4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh unsur pimpinan SKPD yang terkait dengan penganggaran di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gayo Lues dengan
jumlah 26 SKPD, tiap-tiap SKPD memiliki masing-masing Kepala Satuan Kerja, Kepala BidangBagianSeksi, Kepala Sub BidangSub BagianSub Seksi, sehingga
total populasi berjumlah sebanyak 157 populasi. Seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Populasi
No Keterangan
Kepala SKPD
Populasi Kabag
Kasubbag Total
1 Sekretariat
5 7
16 28
2 Badan
6 14
20 40
3 Dinas
13 21
32 66
4 Kantor
5 6
12 23
Jumlah 29 48 80 157
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer. Indriantoro dan Supomo 1999 menyebutkan data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli tidak melalui
media perantara. Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode random sampling di Pemerintah Kabupaten Gayo Lues. Untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
data dari responden digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang diantar sendiri oleh peneliti.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
4.5.1. Definisi Operasional Variabel
Guna memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi variabel operasional yang akan diteliti
sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian, definisi operasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Partisipasi Penganggaran
Partisipasi anggaran dalam penelitian berperan sebagai variabel independen. Variabel ini didefinisikan sebagai peran aktif aparat pemerintah daerah dalam hal ini
Kepala DinasKepala BagianSeksiSub Bagian dalam penyusunan anggaran serta pemahaman responden terhadap anggaran yang telah disusun. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur partisipasi anggaran terdiri dari enam item pertanyaan yang dikembangkan oleh Milani, 1975. Instrumen ini telah banyak digunakan oleh
peneliti-peneliti terdahulu dengan singkat validitas dan reliabilitas yang memuaskan Brownell, 1982, Dunk, 1982, Nouri dan Parker, 1998. Responden diminta untuk
memberikan pendapatpersepsinya tentang sejauhmana keterlibatannya dalam penyusunan anggaran kantor dinas. Keterlibatan tersebut akan diukur dengan
menggunakan skala likert 5 poin 1-5, di mana poin 1 menunjukkan tingkat
Universitas Sumatera Utara
partisipasi yang rendah sedangkan angka 5 menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi.
2. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial diartikan sebagai hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan
pertanggungjawaban, pembinaan, dan pengawasan di setiap SKPD. Pengukuran kinerja manajerial dalam penelitian ini menggunakan instrumen self-ratting yang
dibangun oleh Mahoney dkk 1963. Instrumen diukur dengan skala likert mulai 1 satu yang menunjukkan kinerja yang paling rendah jauh di bawah rata-rata sampai
9 sembilan yang menunjukkan kinerja yang paling tinggi jauh di atas rata-rata. Rata-rata di sini adalah kinerja rata-rata untuk manajerial yang berada pada tingkat
manajemen yang sama dengan responden dalam satu kantor. 3.
Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi juga ditempatkan sebagai variabel independen. Untuk
variabel Komunikasi diukur dengan instrumen yang diadopsi dari Corrado 2004. Komunikasi yang baik berarti bisnis yang baik. Komunikasi yang baik merupakan
perekat yang menyatukan semua komponen yang ada dalam kantor agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan kantor. Instrumen tersebut berisi dua belas butir
pertanyaan yang mengukur kebijakan komunikasi dalam perusahaan, tingkat kejujuran dan keterbukaan informasi, struktur organisasi yang menunjukkan saluran
komunikasi, informasi tentang rencana dan kemajuan kantor, alasan mengapa semua urusan diberikan secara langsung kepada manajer yang kemudian diteruskan kepada
Universitas Sumatera Utara
pegawai, pertemuan dengan bawahan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, pertemuan manajemen dengan para manajerial untuk mendiskusikan hal-hal penting
dalam kantor, apakah kebutuhan dan minat yang paling mendasar dari pegawai diperhatikan dalam menetapkan informasi yang akan disampaikan kepada kantor,
pemberian informasi tentang gaji, pelatihan, dan kesempatan untuk meningkatkan karir, pengkomunikasian rencana kerja kepada para manajer untuk disampaikan
kepada pegawai, sosialisasi dan kunjungan sercara tidak resmi para pejabat tinggi kantor untuk berbicara dengan pegawai di tempat kerja, dan penjelasan tentang
masalah-masalah ekonomi yang mempengaruhi kondisi kantor. Responden diminta untuk memilih skala nilai satu sampai tujuh pada setiap butir pertanyaan seperti
petunjuk pada variabel partisipasi. 4.
Budaya Paternalistik Budaya paternalistik diposisikan sebagai variabel moderating yang berperan
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Budaya paternalistik diartikan sebagai budaya di mana para manajer level menengah dan
bawah merasa sungkan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan ide-ide untuk mengoreksi atasan, meskipun para manajer tersebut tahu bahwa hal itu lebih baik dari
pada sekedar menuruti perintah atasan. Untuk mengukur variabel ini digunakan kuesioner Dorfman and Howell’s 1988 dalam Mustikawati 1999 yang disebut
Culture Scale Questionnaire dengan 4 empat pertanyaan diajukan kepada responden dengan memakai skala interval poin 1 satu sampai 5 lima. Skor yang semakin
Universitas Sumatera Utara
tinggi menunjukkan bahwa budaya paternalistik di organisasi tersebut rendah dan
sebaliknya.
Variabel dalam penelitian ini adalah partisipasi penganggaran x
1 ,
komunikasi organisasi x
2
, budaya paternalsitik x
3
kinerja manajerial y.
Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Indikator
Skala Pengukuran
Variabel Dependen
Kinerja Manajerial Y
Hasil dari proses kegiatan manajerial
yang efektif
mulai dari
proses perencanaan, penatausahaan,
laporan, pertanggung-
jawaban, pembinaan
dan pengawasan.
Perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, pembinaan, pengawasan
Interval
Variabel Independen
Partisipasi Penganggaran
X1 Peran aktif aparat pemerintah
daerah dalam hal ini kepala bagianSeksiSub
Bagian dalam penyusunan anggaran
serta memahami anggaran yang telah disusun.
Penyusunan anggaran, revisi anggaran, permintaan pendapat,
usulan anggaran,
anggaran akhir, sumbangan anggaran
Interval
Komunikasi Organisasi X2
Komunikasi yang
baik merupakan
perekat yang
menyatukan semua
komponen yang ada didalam kantor
agar dapat
bekerjasama untuk mencapai tujuan
kantor. Bila
komunikasi yang baik dapat tercapai
dalam semua
organisasi maka
akan tumbuh motivasi yang akan
terealisasi melaui komitmen yang tinggi.
Kebijakan komunikasi,
kejujuran dan
keterbukaan, struktur organisasi, informasi
kantor, diskusi masalah. Interval
Variabel Moderating
Budaya Paternalistik X3
Sebagai budaya di mana para manajerial level menengah
dan bawah merasa sungkan untuk
mengungkapkan pikiran, gagasan, dan ide-ide
untuk mengkoreksi atasan, meskipun para manajerial
tersebut tahu bahwa hal itu lebih baik dari pada sekedar
menuruti perintah atasan. Nilai, norma, persepsi
dan pola perilaku, keyakinan Interval
Universitas Sumatera Utara
4.6. Metode Analisa Data
Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan regresi linear berganda dan Uji Residual, untuk keabsahan hasil analisis terlebih dahulu
dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Pengolahan data menggunakan sofware SPSS Statistical Package For Sciens
pengujian residual atau sering disebut dengan Moderating Regression Analysis MRA. Menurut Sharma 1981 dalam Erlina 2008, untuk menguji apakah variabel
dapat dikatakan sebagai variabel moderating dapat digunakan Moderating Regression Analysis MRA. Dengan persamaan statistik sebagai berikut:
a. Model untuk hipotesis pertama:
KM = â + â
1
X
1
+ â
2
X
2
+ e
Keterangan: Y
= Kinerja manajerial SKPD X
1
= Patisipasi Penganggaran X
2
= Komunikasi Organisasi
 =
Konstanta â
1;
â
2
= Koefisien Regresi
e = error term b. Model dua untuk hipotesis kedua:
Model I : KM = â + â
1
X
1
+ â
2
X
2
+ â
3
X
3
+ e Model II : KM = â
+ â
1
X
1
+ â
2
X
2
+ â
3
AbsRes_1 + â
4
AbsRes_2 + e
Keterangan: Y = Kinerja Manajerial
X
1
= Partisipasi Penganggaran X
2
= Komunikasi Organisasi X
3
= Budaya Paternalistik
Universitas Sumatera Utara
âo
= Konstanta
â
1;
â
2;
â
3
= Koefisien Regresi AbsRes_1 = residual dari partisipasi penganggaran dan budaya
paternalistik AbsRes_2 = residual dari komunikasi organisasi dan budaya paternalistik
e = error term Kriteria pengujian MRA yang digunakan sebagai dasar untuk memastikan
apakah variabel budaya paternalistik X
3
benar-benar merupakan variabel moderating Sharma 1981 dalam Erlina 2008 adalah:
1. Jika persamaan 2 dan 3 tidak secara signifikan berbeda yaitu â
3
= 0, â
2
≠ 0, maka budaya paternalistik bukan variabel moderating.
2. Jika persamaan 1 dan 2 tidak berbeda, tetapi berbeda dengan persamaan 3, yaitu
â
2
= 0 dan â
3
≠ 0, maka variabel budaya paternalistik disebut pure moderating. 3.
Jika persamaan 1, 2 dan 3 masing-masing berbeda yaitu â
2
, â
3
≠ 0. maka variabel
budaya paternalistik diklasifikasikan sebagai quasi moderator. Selain metode MRA yang diperkenalkan oleh Sharma, ada beberapa cara lain yang dapat
digunakan untuk melihat apakah suatu variabel tergolong sebagai variabel moderating atau tidak misalnya dengan melihat koefisien regresi dari interaksi
antara variabel independen dan variabel moderating. Jika koefisien regresinya signifikan, maka variabel tersebut dikelompokan sebagai variabel moderating.
Dengan syarat koefisien regresi dari variabel moderating pada model 2 tidak signifikan. Cara lain adalah dengan melihat apakah pertambahan R square dari
model 2 ke model 3 signifikan.
Universitas Sumatera Utara
4.7. Uji Kualitas Data