Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

data dari responden digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang diantar sendiri oleh peneliti.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

4.5.1. Definisi Operasional Variabel

Guna memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi variabel operasional yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian, definisi operasional dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Partisipasi Penganggaran Partisipasi anggaran dalam penelitian berperan sebagai variabel independen. Variabel ini didefinisikan sebagai peran aktif aparat pemerintah daerah dalam hal ini Kepala DinasKepala BagianSeksiSub Bagian dalam penyusunan anggaran serta pemahaman responden terhadap anggaran yang telah disusun. Instrumen yang digunakan untuk mengukur partisipasi anggaran terdiri dari enam item pertanyaan yang dikembangkan oleh Milani, 1975. Instrumen ini telah banyak digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu dengan singkat validitas dan reliabilitas yang memuaskan Brownell, 1982, Dunk, 1982, Nouri dan Parker, 1998. Responden diminta untuk memberikan pendapatpersepsinya tentang sejauhmana keterlibatannya dalam penyusunan anggaran kantor dinas. Keterlibatan tersebut akan diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin 1-5, di mana poin 1 menunjukkan tingkat Universitas Sumatera Utara partisipasi yang rendah sedangkan angka 5 menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi. 2. Kinerja Manajerial Kinerja manajerial diartikan sebagai hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan pertanggungjawaban, pembinaan, dan pengawasan di setiap SKPD. Pengukuran kinerja manajerial dalam penelitian ini menggunakan instrumen self-ratting yang dibangun oleh Mahoney dkk 1963. Instrumen diukur dengan skala likert mulai 1 satu yang menunjukkan kinerja yang paling rendah jauh di bawah rata-rata sampai 9 sembilan yang menunjukkan kinerja yang paling tinggi jauh di atas rata-rata. Rata-rata di sini adalah kinerja rata-rata untuk manajerial yang berada pada tingkat manajemen yang sama dengan responden dalam satu kantor. 3. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi juga ditempatkan sebagai variabel independen. Untuk variabel Komunikasi diukur dengan instrumen yang diadopsi dari Corrado 2004. Komunikasi yang baik berarti bisnis yang baik. Komunikasi yang baik merupakan perekat yang menyatukan semua komponen yang ada dalam kantor agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan kantor. Instrumen tersebut berisi dua belas butir pertanyaan yang mengukur kebijakan komunikasi dalam perusahaan, tingkat kejujuran dan keterbukaan informasi, struktur organisasi yang menunjukkan saluran komunikasi, informasi tentang rencana dan kemajuan kantor, alasan mengapa semua urusan diberikan secara langsung kepada manajer yang kemudian diteruskan kepada Universitas Sumatera Utara pegawai, pertemuan dengan bawahan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, pertemuan manajemen dengan para manajerial untuk mendiskusikan hal-hal penting dalam kantor, apakah kebutuhan dan minat yang paling mendasar dari pegawai diperhatikan dalam menetapkan informasi yang akan disampaikan kepada kantor, pemberian informasi tentang gaji, pelatihan, dan kesempatan untuk meningkatkan karir, pengkomunikasian rencana kerja kepada para manajer untuk disampaikan kepada pegawai, sosialisasi dan kunjungan sercara tidak resmi para pejabat tinggi kantor untuk berbicara dengan pegawai di tempat kerja, dan penjelasan tentang masalah-masalah ekonomi yang mempengaruhi kondisi kantor. Responden diminta untuk memilih skala nilai satu sampai tujuh pada setiap butir pertanyaan seperti petunjuk pada variabel partisipasi. 4. Budaya Paternalistik Budaya paternalistik diposisikan sebagai variabel moderating yang berperan mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Budaya paternalistik diartikan sebagai budaya di mana para manajer level menengah dan bawah merasa sungkan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan ide-ide untuk mengoreksi atasan, meskipun para manajer tersebut tahu bahwa hal itu lebih baik dari pada sekedar menuruti perintah atasan. Untuk mengukur variabel ini digunakan kuesioner Dorfman and Howell’s 1988 dalam Mustikawati 1999 yang disebut Culture Scale Questionnaire dengan 4 empat pertanyaan diajukan kepada responden dengan memakai skala interval poin 1 satu sampai 5 lima. Skor yang semakin Universitas Sumatera Utara tinggi menunjukkan bahwa budaya paternalistik di organisasi tersebut rendah dan sebaliknya. Variabel dalam penelitian ini adalah partisipasi penganggaran x 1 , komunikasi organisasi x 2 , budaya paternalsitik x 3 kinerja manajerial y. Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel Variabel Penelitian Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Variabel Dependen Kinerja Manajerial Y Hasil dari proses kegiatan manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan, penatausahaan, laporan, pertanggung- jawaban, pembinaan dan pengawasan. Perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, pembinaan, pengawasan Interval Variabel Independen Partisipasi Penganggaran X1 Peran aktif aparat pemerintah daerah dalam hal ini kepala bagianSeksiSub Bagian dalam penyusunan anggaran serta memahami anggaran yang telah disusun. Penyusunan anggaran, revisi anggaran, permintaan pendapat, usulan anggaran, anggaran akhir, sumbangan anggaran Interval Komunikasi Organisasi X2 Komunikasi yang baik merupakan perekat yang menyatukan semua komponen yang ada didalam kantor agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan kantor. Bila komunikasi yang baik dapat tercapai dalam semua organisasi maka akan tumbuh motivasi yang akan terealisasi melaui komitmen yang tinggi. Kebijakan komunikasi, kejujuran dan keterbukaan, struktur organisasi, informasi kantor, diskusi masalah. Interval Variabel Moderating Budaya Paternalistik X3 Sebagai budaya di mana para manajerial level menengah dan bawah merasa sungkan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan ide-ide untuk mengkoreksi atasan, meskipun para manajerial tersebut tahu bahwa hal itu lebih baik dari pada sekedar menuruti perintah atasan. Nilai, norma, persepsi dan pola perilaku, keyakinan Interval Universitas Sumatera Utara

4.6. Metode Analisa Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

1 60 118

Pengaruh Perencanaan Dan Pengawasan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Aceh Utara Dengan Partisipasi Anggaran Sebagai Variabel Moderating

14 98 101

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI Pengaruh Penganggaran Partisipatif Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Survei Pada Rumah Sakit Di Kabupaten

0 2 15

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI Pengaruh Penganggaran Partisipatif Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Survei Pada Rumah Sakit Di Kabupaten

0 0 16

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KEADILAN PROSEDURAL SEBAGAI VARIABEL ANTESEDEN PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KEADILAN PROSEDURAL SEBAGAI VARIABEL ANTESEDEN ( Survey pada Pergurua

0 1 12

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN BUDAYA ORGANISASI DAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi Sur

0 0 15

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING ( Survei pada Rumah Sakit di Surakarta ).

0 0 14

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN DESENTRALISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survei pada Perusahaan Tekstil di Pekalongan).

0 0 13

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survei Pada Rumah Sakit Di Kabupaten Klaten).

0 0 16

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

0 0 14