5.5. Pengujian Hipotesis
5.5.1. Pengujian Hipotesis 1
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model telah dapat digunakan untuk dilakukan pengujian analisa regresi berganda,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah partisipasi penganggaran dan komunikasi organisasi berpengaruh terhadap
kinerja manajerial SKPD. Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini.
Tabel 5.8. Ringkasan Pengujian Hipotesis 1
a.Dependent Variabel : KM
R = 0,479
Adjusted R
2
= 0,213 F
= 13.694 Sig. F
= 0,000 Sumber: Lampiran 11
Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara independen sebesar 0,479 hal ini menunjukkan bahwa variabel partisipasi
penganggaran dan komunikasi organisasi mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan kinerja manajerial.
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B
Std. Error Beta
T Sig.
Constant 26.869
4.290 6.263
.000 PART
.384 .133
.320 2.896
.005 1
KO .143
.072 .220
1.990 .050
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan nilai R square R
2
atau nilai koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai adalah diantara nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Secara umum R
2
untuk data silang crossection relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data
runtun waktu time series biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Jika independen variabel lebih dari satu, maka sebaiknya untuk melihat
kemampuan variabel memprediksi variabel dependen, dalam penelitian ini nilai yang digunakan adalah nilai adjusted R
2
sebesar 0,213 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 21,3 perubahan
dalam kinerja manajerial mampu dijelaskan variabel partisipasi penganggaran, komunikasi organisasi dan budaya paternalistik sisanya sebesar 78,7 dijelaskan
oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung sebesar 13.694 dengan tingkat
signifikan 0,000 Lampiran 10. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh partisipasi penganggaran
dan komunikasi organisasi terhadap kinerja manajerial. Dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh partisipasi penganggaran dan
komunikasi organisasi terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan hasil uji hipotesis
Universitas Sumatera Utara
dilakukan Tabel 5.8, maka dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel partisipasi penganggaran dan komunikasi organisasi menunjukkan angka positif. Berarti bahwa
hubungan antara variabel partisipasi penganggaran dan komunikasi organisasi dengan kinerja manajerial adalah berpengaruh positif yaitu semakin tinggi variabel
partisipasi penganggaran dan komunikasi organisasi maka semakin tinggi kinerja mereka.
Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap kinerja manajerial, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi t-hitung
tersebut. Jika nilai signifikansi t-hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap kinerja manajerial
berdasarkan hasil pengujian data, nilai signifikansi dari t-hitung untuk variabel partisipasi penganggaran sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05 dan untuk variabel
komunikasi organisasi sebesar 0,50 lebih besar dari 0,05 Lampiran 10 maka dapat dinyatakan bahwa variabel partisipasi penganggaran berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja manajerial SKPD, dan komunikasi organisasi dengan tingkat signifikansi 5 tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD.
Namun variabel komunikasi organisasi berpengaruh signifikan dengan tingkat signifikansi 10.
5.5.2. Pengujian Hipotesis 2