Keadaan Geografis Daerah Penelitian

Gambar 2.1 Peta Sumatera Utara 16 16 www.google.com 1. Gambar 2.2. Kabupaten Humbang Hasundutan 17 17 www.google.com Nama-nama kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai berikut: 1. Kecamatan Paranginan 2. Kecamatan Lintong nihuta 3. Kecamatan Bakti Raja 4. Kecamatan Doloksanggul 5. Kecamatan Pollung 6. Kecamatan Sijamapolang 7. Kecamatan Onan Ganjang 8. Kecamatan Pakkat 9. Kecamatan Tara Bintang 10. Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 Kecamatan dimana salah satunya adalah Kecamatan Pollung yang juga merupakan lokasi penelitian penulis, tepatnya di Kampung Pandumaan. Kecamatan Pollung terletak antara 2 o 09-2 o 25 o Lintang Utara dan 98 o 49 o Bujur Timur dan berada 1300 meter diatas permukaan laut 18 • Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Harian Kabupaten Samosir . Kecamatan Pollung memiliki luas wilayah 32.736,46 Ha yang terdiri dari 13 desa dan 45 dusun yang berbatasan dengan : • Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bakti Raja • Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Doloksanggul • Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parlilitan 18 https:humbahaskab.go.id Data statistik Kecamatan Pollung mengenai keadaan penduduk, pendidikan, pertanian, kelengkapan lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel-1. Jumlah penduduk per Desa di Kec.Pollung No NAMA DESA KEPALA DESA JUMLAH PENDUDUK Laki-laki perempuan Jumlah 1 Parsingguran I Hobby Banjarnahor 548 25 1.173 2 Hutapaung Jamotan Lumban Gaol 768 93 1.561 3 Pollung Trosky Banjarnahor 824 14 1.638 4 Hutajulu Saurma S Lumban Gaol 1.153 1.076 2.229 5 Ria-Ria Rosman Siregar 1.156 1.162 2.318 6 ParsingguraII Sabar Banjarnahor 1.054 1.061 2.115 7 Pansurbatu Pondis Lumban Batu 690 689 1.379 8 Aek Nauli I Jasihar Manullang 659 691 1.350 9 Aek Nauli II Sahat Lumban Gaol 630 726 1.356 10 Pandumaan BudimanLumban Batu 619 685 1.304 11 Sipituhuta Harianto Lumban Gaol 1.126 1.075 2.201 12 Pardomuan Harjo Lumban Gaol 273 230 503 13 Hutapaung Utara Dippos Lumban Gaol 534 495 1.029 JUMLAH 10.034 10.122 0156 Sumber :Kantor Camat Pollung, 2014 Tabel-2 Distribusi Sarana Pendidikan TK SD SMP SMA SMK 5 19 4 1 1 Sumber :Kantor Camat Pollung, 2014 Tabel-3 Distribusi Sarana Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas Pustu BPU Posyandu - 1 Sumber :Kantor Camat Pollung, 2014 No Nama Kecamatan Tanaman Kemenyan Luas ha Produktifitas ton 1 Pakkat 57,00 16,53 2 Onan ganjang 1.039,00 294,25 3 Sijamapolang 529,00 125,25 4 Lintong Nihuta 0,00 0,00 5 Paraginan 0,00 0,00 6 Doloksanggul 1.403,00 416,99 7 Pollung 284,00 84,21 8 Parlilitan 818,00 357,09 9 Tarabintang 27,00 10,50 10 Baktiraja 0,00 0,00 TOTAL 4.221,00 1.304,82 Sumber :Kantor Camat Pollung, 2014

2.2 Sistem Kemasyarakatan

Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Pollung khususnya di Desa Pandumaan keseluruhannya adalah etnis Batak Toba, sehingga kebudayaan yang ada dan dipakai oleh masyarakat ini adalah adat Batak Toba.

2.2.1 Struktur Kekerabatan

Struktur kekerabatan yang dimaksud penulis adalah hubungan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lain. Kekerabatan timbul akibat dua hal, yaitu disebabkan hubungan darah consaigunal dan akibat adanya perkawinan konjunal. Oleh karena itu kekerabatan kinship menyangkut jauh dekatnya hubungan seseorang individu dan antara seorang kelompok keluargakerabat demikian pula sebaliknya 19 Sistem kekerabatan yang berlaku dalam masyarakat Batak Toba secara umum menganut garis keturunan patrilineal, dimana marga nama belakang yang menjadi tanda pengenal keturunan dalam keluarga akan mengikuti marga si ayah yang juga berperan sebagai kepala keluarga. Namun meskipun garis keturunan mengikuti keturunan ayah, bukan berarti keturunan ibu tidak dianggap penting. Saudara laki-laki dari ibu yang dipanggil tulang paman oleh keturunannya bahkan memiliki status yang tinggi dalam adat batak. Status ini dikenal dengan nama hula-hula. .

2.2.1.1 Kekerabatan berdasarkan keturunan

Sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba di Desa Pandumaan tidak jauh berbeda dengan sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba di daerah lain. Kekerabatan masyarakat Batak Toba berdasarkan garis keturunan didasarkan pada tarombo silsilah orang Batak itu sendiri. Tarombo ditentukan oleh marga klan, dimana marga ditentukan oleh garis keturunan dari pihak laki-laki ayah, patrilineal, seperti yang sudah dijelaskan di atas. 19 Lihat, Kepler, 2002 :33. Dari marga ini akan diketahui tarombo seseorang untuk memanggil sapaan terhadap orang lain. Marga dipergunakan oleh anak laki-laki, sementara untuk perempuan disebut boru. Dalam sistem kekerabatan berdasarkan keturunan ini, dalam masyarakat Batak Toba, termasuk yang ada di desa Pandumaan, terdapat beberapa nama panggilan antara satu individu dengan individu lainnya yang masih tergolong dalam satu garis keturunan. Nama panggilan tersebut diantaranya adalah: a. Inong, adalah nama panggilan untuk ibu yang melahirkan anak- anaknya. b. Among, adalah nama panggilan anak-anak kepada ayahnya selaku kepala rumah tangga c. Ompung Doli Kakek, dibaca Oppung Doli adalah panggilan khusus kepada kakek kita, ayah dari ayahibu kita d. Ompung Boru Nenek, dibaca Oppung Boru adalah panggilan khusus kepada nenek kita, ibu dari ayahibu kita e. Gelleng, adalah Sebutan untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. f. Anahasinuan tunas, adalah nama panggilan ayah dan ibu kepada anaknya laki-laki g. Borusinuaan beu, adalah nama panggilan ayah dan ibu kepada anak perempuannya. h. itoiboto, adalah adalah panggilan anak laki-laki kepada anak perempuan, demikian juga sebaliknya. i. Anggi, adalah nama panggilan antara anak laki-laki kepada adiknya laki-laki, dan juga panggilan antara anak perempuan dengan adik perempuannya. j. Akkang, adalah nama panggilan kepada anak yang lebih muda kepadaanak yang lebih tua darinya, dalam konteks ini adalah mereka yang berjenis kelamin sama. k. Pahoppu, adalah nama panggilan kakek dan nenek kepada cucu- cucunya. Dalam masyarakat Batak Toba kaum pria berperan sebagai pewaris dan penerus keturunan marga. Sedangkan wanita apabila berumah tangga secara otomatis akan masuk lingkungan marga suaminya dan tidak menjadi pewaris marga bagi keturunannya, dan anak-anak yang dilahirkannya secara otomatis akan menyandang marga suaminya. Apabila ada orang Batak pergi merantau dan diperantauan dia bertemu dengan suku Batak juga secara otomatis mereka martuturmartarombo dan apabila mereka semarga maka dia akan diperlakukan seperti keluarga di perantauan. Hal itu terjadi karena dalam masyarakat Batak apabila marganya sama, maka mereka adalah kerabat yang memiliki satu nenek moyang yang sama dongan tubu, dongan sabutuha. Pria dan wanita yang semarga disebut marito abang beradik dan sangat tidak dibenarkan untuk kawinmenikah. Dari uraian ini dapat diketahui bahwa marga pada masyarakat Batak Toba mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakatnya. Begitu juga jika ditinjau dari hubungan kekerabatan antar individu, marga juga sangat berperan dalam mengatur tata kehidupan masyarakat.

2.2.1.2 Kekerabatan berdasarkan hubungan perkawinan

Masyarakat Batak Toba memiliki sistem kekerabatan yang dikenal dengan dalihan na tolu. Dalam bahasa Indonesia dalihan na tolu artinya tungku yang terdiri dari tiga kaki. Sistem ini mengatur pola interaksi sosial dalam masyarakat Batak. Dalihan na tolu ini terjadi karena adanya perkawinan sehingga terjadi hubungan kekerabatan dengan marga lain Siahaan, 1982. Menurut falsafah orang Batak dalihan na tolu merupakan tiga buah batu yang dijadikan sebagai penyanggah dalam setiap interaksi satu sama lain dalam kehidupan bersama, ibaratkan sebagai tungku yang menyanggah beban diatasnya. Tiga batu