Larangan Gratifikasi Di PTPN III Penegakan Terhadap Larangan Gratifikasi.

2. Menilai efektifitas sistem pengendalian intern internal control system, termasuk didalamnya memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian intern dan mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Direksi serta tindak lanjut atas hasil audit. 114

C. Larangan Gratifikasi Di PTPN III

Salah satu tujuan dari implementasi GCG pada sektor usaha adalah agar tercipta kondisi usaha yang bersih dari praktek-praktek korupsi, baik secara internal perusahaan maupun dalam kaitannya dengan perusahaan atau lembaga lain. Oleh karena itu, perlu didalami bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam mencegah tindakan korupsi. PTPN III secara jelas melarang adanya praktik-praktik korupsi atau yang berpotensi untuk menimbulkan benturan kepentingan. Hal ini tertuang Code of Conduct dari perusahaan. Upaya lainnya ialah dengan membentuk suatu Komite Audit. Adapun yang menjadi landasan dari komite audit adalah Pedoman Good Corporate Governance Maret 2001 yang menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. 103 tahun 2002, yang merupakan revisi terhadap Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor : KEP- 133M-PBUMN1999 tanggal 8 Maret 1999 tentang pembentukan komite audit bagi BUMN. Selain itu berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No. 114 Ibid. Universitas Sumatera Utara KEP-117M-MBU2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada BUMN. 115

D. Penegakan Terhadap Larangan Gratifikasi.

Selain itu, tertuang jelas dalam Code of Conduct PTPN III, dalam Komitmen Atas Hal-Hal Khusus bagian F. tentang Hadiahcinderamata, Donasi, Komisi dan Suap. Khusus mengenai gratifikasi, diatur dalam poin 1. yaitu: “Pemberian tanda terima kasih untuk kepentingan bisnis kepadadari relasi berupa hadiahcinderamata souvenirparcel, tidak boleh dilakukan pada suatu keadaan yang dapat dianggap sebagai perbuatan yang tidak memenuhi azas kepatutan dan kewajaran.” Dengan demikian, dapat dilihat bahwa PTPN III telah mempunyai dasar yang jelas untuk melarang adanya kegiatan gratifikasi bagi individu di dalam perusahaan karena hal tersebut dianggap tidak memenuhi asas kepatutan dan kewajaran. Sesuai dengan Code of Conductnya, PTPN III telah menyebutkan dengan jelas larangan terhadap gratifikasi. Bahkan terdapat “Pernyataan Kepatuhan” yang dibuat bagi seluruh karyawan, sehingga menjadi bukti persetujuan dan kepatuhan untuk menjalankan code of conduct. Dengan demikian, bagi setiap yang melanggarnya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan dari perusahaan. 115 http:muhariefeffendi.wordpress.com20071108peranan-komite-audit-dalam- meningkatkan-kinerja-perusahaan , 5 Februari 2010, pkl 09.40 WIB Universitas Sumatera Utara Penegakan ini juga didukung dengan adanya Komite Audit yang berkedudukan langsung dibawah Dewan Komisaris. Komite audit dapat berfungsi membantu kelancaran tugas komisaris, antara lain komite audit melakukan penelaahan terhadap kebenaran informasi yang disampaikan oleh direksi kepada komisaris Selain itu komite audit juga dapat berfungsi menilai efektivitas pengendalian internal internal control, termasuk fungsi Internal Auditor atau Satuan Pengawasan Intern SPI, sehingga dapat memberikan rekomendasi tentang peningkatan efektivitas internal auditor untuk meningkatkan sistem pengendalian internal perusahaan. Dengan demikian, apabila terdapat pelanggaran yang berhubungan dengan korupsi akan dapat terdeteksi dengan cepat. Mekanisme Penegakan Pelanggaran. Berdasarkan ketentuan Code of Conduct PTPN III, mekanisme penegakan pelanggaran dilakukan sesuai dengan mekanisme penegakan Code of Conduct itu sendiri, yang meliput i : 116 116 A. Pemantauan Pelaksanaan Code of Conduct Pelaksanaan Code of Conduct diawasi oleh Dewan Kehormatan yang bertugas mengawasi pelaksanaan pedoman ini. Pembentukan Dewan Kehormatan terdiri dari unsur Dewan Komisaris, Direksi, Karyawan yang ditunjuk, dan Serikat Pekerja dan mekanisme kerjanya diatur dalam Surat Keputusan Direksi. B. Pelaporan Pelanggaran Code of Conduct http:www.ptpn3.co.id , 02 Mei 2010, pkl 09.05 WI Universitas Sumatera Utara 1. Setiap individu berkewajiban melaporkan setiap pelanggaran atas Code of Conduct yang dilakukan individu lain dengan bukti yang cukup kepada Dewan Kehormatan. Laporan dari pihak luar wajib diterima sepanjang didukung bukti dan identitas yang jelas dari pelapor. 2. Dewan Kehormatan wajib mencatat setiap laporan pelanggaran pedoman peri laku perusahaan dan melaporkannya kepada Direksi dengan didukung oleh bukti yang cukup dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Dewan Kehormatan wajib memberikan perlindungan terhadap pelapor. C. Sanksi Atas Pelanggaran Code of Conduct 1. Pemberian sanksi atas pelanggaran Code of Conduct yang dilakukan oleh karyawan diberikan oleh Direksi atau pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Pemberian sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris mengacu sepenuhnya pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perusahaan serta ketentuan yang berlaku. 3. Pemberian sanksi dilakukan setelah ditemukan bukti nyata terhadap terjadinya pelanggaran pedoman ini. Terhadap kasus yang bersifat suap atau dalam hal ini yang termasuk korupsi, sesuai dengan Code of Conduct PTPN III, dalam Komitmen Atas Hal- Hal Khusus bagian F poin 1 satu dan 4 empat, maupun kasus-kasus pelanggaran lainnya, PTPN III mempunyai mekanisme dalam penjatuhan Universitas Sumatera Utara sanksi. Sehingga hak maupun kewajiban perusahaan ataupun pelaku pelanggaran tidak tersampingkan. Apabila terjadi suatu pelanggaran, maka kasus pelanggaran tersebut akan dibawa kepada Dewan Kehormatan. Dewan Kehormatan kemudian akan melakukan analisis terhadap apa dan bagaimana pelanggaran tersebut serta pengaruhnya terhadap perusahaan. Hasil analisis tersebut kemudian akan diteruskan kepada Dewan Direksi untuk kemudian ditentukan sanksi yang dijatuhkan. Adapun sanksi yang dapat dijatuhkan dapat berupa : a. Penundaan kenaikan pangkat atau jabatan; b. Penurunan pangkat atau jabatan; c. Pemecatan; d. Ganti rugi; atau e. Gabungan dari sanksi-sanksi di atas. 117 117 Hasil wawancara dengan Ibu Anastasia Indriyani, bidang Manajemen Risiko PTPN III. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Dokumen yang terkait

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 4 15

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

1 34 229

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 8

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 1

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 1 28

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 36

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 3

Pembuktian Terbalik Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 14