun
1959  tentang  Pemerintahan  Daerah  Disempurnakan.  Penetapan  Presiden  PenPres ini  lebih  memfokuskan  diri  pada  pola-pola  instruktif,  sesuai  dengan  kedudukan
presiden yang bersifat otoritatif atas kekuasaan di dalam Negara Republik Indonesia. Oleh  karena  sifat  yang  demikian,  maka  PenPres  ini  tidak  mengatur  tentang
pengawasan dan lebih menekankan pada pemusatan kekuasaan pada Presiden sebagai lembaga  yang  punya  otoritas  tertinggi  dalam  Negara  dan  untuk  itu  berwenang
mengambil keputusan atas berbagai hal dalam Negara, termasuk dalam mengatur dan mengelola pemerintahan daerah.
60
Berdasarkan  Pasal  21  Penpres  No.  6  Tahun  1959  dinyatakan  bahwa pengawasan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 tetap berlaku. Hal ini berarti
bahwa  dari  pemaknaannya  ada  pertentangan  mendasar.  Penetapan  Presiden  No.  6 Tahun  1959  yang  memusatkan  kekuasaan  pada  presiden  Secara  politis  diberi  label
demokrasi  terpimpin  sebagaimana  disebut  di  atas  memberikan  keluasaan  bahkan sebagai pengontrol tunggal adalah Pemerintah Pusat.
59
Ridwan, Op. Cit, hal. 56
60
Ibid, hal. 59.
Universitas Sumatera Utara
Kontekstualitas  atas  Penetapan  Presiden  No.  6  Tahun  1959  sebenarnya  lebih bersifat  sebagai  akomodasi  terhadap  kekosongan  hukum  sebagai  akibat  dari
pergesaran  atau  tepatnya  pergantian  sistem  politik.
61
Oleh  karena  itu  Penetapan Presiden  No.  6  Tahun  1959  ini  tidak  berlaku  secara  efektif.  Elemen-elemen  dalam
masyarakat  yang  merupakan  kekuatan  potensial  dalam  menggerakkan  roda pemerintahan  negara  lebih  banyak  dimanfaatkan  untuk  kepentingan  polittik  dan
sangat sedikit untuk membangun daerah melalui struktur hukumnya.
5.  Pengawasan  Dalam  Undang-Undang  No.  18  Tahun  1965  Tentang  Pokok- Pokok Pemerintahan Daerah
Secara struktural, manakala di dalam Undang-Undang sebelumnya dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dan
Dewan  Pemerintahan  Daerah  DPD,  maka  menurut  Undang-Undang  No.  18  Tahun 1965  yang  dimaksud  Pemerintah  Daerah  adalah  Kepala  Daerah  dan  Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Hal ini lebih mengedepankan kenyataan bahwa Dewan Pemerintahan Daerah  yang merupakan mekanisme pemerintahan  kolektif itu
tidak dapat berlangsung efektif karena silang sengketa internal.
62
Penyebutan  Kepala  Daerah  secara  tegas  dan  konkret  dalam  Undang-Undang No.  18  Tahun  1965  meletakkan  posisi  kepala  daerah  dengan  beban  tanggung  jawab
yang  merupakan  refleksi  dari  kekuasaaan  yang  besar  dalam  struktur  pemerintahan negara, khususnya Pemerintahan Daerah. Keberadaannya bukan saja merupakan alat
Pemerintahan  Pusat  yang  tidak  dapat  dijatuhkan  oleh  Dewan  Perwakilan  Rakyat
61
Suriansyah Murhani, Op. Cit, Hal. 25
62
Ridwan, Op. Cit, Hal. 60.
Universitas Sumatera Utara
Daerah,  namun  lebih  dari  itu,  pemaknaan  dari  konsep  pemerintahan  menunjukkan adanya  kemandirian  atas  berbagai  kebijakan  yang  dibuat  tergambar  bahwa  antara
Pemerintah  Pusat  dan  Pemerintah  Daerah  merupakan  dua  institusi  yang melaksanakan  pembagian  kekuasaan  secara  fungsional  dan  bukan  hubungan  atasan-
bawahan.
63
Di  bidang  pengawasan,  Undang-Undang  No.  18  Tahun  1965  lebih  rinci mengatur  tentang  pengawasan  tersebut.  Dinyatakan  bahwa  mekanisme  pengawasan
dalam  pelaksanaan  Undang-Undang  tersebut  terdiri  dari  pengawasan  preventif, refresif  dan  pengawasan  umum.  Ketiga  macam  pengawasan  ini  merupakan
mekanisme  pengawasan  yang  ideal  dimaksudkan  tidak  saja  sebagai  mekanisme kontrol  terhadap  berbagai  kebijakan  tetapi  juga  menjadi  semacam  penghubung
kooordinatif antara Pemerintah Pusat dengan Daerah. Secara  lebih  operasional,  Undang-Undang  No.  18  Tahun  1965  secara  tegas
telah  meletakkan  institusi  pemerintahan  secara  proporsional.  Instansi  yang sebelumnya  bernama  Dewan  Pemerintah  Daerah  diganti  dengan  “Kepala  Daerah”,
sehingga  pengawasan  terhadap  produk  hukum  yang  dibuat  oleh  Pemerintah  Daerah pun semakin konkret. Dalam hubungan ini Keputusan daerah tingkat II yang menurut
undang-undang  sebelumnya  diawasi  oleh  Kepala  Daerah  Tingkat  I,  dan  seterusnya lebih disederhanakan sehingga mecerminkan pengawasan yang efektif.
63
C. S. T Kansil dan Christine S.T Kansil, Op.Cit, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2008, Hal. 40.
Universitas Sumatera Utara
Tentang pengawasan preventif di dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 diatur  dalam  Pasal  78  dan  Pasal  79,  sedangkan  pengawasan  represif  diatur  dalam
Pasal 80. Inti dari mekanisme pengawasan itu adalah bahwa dengan Undang-Undang atau  Peraturan  Pemerintah  dapat  ditetapakan  bahwa  suatu  Keputusan  Daerah
mengenai  pokok-pokok  tertentu  tidak  berlaku  sebelum  disahkan  oleh  instansi  yang ada di atasnya dan secara konkret adalah:
a. Menteri Dalam Negeri untuk Keputusan Daerah Tingkat I;
b. Kepala Daerah Tingkat I untuk Keputusan Daerah Tingkat II dan
c. Kepala Daerah Tingkat II untuk Keputusan Daerah Tingkat III.
Adapun  tentang  Pengawasan  preventif,  erat  kaitannya  dengan  pengawasan umum  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  pusat,  yang  untuk  di  daerah  dilakukan  oleh
Kepala  Daerah  sebagai  alat  pemerintah  pusat.  Oleh  karena  itu  suatu  Keputusan Daerah  termasuk  Peraturan  Daerah  yang  telah  ditetapkan  oleh  Dewan  Perwakilan
Rakyat  Daerah  juga  harus  ditanda  tangani  oleh  Kepala  Daerah  yang  bersangkutan. Dengan  demikian  harus  ada  bentuk  kerjasama  yang  harmonis  antara  Kepala  Daerah
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
6. Pengawasan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah di Daerah dan Proses Kelahirannya
Pengawasan  yang  diterapkan  di  dalam  Undang-Undang  No.  5  Tahun  1974 sebenarnya  dapat  dinyatakan  tidak  mengalami  perubahan  dari  Undang-Undang
sebelumnya.  Di  dalam  Undang-Undang  ini  dikedepankan  pengawasan  preventif, pengawasan  represif,  dan  pengawasan  umum.  Letak  perbedaan  yang  menonjol
kalaupun itu disebut sebagai perbedaan adalah di dalam hal objek pengawasan. Kalau
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya objek pengawasan ditujukan kepada berbagai institusi yang secara teknis menjadi  dasar  penyelenggaraan  pemerintahan  di  daerah  maka  menurut  Undang-
Undang No. 5 Tahun 1974 yang menjadi objek pengawasan adalah Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Dengan demikian pengawasan lebih ditekankan pada
produk hukum yang dibuat oleh daerah sebagai penjabaran atas kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat.
64
Penerapan  pola  pengawasan  preventif  terhadap  produk  hukum  daerah, dilaksanakan  dengan  kinerja  tertentu  bahwa  suatu  peraturan  daerah  ataupun
keputusan  kepala  daerah  harus  memperoleh  pengesahan  terlebih  dahulu  sebelum diberlakukan kepada masyarakat di daerah yang bersangkutan. Pengawasan demikian
dinilai  jauh  lebih  efektif  jika  dibandingkan  dengan  pengawasan  yang  sumber  atau objeknya pada kinerja pemimpin daerah  yang secara kuantitatif sulit diperoleh tolak
ukurnya. Undang-Undang  No.  5  Tahun  1974  menyebut  pengesahan  sebagai  wujud
pengawasan preventif. Hal ini bermakna luas karena produk hukum daerah yang telah dibuat dengan susah payah tidak dapat begitu saja diberlakukan. Masih memerlukan
waktu tunggu yang tidak dibatasi berapa lama untuk memperoleh pengesahan. Di  dalam  mekanisme  pengawasan,  Undang-Undang  No.  5  Tahun  1974  ini
juga  memuat  ketentuan  yang  lebih  rinci.  Pengawasan  yang  diterapkan  dapat digolongkan  sebagai  pengawasan  preventif  atau  pengawasan  eksternal.  Sebagai
64
Irawan  Soetjito, Pengawasan Terhadap Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1983, Hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
penjabaran  dari  mekanisme  pengawasan  dimaksud  dapat  dicermati  sebagai  suatu pedoman atau yang dapat dijadikan pedoman bagi Kepala Daerah. Pedoman ini juga
dipandang sebagai batasan yang riil dapat dijadikan sebagai dasar tentang bagaimana kewajiban Kepala Daerah di dalam memberikan pertanggung jawaban kepada Dewan
Perwakilan rakyat Daerah.
65
Mekanisme  pengawasan  dalam  Undang-Undang  No.  5  Tahun  1974  telah meletakkan  posisi  pemerintah  pusat  sebagai  pemegang  otoritas  Negara  Kesatuan
Republik  Indonesia.  Di  dalam  pelaksanaan  adminstrasi  pemerintahan,  hal-hal  yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah adalah menjabarkan ketentuan tersebut di
dalam  Peraturan  Daerah.  Hal  itupun  harus  memperoleh  pengesahan  yang  dapat disebut  sebagai  mekanisme  kontrol  oleh  Pemerintah  pusat  terhadap  kebijakan  yang
dibuat oleh Pemerintah Daerah.
7.  Pengawasan  Dalam  Undang-Undang  No.  22  Tahun  1999  Tentang Pemerintahan Daerah