D. Pelanggaran Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Sebagai Akibat
Dari Penerimaan Gratifikasi
Corporate governance memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksaaannya sehingga dapat memberi dan meningkatkan nilai atau value dari sebuah
korporasi bagi para stakeholdernya. Namun seringkali hal tersebut tersampingkan atau tidak terlaksana akibat hal-hal yang ada di dalam
korporasi itu sendiri ataupun akibat dari human factor yang menjadi penggerak dalam korporasi. Dalam hal ini, akan dibahas secara khusus faktor
manusia, terutama yang berkaitan dengan gratifikasi. Pertama, pelanggaran prinsip keterbukaan disclosure and transparency.
Dalam pelaksanaan good corporate governance, prinsip keterbukaan ini berkaitan dengan informasi kinerja korporasi baik ketepatan waktu
maupun akurasinya keterbukaan dalam proses, decision making, control, fairness, quality, standardization, efficiency time cost. Transparansi adalah
keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan. Dengan transparansi, pihak-pihak yang terkait akan dapat melihat dan memahami
bagaimana dan atas dasar apa keputusan-keputusan tertentu dibuat serta bagaimana perusahaan dikelola.. namun, hal tersebut tidak berarti masalah-
masalah strategik harus dipublikasikan, sehingga akan mengurangi keunggulan bersaing perusahaan.
95
95
Amin Widjaja Tunggal, Tata Kelola Perusahaan Teori dan Kasus, Jakarta :Harvarindo, 2008, hlm:7
Universitas Sumatera Utara
Pelanggaran yang kerap terjadi seiring dengan gratifikasi terhadap prinsip ini ialah pemberian informasi yang tidak sesuai dari perusahaan
sehingga memberikan gambaran yang menyesatkan bagi pihak yang membutuhkan informasi. Dengan gratifikasi, diharapkan informasi tersebut
dibatasi, sehingga pihak pemberi dapat mengambil keuntungan dengan cara melawan hukum insider trading, atau bertujuan untuk menghalang-halangi
pihak lain yang berkepentingan seperti para stakeholder, auditor baik internal maupun eksternal, dan pihak-pihak lain.
Bagi dunia korporasi, informasi merupakan salah satu komoditas utama. Karena dengan informasi, dapat ditentukan kebijakan-kebijakan
ataupun keputusan yang dapat mempengaruhi suatu korporasi, apakah akan semakin berkembang atau tetap, bahkan bangkrut di kemudian hari.
Kedua, pelanggaran prinsip kemandirian independency. Dalam setiap pembuatan suatu kebijaksanaan atau keputusan dalam
korporasi, haruslah berpegang pada prinsip kemandirian, dimana hal ini berarti perusahaan harus bebas dari pengaruh ataupun tekanan pihak lain
yang tidak sesuai dengan mekanisme korporasi. Hal yang dilanggar dengan adanya gratifikasi pada prinsip ini adalah terutama pada hal pengaruh.
Dengan adanya gratifikasi, pihak yang mempunyai posisi strategis ataupun dominan dalam penentuan suatu kebijakan akan terpengaruh dan tidak dapat
memberikan suatu penilaian yang netral dan cenderung memihak si pemberi gratifikasi. Akibatnya, korporasilah yang akan menderita atas misjudgement
tersebut.
96
96
Ibid,hlm: 8
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, pelanggaran atas prinsip akuntabilitas accountability. Akuntabilitas ialah pertanggungjawaban atas pelaksaaan fungsi dan
tugas-tugas sesuai dengan wewenang yang dimiliki oleh seluruh organ korporasi.
97
Prinsip ini antara lain diwujudkan dengan menyiapkan Laporan Keuangan Financial Statement pada waktu yang tepat dan cara yang tepat;
mengembangkan Komite Audit dan Risiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh Dewan Komisaris; mengembangkan dan merumuskan
kembali peran dan fungsi Internal Audit sebagai mitra bisnis strategik berdasarkan best practices; penegakan hukum sistem penghargaan dan
sanksi; menggunakan eksternal auditor yang memenuhi syarat berbasis profesionalisme.
98
Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yanga aktif antara perusahaan serta para pemegang
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. Ini merupakan tanggungjawab korporasi
sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak Pelanggaran yang sering terjadi akibat gratifikasi terhadap prinsip ini ialah
dengan adanya pemalsuan data atau penyampaian data yang tidak benar dan sesuai dalam laporan keuangan, dikarena pihak si pemberi telah, sedang
ataupun akan melakukan suatu kecurangan atas keuangan korporasi. Sehingga, disinilah salah satu peran dari Komite Audit.
Keempat, pelanggaran terhadap prinsip pertanggungjawaban responsibility.
97
Ibid,hlm: 7
98
I. Nyoman Tjager. dkk, Op.cit, hlm :52
Universitas Sumatera Utara
dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat sekitar. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari
adanya wewenang; menyadari akan adanya tanggungjawab sosial; menghindari penyalahgunaan kekuasaan;menjadi profesional dan menjunjung
etika; dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
99
Yang menjadi fokus dari prinsip ini ialah perlindungan kepentingan minority shareholders dari penipuan, kecurangan, perdagangan dan penyalah
gunaan oleh orang dalam selfdealing atau insider trading. Keadilan adalah kesetaraan perlakuan dari perusahaan terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya. Pelanggaran akibat gratifikasi disini ialah dalam bentuk penyalahgunaan
kekuasaan. Sehingga pihak penerima, diharapkan dapat mengesampingkan tanggungjawabnya terhadap korporasi atas suatu perbuatan yang dilarang
oleh hukum yang berlaku. Misalnya perbuatan korupsi. Kelima, pelanggaran atas prinsip keadilan fairness.
100
Dari kelima prinsip good corporate governance, prinsip inilah yang paling banyak dilanggar dengan adanya gratifikasi. Selain karena melanggar
hukum akibat perbuatan gratifikasi itu sendiri, juga menimbulkan kerugian bagi para stakeholders dan juga minority shareholders khususnya. Gratifikasi
dapat menjadi latar belakang terjadinya insider trading yang notabene sangat merugikan. Akibatnya, perusahaan dapat mengalami dampak sistemik, yaitu
dampak secara yuridis maupun hilangnya kepercayaan dari stakeholders dan masyarakat.
99
Ibid,hlm 52
100
Amin Widjaja Tunggal, Op.cit, hlm:7
Universitas Sumatera Utara
E. Larangan Gratifikasi Sebagai Bentuk Corporate Social Responsibility