Latar Belakang Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Marhaminjon Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

Getah erat kaitannya dengan kehidupan Batak Toba.Hal ini diyakini dengan beberapa filosofi hidup mereka. Getah Bahasa Batak Toba: gota bukan hanya sebutan bagi getah pohon kemenyan,tetapi juga sebutan untuk darah dan juga sebutan untuk air susu seorang wanita yang berubah menjadi getah pohon. Jika berbicara mengenai darah, darah diyakini sebagai unsur kehidupan yang sangat penting dalam jiwa manusia dan dianggap sakral.Kemudian untuk air susu yang berasal dari payudara wanita,dapat dilihat dari elemen atau unsur Rumah Adat Batak Toba dimana ada simbol payudara di depan rumah yang melambangkan kesucian,kesetiaan,kekayaan dan kesuburan wanita. Setiap pagi hari,parhaminjon akan pergi kehutan untuk mengurus kemenyan.Namun karena jarak antara tempat tinggal dengan hutan cukup jauh dan akses jalan yang terbatas,maka petani kemenyan biasanya menginap di sopo 4 Sebelum memanen haminjon, parhaminjon terlebih dahulu manige pohon kemenyan. Manige adalah sebuah pekerjaan tradisional yang harus dilakukan secara langsung oleh seorang parhaminjon dengan cara membersihkan batang pohon dan melobanginya dengan panuktukyaiut alat untuk melobangi pohon sebagai wadah dari getah yang akan keluar. Parhaminjon selalu mengharapkan getah yang akan keluar nantinya cukup banyak dan berkualitas karena tidak jarang pohon kemenyan menghasilkan getah yang jumlahnya sangat sedikit atau bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Dengan harapan agar getah yang akan keluar jumlahnya banyak,maka yang dibangun ditengah-tengah hutan kemenyan.Mereka biasanya berangkat dari rumah pada senin pagi dan sampai dihutan kira-kira jam 2 siang. Disana mereka akan bekerja sampai petang hari.Kemudian mereka berhenti bekerja pada hari kamis sore dan pulang dengan membawa hasil getahnya untuk di jual dipasar Doloksanggul pada hari jumat karena pekan induk yang ada di Doloksanggul hanya berlangsung sekali dalam seminggu,yakni pada hari Jumat. 4 Berupa bangunan sederhana menyerupai rumah, terbuat dari kayu yang didirikan ditengah hutan sebagai tempat marhaminjon untuk menginap dihutan. biasanya petani kemenyan akan membujuk pohon tersebut melalui ende nyanyian 5 Ende yang digunakan parhaminjon untuk proses mengolah batang pohon kemenyan disebut Ende Marhaminjon nyanyian petani kemenyan yaitu nyanyian yang berisikan tentang ratapan dan ungkapan hati parhaminjon. Dalam ende marhaminjon tersebut menceritakan kehidupan siparhaminjonyang serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga,misalnya memenuhi kebutuhan sandang pangan keluarga dan menyekolahkan anak. Oleh karena itu,maka siparhaminjon berharap agar getah yang keluar nantinya banyak dan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. pada saat manige. Ende pada masyarakat Batak Toba memiliki beberapa pembagian.Ben Pasaribu 1986:27-28 membuat pembagian terhadap musik vocal tradisional Batak Toba dalam delapan bagian, yaitu : 1 Ende mandideng, 2 Ende sipaingot, 3 Ende pargaulan, 4 Ende tumba, 5 Ende sibaran, 6 Ende pasu-pasu, 7 Ende hata, 8 Ende andung. 6 Pembagian ini dibuat berdasarkan kegunaan dan tujuan lagu yang dapat dilihat dari lirik yang terkandung dalam ende tersebut. Ende yang digunakan dalam proses manige tergolong dalam ende sibaran. Penggolongan tersebut didasari karena ende marhaminjon mengandung ungkapan penderitaan dan makna kesedihan atau keluh kesah dan dinyanyikan secara mangandung. 7 Mangandung dalam ende marhaminjon tidak sama dengan cerita mitos yang tersebar dimasyarakat. Dalam ende marhaminjon tidak terdapat teks yang menggambarkan bahwa mangandung tersebut ditujukan kepada pohon haminjon. Dalam teks tidak ada satupun kalimat yang menunjukkan bahwa parhaminjon merayu 5 Istilah yang digunakan untuk menyebutkan musik vocal oleh masyarakat Batak Toba. 6 Ende mandideng nyanyian menidurkan anak atau mengajak anak bermain,Ende sipaingot nyanyian berisi nasehat kepada seorang gadis meenjelang pernikahannya, Ende pargaulaan nyanyian yang menggambarkan persahabatan, Ende tumba bernyanyi sambil menari, Ende sibaraan nyanyian keluh kesah dan ratapn akibat penderitaan hidup, Ende pasu-pasuan nyanyian berupa nasehat dan berkat, Ende hata nyanyian dengan gaya bicara, metric speech, recitativo, Ende andung nyanyian ratapan dalam konteks kematian. 7 Bernyanyi dengan cara meratap. dan mengharapkan belas kasihan dari pohon haminjon, justru endetersebut biasanya ditujukan kepada Oppu Mulajadi Nabolon. 8 Brunvand dalam Danandjaya 1992 : 145–152 membuat penggolongan jenis- jenis nyanyian rakyat dalam buku Pluralitas Musik Etnik oleh Setia Dermawan Purba yang dibagi menjadi 9 bagian : 1. Nyanyian menidurkan anak lullaby, yakni nyanyian yang mempunyai lagu dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, di tambah dengan kata-kata kasih sayang sehingga dapat membangkitkan rasa sejahtera, rasa santai dan akhirnya kantuk. 2. Nyanyian kerja working song, yakni nyanyian yang mempunyai irama dan kata-kata yang bersifat menggugah semangat, hingga dapat menimbulkan rasa gairah umtuk bekerja. 3. Nyanyian permainan play song , yakni nyanyian yang mempunyai irama gembira serta dan selalu dikaitkan dengan permainan bermain. 4. Nyanyian liris sesungguhnya, yakni nyanyian-nyanyian yang liriknya mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung coherent. 5. Nyanyian rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya, yakni nyanyian-nyanyian rakyat yang liriknya adalah mengenai cerita-erita yang ada dalam kitab injil dan kitab suci lainnya, legenda keagamaan atau pelajaran- pelajaran keagamaan. 6. Nyanyian nasehat, yakni nyanyian rakyat yang liriknya memberi nasehat untuk kebaikan. 7. Nyanyian rakyat mengenai pacaran dan pernikahan. 8. Nyanyian kanak-kanak 8 Sebutan bagi sang pencipta pada masyarakat Batak Toba sebelum masuknya agama ke tanah batak, namun sebutan tersebut sampai sekarang masih digunakan oleh sebuah aliran kepercayaan ditanah batak, yakni aliran kepercayaan Parmalim. 9. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah narrative song , yakni cerita rakyat yang menceritakan suatu kisah. Dari pendapat Brunvand yang telah dikemukakan mengenai penggolongan jenis nyanyian rakyat, maka penulis menyimpulkan bahwa Ende Marhaminjon ini termasuk kedalam point nomor dua, yakni nyanyian kerja working song, meskipun sifat iramanya tidak mutlak menggugah semangat, akan tetapi karena nyanyian ini dinyanyikan pada saat mengerjakan pohon kemenyan, maka dapat dikategorikan sebagai nyanyian kerja. Proses manige untuk mendapatkan hasil yang banyak dan kualitas yang bagus sebenarnya sudah dimulai sejak parhaminjon berangkat dari rumah. Pada saat berangkat,parhaminjon akan membawa parang,pangguris 9 , panuktuk 10 dan bahul sebagai wadah dari kemenyan yang akan dipanen nantinya serta tali untuk memanjat pohon kemenyan. Setiap parhaminjon yang hendak pergi kekebun untuk mengurus dan memanen haminjon tidak diperbolehkan berpakaian bagus. Mereka hanya memakai baju yang sangat sederhana dan hanya baju itu sajalah yang selalu dipakainya setiap hendak mengurus serta memanen kemenyan. Setelah tiba di kebun kemenyan,parhaminjon akan mencari pohon kemenyan yang sudah siap untuk disadap.Sebelum disige disadap, pohon kemenyan harus diguris 11 terlebih dahulu. Membersihkan pohon terlebih dahulu dipercaya dapat membuat pohon lebih cepat panas dan malum 12 9 Alat untuk mengikis lumut-lumut yang ada di batang pohon kemenyan, berupa parang yang dibengkokkan. sehingga lebih cepat mengeluarkan getah. Tujuan lain dari membersihkan batangnya adalah supaya pada saat parhaminjon naik memanjat pohon,lumut dan ranting busuk tidak jadi penghalang. Pada saat mangguris ini parhaminjon sudah mendapat getah yang keluar terlebih dahulu tanpa diolah 10 Alat untuk melobangi pohon kemenyan sebagai wadah getah yang akan keluar, menyerupai pahat dan biasanya terbuat dari baja maupun besi. 11 Dibersihkan dari lumut dan ranting-ranting busukk yang terdpat dibatang pohon kemenyan. 12 Sembuh, dalam konteks ini sebuh bukan berarti sembuh dari penyakit, tapi sebutan untuk pohon yang sudah matang untuk mengeluarkan getah. sebelumnya,namun jumlahnya sedikit dan kurang berkualitas dibanding dengan hasil yang didapat setelah diolah. Setelah selesai mangguris,parhaminjon kemudian mulai manuktuk melobangi batang kemenyan dengan panuktuk. Tujuannya agar lobang pohontersebut sebagai wadah dari getah yang akan keluar nantinya setelah beberapa bulan ditunggu. Pohon dilobangi mulai dari bagian paling bawah hingga bagian yang tinggi. Untuk itu parhaminjon membutuhkan tali untuk memanjat pohon kemenyan agar sampai keatas.Pada saat manuktuk dibagian bawah maupun bagian atas batang pohon,saat ini jugalahparhaminjon akan marende. Sambil marende,parhaminjon juga akan melobangi batang pohon kemenyan. Dalam proses ini, parhaminjon akan benar-benar terlihat sedih bahkan menitikkan air mata menceritakan tentang keluh kesah kehidupannya. Setelah selesai dari satu batang pohon kemenyan,mereka akan pindah kebatang pohon kemenyan yanglain untuk melakukan hal yang sama, yakni mangguris, kemudian manuktuk dan selalu pada saat manuktuk mereka marende. Setelah beberapa proses tadi siap dilakukan yakni mangguris dan manuktuk dalam beberapa pohon kemenyan yang digarapnya,mereka akan pulang kerumah untuk menunggu hasil getah yang akan keluar dari pohon kemenyan yang dilobangi tadi. Waktu yang dibutuhkan untuk proses menunggu ini sekitar tiga bulan kemudian bisa dipanen.Ketika tiba masanya, batang pohon yang sudah dilobangi tadi akan berisi getah kental atau hampir beku dan getah inilah yang diambil sebagai hasil panen untuk diolah dan dijual untuk dipasarkan. Persyaratan lain yang harus dilakukan parhaminjon adalah sebelum memasuki kawasan kebun kemenyan,mereka harus berhati tulus dan dijauhkan dari pikiran- pikiran jahat. Mereka percaya,pohon akan menghasilkan getah yang banyak dan berkualitas apabila dikerjakan dengan hati yang tulus,bersih dan tidak bersungut- sungut.Apabila sebelumnya mereka memiliki beban pikiran yang berat dan pikiran- pikiran yang jahat,sebaiknya mereka mengurung niat untuk pergi ke hutan karena mereka beranggapan bahwa pekerjaannya akan sia-sia nantinya. Disamping itu,mereka selalu membawa bekal seadanya dan tidak mau serakah sesama parhaminjon. Mereka juga harus menjunjung tinggi nilai gotong royong yang tentunya untuk meringankan pekerjaan mereka 13 Ende marhaminjon tidak pernah diajarkan secara formal, hanya diajarkan dari mulut kemulut oral tradition. Cara pengajaran yang dilakukan oleh parhaminjon secara tidak langsung jelas mengakibatkan perubahan terhadap ende marhaminjon. Terbukti,sekarang ini tidak banyak lagi parhaminjon yang mengetahui teks dan melodi yang lengkap dari ende marhaminjon. Bahkan sebagian besar parhaminjon sudah tidak tahu lagi mengenai teks dan melodi ende marhaminjon. Justru disebagianparhaminjon yang usianya tergolong masih muda,mereka mengatakan lagu ini sudah tidak ada lagi ditengah-tengah masyarakat Pandumaan dan sekitarnya. Seperti yang penulis jumpai dilapangan,dari hampir lima belas parhaminjon,hanya tiga orang saja yang masih mengingat teks ende marhaminjon dan diantara ketiga orang tersebut,hanya ada duaparhaminjon sajalah yang dapat menyanyikannya secara lengkap. Tentu saja penyebab utamanya hal ini bisa terjadi karena perubahan zaman. Masyarakat yang dulunya belum mengenal agama dan masih percaya dengan mitos,sekarang ini sudah hampir semuanya menganut agama sehingga kepercayaan terhadap mitos-mitos pun semakin pudar. Selain itu kemajuan teknologi juga sangat mempengaruhi. Sesuatu yang praktis lebih diminati sehingga sesuatu yang membutuhkan proses yang terbilang lama akan lebih dipersingkat dan ditinggalkan masyarakat. . Hal yang menarik bagi penulis adalah bagaimana parhaminjon meyakini bahwa ende marhminjon dapat mempengaruhi jumlah hasil panen kemenyannya. Hal tersebut akan menjelaskan sebuah bentuk kepercayaan masyarakat pada umumnya dan parhaminjon pada khususnya terhadap mitos, dimana mereka menganggap bahwa pohon kemenyan memiliki roh dan kekuatan supranatural. Selain itu karena 13 Hasil wawancara dengan amang Lumban Gaol, seorang parhaminjon yang masih aktif di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung. penulis merupakan berasal dari wilayah kebudayaan ende marhaminjon sehingga penulis merasa tertantang dan terpanggil untuk mengangkat topik ini dengan tujuan agar kebudayaan Batak Toba bisa tetap terjaga. Beranjak dari permasalahan diatas,penulis merasa terdorong untuk menyusun tulisan ini dengan judul Analisistekstual dan musikalende marhaminjon pada masyarakat Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. 1.2 Pokok Permasalahan Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses penyajian ende marhaminjondilakukan? 2. Apakah makna tekstual yang terkandung dalam ende marhaminjon? 3. Bagaimanastruktur musikalende marhaminjon?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan proses penyajian ende marhaminjon 2. Untuk menganalisis makna-makna tekstual yang terkandung dalam ende marhaminjon. 3. Untuk menganalisisaspek-aspek musikal dariende marhaminjon.

1.3.2 Manfaat

Manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai sumber informasi mengenai proses marhaminjon pada masyarakat Batak Toba. 2. Sebagai sumber referensi dalam menggali dan memahami tradisi musik vokal Batak Toba yang dikemudian hari nanti dapat dipergunakan dalam dunia pendidikan formal maupun informal sehingga memberikan pemahaman yang benar terhadap kebudayaan Batak Toba.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Dalam membahas suatu topik haruslah ada sebuah konsep yang digunakan sebagai pembatas pemahaman, dengan tujuan agar pembahasan tidak keluar dari topik yang sudah ditentukan. Konsep merupakan suatu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala Mely G. Tan dalam Koentjaraningrat, 1991:21. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan KBBI edisi 4, 2008:58. Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa analisis memiliki arti memaparkan menguraikan suatu masalah dalam sebuah pembahasan dengan tujuan untuk menemukan pemecahan dari permasalahan dan dapat membantu penulis untuk menyelesaikan pembahasan mengenai analisis tekstual dan musikal dalam ende marhaminjon didalam kebudayaan masyarakat Batak Toba. Tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau tulisan atau isi dari suatu karangan. Dalam musik vokal, teks disebut dengan liriksyair. Lirik merupakan susunan kata dalam suatu nyanyian yang berisi curahan perasaan. Lirik tersebut akan menghasilkan makna yang tersirat KBBI edisi kedua tahun 1995. Makna yang dimaksud dalam tulisan ini merupakan curahan hati parhaminjon yang disajikan dalam bentuk teks nyanyian. Musikal, kata sifat dari kata musik. Dikatakan bersifat musik karena didalamnya terdapat hal-hal yang dapat kita anggap sebagai musik, walaupun masyarakat pendukung budaya tersebut tidak mengakui bahwa sesuatu itu adalah musik mengacu pada pendapat Malm, 1997:4. Dalam tulisan ini yang menjadi aspek musikalnya ialah rangkaian nada dan melodi ende marhaminjon, keras lembut suara siparhaminjon intonasi, ritem dan durasi nada. Konsep ende marhaminjon disini merupakan sebuah nyanyian yang berisi ratapan hati parhaminjon. Dalam ende marhaminjon diceritakan bahwa parhaminjon hidup dengan serba pas-pasan sehingga harus bersusah payah menghidupi kehidupan tersebut. Konsep parhaminjon disini adalah seorang pria yang hidup dari keluarga miskin dan harus bekerja keras untuk menghidupi kebutuhan hidupnya. Meskipun parhaminjon adalah seorang yang miskin namun tidak mau menyusahkan orang lain karena kemiskinannya. Parhaminjon berusaha menjalani hidup dengan bekerja diladang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tidak menjadi beban terhadap orang lain. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas sama Koentjaraningrat 2002: 146-147. Masyarakat yang penulis maksud adalah masyarakat Batak Toba yang berada di desa Pandumaan Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.4.2 Teori

Teori digunakan sebagai penuntun dan pedoman dalam membahas permasalahan yang akan dijabarkan. Dalam tulisan ini, unsur utama yang menjadi pokok permasalahan yang dibahas adalah kajian musikal dan tekstual dari ende marhaminjon, sehingga penulis menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Sebuah nyanyian yang dalam pembahasan ini disebut ende merupakan suatu perwujudan yang dapat menjelaskan tentang kehidupan siparhaminjon. Hal ini dibenarkan oleh Palmer dalam tulisan yang mengatakan bahwa perkataan lisan atau nyanyian juga termasuk dalam sebuah interpetasi Palmer, 2003:23. Nyanyian memiliki sesuatu untuk diekspresikan dan melalui nyanian teks lisan ada pesan pesan yang disampaikan untuk menggambarkan sesuatu hal, baik itu menggambarkan