Perda Tingkat I; dan Menteri Dalam Negeri untuk Perda Tingkat II yang dipahami sebagai pengawasan preventif. Pengawasan ini dipandang sebagai langkah intervensi
pemerintah pusat terhadap aspirasi daerah, karena dari awal aspirasi itu bisa terpotong oleh kepentingan pusat yang mungkin tidak selaras dengan kepentingan daerah.
50
Mengiringi lahirnya reformasi politik di tahun 1998, MPR telah mengeluarkan Ketetapan MPR RI No. XVMPR1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Kesatuan RI, yang
mengisyaratkan secara tegas penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada Daerah
secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan
Pusat dan Daerah. Disamping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan
serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
8. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang ini lahir dari akibat reformasi pelaksanaan pemerintahan di Indonesia, yang secara langsung menjawab harapan masyarakat daerah dalam
merevisi Undang-Undang. No. 5 Tahun 1974 yang mengatur pelaksanaan pemerintah di daerah.
50
Miriam Budiarjo dan Ibrahim Ambong editor, Fungsi Legislatif Dalam Sistem Politik Indonesia,
Jakarta: Rajawali Pers Kerjasama dengan AIPI, 1993, Hal. 12
Universitas Sumatera Utara
Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 antara lain : a penyelenggaraan otonomi
daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah. b pelaksanaan otonomi daerah
didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab. c pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedang
otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas.
51
Melalui Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 daerah diberi kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten
dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan
hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. UU No. 22 Tahun 1999 memperpendek jangkauan asas dekonsentrasi yang
dibatasi hanya sampai pemerintahan Propinsi. Pemerintahan Kabupaten dan Kota telah terbebas dari intervensi pusat yang sangat kuat melalui perangkapan jabatan
Kepala Daerah Otonom Local Self-government dan Kepala Wilayah Administratif Field Administration. Bupati dan Walikota adalah Kepala Daerah Otonom saja.
51
C.S.T Kansil dan Christine Kansil, Pemerintah Daerah Di Indonesia, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2008, Hal. 79.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu jabatan Kepala Wilayah pada kabupaten dan kota dulu Kotamadya sudah tidak dikenal lagi.
Bupati dan Walikota dipilih secara mandiri oleh DPRD KabupatenKota tanpa melibatkan pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat. Oleh karena irtu,
BupatiWalikota harus bertanggungjawab kepada dan bisa diberhentikan oleh DPRD sebelum masa jabatannya usai. Sementara itu Pemerintahan Pusat Presiden hanya
diberi kekuasaan untuk ‘memberhentikan sementara’ seorang BupatiWalikota jika dianggap membahayakan integrasi nasional.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 memberikan perubahan mendasar dalam desain kebijakan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Desentralisasi
kewenangan kepada pemerintah kabupaten dilakukan pada taraf yang signifikan. Setelah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 berlaku lebih kurang 4 tahun,
muncul berbagai distorsi dalam implementasinya, bahkan muncul “ketegangan” antara Pusat dan Daerah berkaitan dengan kebijakan Pusat yang dipandang tidak
sesuai dengan aspirasi Daerah. Peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 sampai saat menjelang diganti
dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 belum juga dikeluarkan oleh Pemerintah, misalnya Peraturan Pemerintah tentang urusan otonomi untuk Kabupaten
dan Kota. Tetapi Pemerintah justru mengeluarkan Keputusan Presiden No. 5 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Pengakuan Kewenangan KabupatenKota, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan menerbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 130-67
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2002 tanggal 20 Pebruari 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota.
Kewenangan antara Pusat dan Daerah juga terjadi dalam hal interpretasi kewenangan antara Pusat dan Daerah. Hal itu terlihat antara lain dari dibatalkannya
sejumlah Peraturan Daerah yang dipandang “bermasalah” oleh Pemerintah Pusat dengan alasan bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, kepentingan umum
danatau peraturan perundang-undangan lainnya.
52
Adanya penegasan dalam pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 bahwa antara Daerah Propinsi dan Daerah KabupatenKota tidak ada jenjang hierarki,
telah pula menyebabkan hubungan antara keduanya menjadi tidak harmonis. Daerah KabupatenKota menganggap Daerah Propinsi bukan atasannya lagi sebagaimana
dulu diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1974. Akibatnya, Gubernur merasa kewenangannya banyak dipangkas terutama hilangnya kapasitas untuk mengontrol
dan mengawasi perilaku Kepala Daerah di Kabupaten dan Kota yang selama ini dinikmati pada masa pemerintahan Orde Baru. Padahal dalam Pasal 9 Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999 ditegaskan bahwa kewenangan propinsi sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas
kabupatenkota, serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya, termasuk juga kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah
kabupaten dan daerah kota. Kewenangan propinsi sebagai wilayah administrasi
52
Ni’Matul Huda, Pengawasan Pusat Terhadap Daerah,........Op. Cit, Hal. 74.
Universitas Sumatera Utara
mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah.
9. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah