penjabaran dari mekanisme pengawasan dimaksud dapat dicermati sebagai suatu pedoman atau yang dapat dijadikan pedoman bagi Kepala Daerah. Pedoman ini juga
dipandang sebagai batasan yang riil dapat dijadikan sebagai dasar tentang bagaimana kewajiban Kepala Daerah di dalam memberikan pertanggung jawaban kepada Dewan
Perwakilan rakyat Daerah.
65
Mekanisme pengawasan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 telah meletakkan posisi pemerintah pusat sebagai pemegang otoritas Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Di dalam pelaksanaan adminstrasi pemerintahan, hal-hal yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah adalah menjabarkan ketentuan tersebut di
dalam Peraturan Daerah. Hal itupun harus memperoleh pengesahan yang dapat disebut sebagai mekanisme kontrol oleh Pemerintah pusat terhadap kebijakan yang
dibuat oleh Pemerintah Daerah.
7. Pengawasan Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah
Berdasarkan ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tersebut sebenarnya ada berbagai macam bentuk pengawasan. Berbagai
pengawasan dimaksud pada dasarnya tergantung dari mana sudut pandang dilakukan. Dalam hal ini bisa dipandang dari sudut waktu, jenis pengawasan atau kompentensi
pengawasnya. Hal-hal demikian menjadi diversifikasi pengawasan khususnya dari pusat kepada daerah menjadi bermacam-macam.
65
NiāMatul Huda, Problematika Pembatalan Peraturan Daerah, Yogyakarta: FH UII Press, 2010, Hal. 113.
Universitas Sumatera Utara
Dipandang dari sudut waktu pada saat pengawasan dilakukan, dihubungkan dengan jenis pengawasan maka dapat dibedakan antara pengawasan preventif dan
pengawasan refresif. Dalam hal ini, dilakukan pengawasan preventif apabila pengawasan itu dilaksanakan sebelum dikeluarkannya suatu peraturan atau keputusan
oleh pemerintah atas pemberlakuan produk hukum pemerintah daerah. Dengan demikian pemerintah daerah telah membuat suatu kebijakan terlebih dahulu sebelum
mendapat pengesahan dari pemerintah, Sedangkan yang dimaksud pengawasan represif adalah pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkannya peraturan atau
keputusan yang dibuat oleh pemerintah pusat atau produk hukum daerah. Peraturan biasanya bersifat mengatur sedangkan keputusan biasanya beranjak dari permintaan,
khususnya untuk memberikan penilaian terhadap produk hukum daerah tertentu.
66
Membandingkan dengan Undang-Undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 maka kedua jenis pengawasan itu juga ada. Sama halnya dengan
Undang-Undang sebelumnya juga mengatur jenis pengawasan yang sama. Normatifnya, di dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 hanya dikenal satu
bentuk pengawasan terhadap Pemerintah Daerah yaitu pengawasan represif. Sedangkan untuk pengawasan preventif tidak dinyatakan atau tidak dijadikan sebagai
dasar dalam melakukan pengawasan oleh Pusat terhadap Daerah. Lebih lanjut hal ini dapat dicermati dalam penjelasan Undang-Undang tersebut yang menyatakan bahwa
66
Suriansyah Murhani, Op. Cit, Hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 lebih menekankan pada pengawasan yang sifatnya represif.
67
Pada aspek pengawasan lain, pengawasan juga dilaksanakan terhadap hukum yang dibuat oleh Daerah yaitu Peraturan Daerah. Bahwa Peraturan Daerah yang
ditetapkan oleh daerah tidak memerlukan pengesahan oleh pejabat yang berwenang. Dalam hal ini adalah pemerintah pusat untuk tingkat produk hukum daerah Tingkat I
sedangkan daerah Tingkat II oleh daerah Tingkat I. Dengan konstruksi demikian Kepada Daerah diberikan keleluasaan di dalam mengambil kebijakan di daerah yang
direfleksikan dalam bentuk Peraturan Daerah maupun di dalam Keputusan Kepala Daerah. Hal ini juga mengfungsikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di dalam
kedudukannya sebagai wakil rakyat di daerah untuk melaksankan pengawasan di daerah.
Konstruksi yuridis sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan pasal 114 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa pemerintah pusat
dalam hal ini Menteri Dalam Negeri dapat membatalkan Peraturan Daerah kiranya dapat lebih diperbaiki dengan konstruksi lebih jelas. Kejelasan ini denagn senantiasa
mengingat bahwa peraturan daerah pada hakikatnya adalah produk daerah melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang sudah
barang tentu dipersiapkan sesuai dengan kondisi obyektif daerah. Hal ini berarti
67
Ridwan, Op. Cit, Hal. 63.
Universitas Sumatera Utara
bahwa faktanya produk daerah itu, mencerminkan kenyataan yang secara objektif ada di daerah.
Secara yuridis, ketentuan di dalam Pasal 114 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 mengatur mengenai pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan otonomi
daerah. Penjelasan Umum angka 10 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 menentukan bahwa pembinaan lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi dalam rangka
pemberdayaan daerah otonom sedangkan pengawasan lebih ditekankan pada pengawasan represif untuk lebih memberikan kebebasan kepada daerah otonom
dalam mengambil keputusan serta memberikan peran kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dalam mewujudkan fungsinya sebagai pengawas terhadap
pelaksanaan otonomi daerah. Oleh karenanya, Peraturan Daerah yang ditetapkan oleh daerah otonom tidak memerlukan pengesahan terlebih dahulu oleh pejabat yang
berwenang. Jika pasal 112 sampai dengan pasal 114 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 ditelaah lebih lanjut, maka dapat digambarkan mekanisme pengawasan represif
sebagai berikut: a.
Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah disampaikan kepada Pemerintah Pusat selambat-lambatnya 15 Lima Belas hari setelah
ditetapkan. b.
Pemerintah Pusat dapat membatalkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang dianggap bertentangan dengan kepentingan umum atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan atau peraturan perundang-undangan lainnya.
c. Keputusan pembatalan tersebut diberitahukan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan- alasannya.
d. Selambat-lambatnya satu minggu setelah keputusan pembatalan tersebut,
Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah tersebut dibatalkan pelaksanaannya oleh Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
e. Daerah yang tidak dapat meneriama keputusan pembatalan tersebut dapat
mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung setelah sebelumnya mengajukannya kepada Pemerintah Pusat pengajuan keberatan kepada
Mahkamah Agung sebagai upaya terakhir, dilakukan selambat-lambatnya 15 hari setelah adanya keputusan pembatalan dari Pemerintah Pusat.
68
Dalam hubungannya dengan pengawasan terhadap pemerintah daerah, maka untuk memberlakukan peraturan perundang-undangan daerah ialah bahwa
kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan dapat dilihat sebagai hak yang standar bagi pelaksanaan kegiatan dalam membuat dan menyetujui suatu
peraturan daerah, akan tetapi peraturan daerah yang dibuat dan disetujui tersebut sesuai dengan tolak ukur yang telah direncanakan sebelumnya sebagai ketentuan,
yang merupakan landasan keberadaan hubungan diantara pemerintah pusat dan pemerintah daerah itu sendiri.
8. Pengawasan Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah