Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Triguna Utama
Dari observasi peneliti penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penerapan budaya beragama sebagai berikut:
Dari kegiatan pembelajaran yang guru Pendidikan Agama Islam dalam sehari- hari dapat dilihat budaya yang diterapkan di dalam kelas seperti; memberi salam,
membaca do’a sebelum dan sesudah pembelajaran, serta membaca shalawat. Tujuan dari guru Pendidikan Agama Islam membiasakan siswa untuk membaca
shalawat adalah agar siswa terbiasa mengucapkan kalimat thoyibah setiap harinya.
2
Guru Pendidikan Agama Islam juga membiasakan siswa berani di dalam kelas. Guru Pendidikan Agama Islam memberikan stimulus agar siswa aktif di dalam
kelas. Bukan hanya di dalam kelas saja guru Pendidikan Agama Islam menerapkan
budaya beragma bagi siswa. Di luar kelas guru Pendidikan Agama Islam berperan aktif dalam penerapan budaya beragama di sekolah, misalnya membaca QS. Yasin
pada hari Jum’at pagi dipimpin oleh guru Pendidikan Agama Islam, shalatzuhur
berjama’ah dipandu oleh guru Pendidikan Agama Islam, dan lain sebagainya. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan budaya beragama di
SMK Triguna Utama adalah memberi teori dan contoh kepada siswa akan budaya- budaya yang ada. Selain itu, guru Pendidiakn Agama Islam turut serta mengawasi
siswa dalam pelaksanaan budaya-budaya tersebut. Budaya beragama di SMK Triguna Utama tidak akan berjalan tanpa adanya
faktor-faktor pendukung. Adapun faktor pendukung terlaksananya budaya beragama di SMK Triguna Utama adalah seluruh jajaran guru SMK Triguna
Utama, seluruh karyawan SMK Triguna Utama, staff dan pengurus YPITU Yayasan Perguruan Islam Triguna Utama, sarana dan prasarana, kurikulum, dan
lain-lain.
3
2
Hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMK Triguna Utama pada tanggal 18 September 2014
3
Hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMK Triguna Utama pada tanggal 18 September 2014
Kegiatan sekolah pun mendukung akan pelaksanaan budaya beragama di sekolah. Misalnya, adanya BTQ Baca Tulis Qur’an membantu siswa untuk mempelajari
tentang Agama Islam baik qiro’ah maupun ibadah, baik secara teori maupun
praktik. BTQ diterapkan untuk kelas X sepuluh dan dilaksanakan setiap hari. Materi
yang di ajarkan dalam BTQ mengenai bacaan Al- Qur’an beserta tajwidnya juga
mengenai ibadah, mulai dari bacaan wudu, tata cara berwudu, bacaan shalat, tata cara shalat dan lain-lain.
Terlaksananya budaya beragama di SMK Triguna Utama bukan berarti tidak ada hambatan dalam pelaksanaannya. Adapun faktor penghambat terlaksananya
budaya beragama di SMK Triguna Utama adalah beberapa guru yang kurang peduli terhadap budaya yang ada, kesibukan guru, latar belakang siswa yang
berbeda-beda, persamaan presepsi siswa, dan masjid yang kurang luas. Budaya beragama yang ada pun tidak jarang dilanggar oleh siswa atau ada
beberapa siswa yang tidak menerapkannya. Untuk siswa yang tidak mengkuti kegiatan beragama di SMK Triguna Utama akan mendapat sanksi dari guru
bidang kesiswaan dan guru. Dari beberapa faktor yang dijelaskan sebelumnya peneliti simpulkan bahwa bahwa budaya beragama di SMK Triguna Utama belum
sepenuhnya berjalandengan baik. Guru selalu memberi motivasi bahkanmemaksapara siswa untuk menjalankan
budaya beragama yang ada di SMK Triguna Utama, sebabtanpa adanya paksaan tidak sedikit siswa yang tidak melaksanakannya, tetapi pada umumnya siswa
ikhlas menjalankannya. Permasalahan yang ada bahwa masih banyak siswa yang terpaksa menjalankan
budaya beragama di sekolah, dan juga masih terlihat kurang rapi dalam pelaksanaan budaya beragama di SMK Triguna Utama.
Dari data peneliti saran dari Bpk Choirudin selaku wakil kepala sekolah SMK Triguna Utama bidang kemahasiswaan ia ingin siswa dibiarkan tanpa ada
paksaan. Guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa tanpa harus
memarahinya, tujuannya agar siswa bisa sadar dengan sendirinya akan kewajibannya selaku muslim.
4
Budaya beragama di SMK Triguna Utama memberikan pengaruh yang positif kepada siswa. Siswa bisa lebih sadar dengan keagamannya dengan adanya budaya
beragama di sekolah. Dari data yang peneliti peroleh budaya beragama yang diterapkan di SMK
Triguna Utama sudah berhasil membentuk karakter siswa menjadi lebih baik, akan tetapi guru hanya bisa melihat keberhasilan tersebut terbatas di sekolah saja.
Oleh karenanya penting bagi guru menanamankan motivasi beragama kepada siswa agar siswa bisa melanjutkan kebiasaan beragama yang ada di sekolah ke
lingkungan di luar msyaakat. Budaya beragama di sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
pemahaman keagamaan yang ditanamkan kepada siswa sejak ia kecil. Orang tua pendidik yang paling pertama mendidik anak haruslah menanamkan budaya-
budaya positif kepada anak sejak mereka kecil.Adapun budaya-budaya positif yang bisa diterapkan di rumah adalah membiasakan anak shalat
berjama’ah, berbicara yang baik kepada orang tua, memerintahkan anak untuk berperilaku
bersih, mengingatkan anak untuk berdo’a sebelum dan sesudah makan, berdo’a sebelum dan sesudah tidur, dan lain sebagainya.
Guru dan orang tua harus bekerja sama dalam rangka penerapan budaya beragama. Tidak hanya di sekolah saja budaya beragama diterapkan begitupun
sebaliknya. Akan tetapi alangkah baiknya budaya beragama tersebut dapat diterapkan baik di sekolah maupun di rumah. Dengan ini anak akan sadar akan
keagamaannya dan akan membentuk akhlak anak menjadi lebih baik.