Latar Belakang, Konsep, Definisi dan Prinsip-Prinsip Dasar Good Latar Belakang

g. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan. h. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat pada saat kunjungan kerja. i. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya. 75 Seluruh pemberian tersebut diatas, dapat dikategorikan sebagai gratifikasi, apabila ada hubungan kerja atau kedinasan antara pemberi dengan pejabat yang menerima, danatau semata-mata karena keterkaitan dengan jabatan atau kedudukan pejabat tersebut. BAB III KAITAN ANTARA PELARANGAN GRATIFIKASI TERHADAP PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA

A. Latar Belakang, Konsep, Definisi dan Prinsip-Prinsip Dasar Good

Corporate Governance Dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara 75 http:www.kesad.mil.idindex.php?option=com_contentview=articleid=170:gratifik asicatid=52:umum , 18 April 2010, pkl 16.28 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik korupsi sudah menjadi masalah yang harus mendapatkan prioritas untuk diselesaikan. Karena korupsi sudah menggerogoti baik dari segi hukum, ekonomi, sosial, dan moral masyarakat. Korupsi juga telah “menjalar” kedalam berbagai bidang, lapisan masyarakat, dan lembaga atau instansi pemerintah seperti Badan Usaha Milik Negara BUMN dan telah melemahkan kemampuan negara untuk menyediakan barang-barang publik yang mendasar, seperti jasa-jasa yang mutlak ada serta aturan-aturan yang memungkinkan suatu masyarakat untuk berfungsi secara efektif. Akibatnya, korupsi paling banyak membebani golongan termiskin dan paling rentan di Indonesia, menciptakan resiko-resiko tinggi bagi makro ekonomi, membahayakan stabilitas keuangan, mengkompromikan keamanan publik serta hukum dan ketertiban, dan lebih dari itu, menggerogoti keabsahan serta kredibilitas negara di mata rakyat 4 Oleh karena itu korupsi merupakan ancaman besar terhadap transisi ekonomi dan politik yang sukses bagi Indonesia. Dengan menggerogoti aturan- aturan formal dan organisasi-organisasi pokok yang bertugas untuk mengamankannya, dan dengan menghancurkan kepercayaan rakyat terhadap lembaga-lembaga tersebut, maka korupsi mengancam demokrasi itu sendiri. . 5 Korupsi sendiri semakin lama semakin banyak bentuk dan cara 4 World Bank, Memerangi Korupsi di Indonesia Memperkuat Akuntabilitas Untuk Kemajuan, Jakarta : World Bank Office, 2003, hlm:1 5 Ibid, Hal. 17 Universitas Sumatera Utara melakukannya. Salah satunya adalah dalam bentuk gratifikasi. Gratifikasi, dalam arti sempit adalah sebuah pemberian kepada orang lain dalam bentuk uang atau barang. Tidak ada hal yang salah sebenarnya apabila ada pihak yang memberikan uang atau barang kepada pihak lain pejabat negara sebagai suatu ucapan terimakasih atau selamat ataupun dalam rangka silaturahmi.Akan tetapi, apabila pemberian itu didasarkan dengan harapan ataupun kepentingan terhadap kebijakan atau keputusan pejabat itu, dan pemberian itu nilainya diluar kewajaran serta dapat mempengaruhi independensi, integritas dan objektivitas terhadap kebijakan atau keputusan sehingga dapat menguntungkan pihak lain ataupun diri sendiri, hal ini jelas perlu dilarang. Sesungguhnya pelarangan atas segala bentuk pemberian hadiah atau gratifikasi kepada seseorang terkait kapasitasnya sebagai pejabat atau penyelenggara negara bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai bagian dari upaya pemberantasan korupsi, gratifikasi menjadi perhatian khusus, karena merupakan ketentuan yang baru dalam perundang-undangan dan perlu sosialisasi yang lebih optimal. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Penjelasan Pasal 12 B mendefinisikan gratifikasi sebagai pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat atau diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Pasal 12 B UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi berbunyi: “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau Universitas Sumatera Utara penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.” 6 Black’s Law Dictionary memberikan pengertian Gratifikasi atau Gratification adalah sebagai “a voluntarily given reward or recompense for a service or benefit” yang dapat diartikan gratifikasi adalah “sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau keuntungan”. 7 Gratifikasi dapat diartikan positif atau negatif. Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan niat yang tulus dari seseorang kepada orang lain tanpa pamrih artinya pemberian dalam bentuk tanda kasih tanpa mengharapkan balasan apapun. Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan tujuan pamrih, pemberian jenis ini yang telah membudaya dikalangan birokrat maupun pengusaha karena adanya interaksi kepentingan. Dengan demikian secara perspektif gratifikasi tidak selalu mempunyai arti jelek, namun harus dilihat dari kepentingan gratifikasi. 8 Di negara-negara maju, pemberian gratifikasi bagi kalangan birokrat dilarang keras. Karena hal tersebut dapat mengakibatkan bocornya keuangan negara yang diakibatkan dari pembuatan kebijakan ataupun keputusan yang independen. Bahkan dikalangan swasta pun gratifikasi dilarang keras dan diberikan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Sehingga, pelarangan gratifikasi dalam ruang lingkup BUMN pun perlu dilarang dan diberi sanksi yang tegas bagi 6 http:hukumham . Infoindex.php?option=com, content task=view id=1085itemid=43, Jakarta, HukumHam. Info, 02 November 2009, pkl 12.15 WIB 7 http:www.kesad.mil.idindex.php?option=com_contentview=articleid=170:gratifik asicatid=52:umum pkl 11:38 WIB 5 Ibid. Universitas Sumatera Utara para pelanggarnya. Hal ini dikarenakan BUMN sebagai salah satu sektor strategis yang menguasai atau mempengaruhi hajat hidup masyarakat banyak. Bank Dunia pun seiring dengan semakin maraknya upaya pemberantasan korupsi, telah menempatkan tata pemerintahan governance di barisan depan dan pusat strategi pembangunannya, menerapkan porsi besar analisisnya, memberikan pinjaman serta sumber daya- sumber daya pengawasannya untuk membantu memperbaiki tata pemerintahan dan akuntabilitas. Pelarangan tentang kegiatan gratifikasi sendiri sudah diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun dalam suatu badan usaha seperti BUMN, hal ini belum sepenuhnya dipatuhi dan dilakukan oleh semua BUMN yang ada. Padahal masalah ini bersifat vital dan dapat mempengaruhi kinerja BUMN selain daripada merugikan BUMN itu sendiri dan masyarakat banyak. Pengaturan mengenai pelarangan gratifikasi di dalam BUMN sendiri hanya secara tak kasat mata, sehingga tidak memberi efek pencegahan ataupun sanksi yang jelas bagi pelanggarnya demi kelangsungan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik. Karena alasan tersebutlah penulis kemudian memilih topik larangan mengenai gratifikasi ini sebagai topik skripsi yang berjudul “ Larangan Gratifikasi Dalam Rangka Good Corporate Governance Di BUMN Berdasarkan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ”. selanjutnya untuk melihat bagaimana sebuah BUMN mengimplementasikan larangan gratifikasi, maka penelitian skripsi ini memilih studi pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero. Universitas Sumatera Utara Pemilihan BUMN ini dikarenakan PTPN III adalah salah satu BUMN yang telah mengatur gratifikasi dalam Code of Conduct perusahaannya.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 4 15

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

1 34 229

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 8

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 1

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 1 28

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 36

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 3

Pembuktian Terbalik Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 14