tujuan kantor dinas. Dengan kata lain komunikasi organisasi secara aktif, karena pegawai yang menunjukkan komunikasi tinggi memiliki keinginan untuk
memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam untuk mewujudkan kesejahteraan dan keberhasilan organisasinya dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa komunikasi organisasi berpengaruh dengan tingkat signifikansi 10, dengan arti bahwa di Pemerintah Kabupaten Gayo Lues belum sepenuhnya menerapkan
komunikasi organisasi dengan baik.
5.6.3. Budaya Paternalistik Memoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran
dan Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Manajerial SKPD
Dari hasil uji residual menunjukkan bahwa budaya paternalistik tidak moderasi dengan tingkat signifikansi 5 terhadap hubungan partisipasi penganggaran
dan komunikasi organisasi terhadap kinerja manajerial SKPD. Sehingga merupakan variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi kinerja manajerial
SKPD. Hal ini sejalan dengan Penelitian Kurnia 2004, yang menyimpulkan bahwa budaya paternalistik bukan merupakan kesesuaian terbaik dan tidak mampu bertindak
sebagai variabel moderat terhadap hubungan antara kelima dimensi budgetary goal characteristics dan kinerja manajerial, namun tidak sejalan dengan penelitian Ritonga
2008, mengatakan budaya paternalistik berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Begitu juga dengan penelitian Frucot dan Shearon 1991 dalam
Supriyono 2004, yang menyimpulkan bahwa perilaku dan budaya manajer berpengaruh terhadap kinerja. Di duga adanya perbedaan persepsi jawaban responden
di Perusahaan PDAM Tirtanadi di Provinsi Sumatera Utara dengan Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Gayo Lues tentang pengaruh budaya paternalistik di mana para manajer level menengah masih merasa sungkan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan dan
ide untuk mengoreksi atasan walaupun mereka tahu bahwa hal itu lebih baik dari pada sekedar menuruti perintah atasan. Dari tabel deskripsi statistik menunjukan
bahwa nilai rata-rata budaya paternalistik sebesar 14.83 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian dari 95 orang responden
diketahui bahwa sebagian besar telah memiliki masa kerja yang tinggi yaitu 40 orang atau 42,1 telah memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun, dan hanya 7 orang atau
7,4 yang memiliki masa kerja 6-10 tahun. Sedangkan yang memiliki masa kerja antara 11-15 tahun sebanyak 15 orang atau 15,8 dan selebihnya sebesar 23,2 atau
sebanyak 22 orang yang telah memiliki masa kerja 16-20 tahun. Hal ini menunjukan bahwa secara umum pada Pemerintahan Daerah
di Indonesia khususnya di Kabupaten Gayo Lues belum menganut budaya paternalistik di mana masyarakat Indonesia masih menganut budaya Timur dan
Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Bupati. Daerah Kabupaten Gayo Lues merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara, yang mana pegawai
negeri sipil masih banyak didominasi dari Kabupaten Aceh Tenggara dan banyak juga pegawai negeri sipil yang baru saja bekerja di Pemerintah Kabupaten Gayo
Lues, maka dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini budaya paternalistik di Kabupaten Gayo Lues tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa budaya paternalistik tidak dapat memoderasi hubungan antara partisipasi penganggaran dan komunikasi organisasi
Universitas Sumatera Utara
terhadap kinerja manajerial tidak sejalan dengan penelitian Ritonga 2008, yang menyimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran, budaya paternalistik dan
komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, budaya paternalistik dapat memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja
manajerial, dan komitmen organisasi dapat memoderasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Perbedaan penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh Ritonga 2008, hanya memasukkan satu dimensi sebagai variabel independen, sedangkan penelitian ini
memasukkan dua dimensi sebagai variabel independen, yaitu partisipasi penganggaran dan komunikasi organisasi. Selain itu yang menjadi responden
penelitian Ritonga 2008 adalah para manajer pusat pertanggungjawaban pada PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan penelitian ini yang menjadi
responden seluruh manajerial SKPD Pemerintahan Kabupaten Gayo Lues. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 21,7 variasi kinerja manajerial
di Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dapat dijelaskan oleh variabel independen partisipasi penganggaran, komunikasi organisasi, dan variabel budaya paternalistik,
sedangkan sisanya sebesar 78,3 dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini. Di samping itu model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat
memprediksi kinerja manajerial atau dapat dikatakan bahwa variabel partisipasi penganggaran, komunikasi organisasi, dan variabel budaya paternalistik secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi penganggaran, komunikasi organisasi terhadap kinerja manajerial SKPD. Di samping
itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat moderasi variabel Budaya paternalistik dalam hubungan antara partisipasi penganggaran dan komunikasi
organisasi terhadap kinerja manajerial SKPD. Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut: 1.
Partisipasi penganggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ritonga 2008, Supriono
2004, Agryris 1952 dalam Fitri 2004, Ulupui 2005, dan tidak sejalan dengan Kurnia 2004 dan Merchant 1981.
2. Komunikasi organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial
SKPD. Hasil penelitian ini sejalan dengan Maisyarah 2008 dan tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harefa 2007.
3. Budaya paternalistik tidak dapat memoderasi hubungan antara partisipasi
penganggaran dan komunikasi organisasi terhadap kinerja manajerial SKPD. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kurnia 2004, dan tidak sejalan dengan
Ritonga 2008.
Universitas Sumatera Utara