d. Pegawai pada Bank Indonesia e. Pimpinan dan Pegawai pada Sekretariat MPRDPRDPDDPRD
PropinsiDati II f. Pegawai pada Perguruan Tinggi
g. Pegawai pada Komisi atau Badan yang dibentuk berdasarkan UU, Keppres maupun PP
h. Pimpinan dan pegawai pada Sekr. Presiden, Sekr. Wk. Presiden, Sekkab dan Sekmil
i. Pegawai pada BUMN dan BUMD j. Pegawai pada Badan Peradilan
k. Anggota TNI dan POLRI serta Pegawai Sipil dilingkungan TNI dan POLRI
l. Pimpinan dan Pegawai dilingkungan Pemda Dati I dan Dati II
59
3. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Usaha pemerintah dalam memberantas tindak pidana korupsi adalah dengan memperbaharui peraturan perundang-undangan yang mendasarinya.
Tidaklah cukup lengkap kiranya UU No. 31 Tahun 1999 yang memberantas tindak pidana korupsi, hal itu secara konkrit ditunjukkan dengan dikeluarkannya
UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU No. 31 tahun 1999.
59
www.kpk.go.idmoduleseditocontent_gratifikasi.php?id=43 , 18 April 2010, 16:03
WIB.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu hal pokok yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2001 adalah bahwa diantara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan Pasal baru yakni Pasal 12 A,
Pasal 12 B dan Pasal 12 C. Dalam UU No. 20 Tahun 2001 untuk pertama kali diperkenalkan satu
tindak pidana korupsi yang baru yang sebelumnya sudah ada terselip dalam pasal- pasal tindak pidana korupsi suap yang diatur dalam UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tapi tidak ada disebutkan dengan rinci dan jelas.
60
1. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara Negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya dengan ketentuan: Tindak pidana korupsi menerima gratifikasi sebagaimana dimuat dalam
Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001 dirumuskan sebagai berikut:
a. Yang nilainya Rp 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah atau lebih pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. Yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dibuktikan oleh penuntut umum:
2. Pidana bagi Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 dua ratus juta
rupiah dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.
61
Sementara yang dimaksud dengan gratifikasi kepada pegawai negeri telah dijelaskan dalam penjelasan pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001 yang
menyatakan “yang dimaksud dengan gratifikasi dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
discount, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
60
Badan pembinaan Hukum nasional, Departemen Hukum Dan HAM, op.cit, hlm:15.
61
Adami Chazawi, Hukum Pidana Materil dan Formil Korupsi di Indonesia, Malang: Bayumedia Publishing, 2005 , hlm: 259-260.
Universitas Sumatera Utara
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
62
4. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Penyelenggara Negara mempunyai peranan yang sangat menetukan dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mewujudkan penyelenggara negara yang mampu
menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-asas penyelenggaraan negara.
Penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
63
Penyelenggara Negara yang bersih adalah penyelenggara negara yang menaati asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi,
kolusi, dan nepotisme, serta perbuatan cela lainnya. Dalam hal ini termasuk juga
62
Darwan Prinst, Op.cit, hlm: 57.
63
Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Pemberantasan Tindak pidana Korupsi, Bandung : Fokusmedia, 2008, hlm:121.
Universitas Sumatera Utara
bahwa penyelenggara negara tidak dapat melakukan tindak pidana korupsi gratifikasi karena kewenangan yang ada padanya.
Asas umum pemerintahan negara yang baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan
penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi: a. Asas kepastian hukum
b. Asas tertib penyelenggaraan negara c. Asas kepentingan umum
d. Asas keterbukaan e. Asas proporsionalitas
f. Asas profesionalitas g. Asas akuntabilitas.
64
Beda Penyuapan dan Gratifikasi
Penyuapan akan mempengaruhi keputusan pejabat dan atau akan membuat komitmen - komitmen langsung yang disepakati atau diinginkan oleh pengusaha
kepada pejabat tertentu yang memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan tertentu. Sementara gratifikasi tidak. Dalam bahasa yang populer, dapat dikatakan
sebagai ” menanam jasa busuk”. Sehingga pemberian - pemberian yang dilakukan oleh pengusaha kepada pejabat termasuk kepada keluarganya tidak diikuti dengan
komitmen – komitmen khusus dan tertentu. Hal contoh hutang budi petugas DKI
64
Ibid, hlm:123.
Universitas Sumatera Utara
tata kota dengan developer karena selama ini , sejumlah taman –taman kota, infra struktur yang dimiliki pemda sudah dipelihara developer. Pada saatnya developer
menginginkan perubahan tata kota, misalnya dari jalur hijau menjadi kawasan bisnis, keputusan pemda, khususnya tata kota menjadi mengikuti keinginan
developer.
B. Landasan Pengaturan Gratifikasi Dalam UU No. 20 Tahun 2001