penerimaan atas tujuan anggaran. Dalam hal ini, partisipasi anggaran memainkan peranan sentral dalam mendapatkan penerimaan atas tujuan anggaran.
Menurut Mercant 1981, hubungan negatif antara anggaran partisipatif dan kinerja manajerial dapat terjadi akibat tingkat partisipasi yang tinggi berdampak
terhadap menurunnya kinerja. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh budgetary slack yang timbul akibat partisipasi yang tinggi dalam penganggaran tersebut.
Budgetary slack yang merupakan disfungsional dalam penganggaran ini adalah usaha yang dilakukan untuk menyelenggarakan anggaran dengan harapan dapat mencapai
kinerja yang lebih baik. Manajer membuat slack ini dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah, biaya lebih tinggi atau mengestimasikan terlalu tinggi
jumlah out put yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit out put Ikhsan dan Ishak, 2005.
Dalam kontek organisasi pemerintah daerah, pengukuran kinerja pimpinan SKPD dilakukan untuk menilai seberapa baik Pimpinan SKPD tersebut melakukan
tugas pokok dan fungsi yang dilimpahkan kepadanya selama periode tertentu. pengukuran kinerja pimpinan SKPD merupakan wujud dari vertical accountability
yaitu pengevaluasian kinerja bawahan oleh atasannya dan sebagai bahan horizontal accountability pemerintah daerah yaitu kepada masyarakat atas amanah yang
diberikan kepadanya.
2.1.2. Partisipasi Penganggaran
Proses penganggaran pemerintah daerah melibatkan berbagai aparat daerah yakni mulai dari aparat SKPD, Sekretariat Daerah dan masyarakat dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
DPRD diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam perencanaan dan pengambilan keputusan melalui negosiasi. Partisipasi aparat pemerintah daerah dalam proses
penganggaran pemerintah daerah mengarah pada seberapa besar tingkat keterlibatan aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran daerah serta pelaksanaannya
untuk mencapai target anggaran. Partisipasi anggaran didefinisikan sebagai keterlibatan manajer-manajer pusat
pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran Govindarajan, 1986 dalam Wasisto dan Sholihin, 2004, sedangkan menurut Kenis 1979 dalam Fitri 2004
partisipasi berpengaruh dalam menentukan pencapaian tujuan angggaran di pusat pertanggungjawabannya. Argyris 1952 dalam Fitri 2004 menyatakan bahwa kunci
dari kinerja yang efektif adalah apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan tersebut.
Partisipasi manajer dalam penentuan anggaran mendorong para manajer untuk mengidentifikasikan tujuan atau target, menerima anggaran secara penuh, dan
melaksanakanya untuk mencapai target tersebut Argris 1952 dalam Fitri, 2004, dan Hanson, 1996 dalam Supriono, 2004. Hofstede 1968 dalam Wasisto dan Sholihin
2004 menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai target yang ditetapkan dalam anggaran. Anggaran
partisipatif menyebabkan sikap respek bawahan terhadap pekerjaan menurut Milani 1975 dalam Wasisto dan Sholihin, 2004 serta terhadap sistem anggaran yang
diberlakukan kantor.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi anggaran menurut Brownell 1982 dalam Wasisto dan Sholihin 2004, adalah suatu proses di mana manajemen tingkat bawah diberi kesempatan
untuk terlibat, mempunyai pengaruh pada proses penyusunan. Dengan demikian dapat dibedakan antara anggaran partisipatif, dengan non partisipatif, di mana
anggaran partisipatif menyebabkan sikap respektif bawahan terhadap pekerjaan dan kantor Milani, 1975 dalam Wasisto dan Sholihin, 2004, serta terhadap sistem
anggaran yang diberlakukan oleh kantor maupun perusahaan. Perbedaan tingkat partisipasi juga dikemukakan oleh Argyris 1952 dalam
Fitri 2004, yaitu antara partisipasi sesungguhnya dengan Pseudo participation. Partisipasi sesungguhnya berarti bahwa individu dapat secara spontan atau bebas
melakukan diskusi atau memberikan masukan, sedangkan dalam Pseudo participation manajer tidak sungguh-sungguh menyetujui tentang apa yang
diputuskan, tetapi mereka menyatakan menyetujui karena kantor dan organisasi membutuhkan persetujuan mereka.
Brownell dan Mclnnes 1986 dalam Supriono 2004 memasukkan variabel motivasi yang berstandar pada teori ekspektasi sebagai variabel intervening untuk
menguji hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Hasil penelitian tersebut menemukan bukti bahwa motivasi dan partisipasi anggaran
memiliki hubungan dengan kinerja manajerial secara langsung. Meskipun demikian, penelitian tersebut ternyata gagal menemukan bukti bahwa partisipasi akan
meningkatkan kinerja manajerial melalui peningkatan motivasi. Berdasarkan hasil penelitian Brownell dan Mclnnes tersebut, mereka manganjurkan bahwa penelitian
Universitas Sumatera Utara
di masa mendatang sebaiknya tidak berstandar pada teori ekspektasi, tetapi mungkin berstandar pada teori motivasi alternatif, seperti teori goal setting. Penelitian ini
mengacu pada anjuran tersebut.
2.1.3. Komunikasi Organisasi