GAMBARAN PEER RELATIONSHIPS PADA REMAJA ETNIS

Erikson Papalia, 2007 mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat Papalia, 2007. Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya dirinya akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

D. GAMBARAN PEER RELATIONSHIPS PADA REMAJA ETNIS

MINORITAS. Hubungan teman sebaya merupakan suatu hal yang sangat penting pada usia remaja Santrock, 2004. Hubungan teman sebaya ini sangat penting karena dapat mempengaruhi remaja sehingga remaja dapat berkembang dalam lingkungan sosialnya. Spencer dan Dornbusch dalam Santrock, 2003 mengatakan bagi individu etnis minoritas, masa remaja seringkali merupakan masalah khusus di dalam perkembangan mereka. Corner, dalam Santrock, 2003 menyatakan walaupun anak-anak menyadari adanya beberapa perbedaan etnis dan budaya, kebanyakan individu etnis minoritas pertama kali secara sadar menghadapi etnisitas mereka pada masa remaja. Berbeda dengan anak-anak, remaja memiliki kemampuan mengartikan informasi etnis dan budaya, untuk melihat masa lalu, dan untuk berspekulasi mengenai masa depan. Corner juga Universitas Sumatera Utara mengatakan remaja etnis minoritas menjadi benar-benar mengetahui bagaimana kebudayaan mayoritas dan mengevaluasi kelompok minoritas mereka. Seiring berpindahnya remaja dari etnis minoritas ke dalam kelompok sosial remaja mayoritas yang beragam, mereka menjadi lebih semakin menyadari status minoritas etnis mereka Phinney Cobb, dalam Santrock 2003. Mereka mulai menyadari adanya perbedaan baik secara bahasa, kebiasaan, dan teman sebaya pada kelompok mayoritas. Remaja dari kelompok etnis minoritas memiliki keinginan untuk diterima oleh kelompok teman sebaya dari etnis mayoritas sangatlah besar, dimana bagi mereka ancaman yang terbesar bukanlah keadaan tertekan karena berada di antara dua budaya tetapi keadaan tertekan bila tidak terdapat dalam kelompok manapun Lee dalam Santrock, 2003. Santrock 2003 juga mengatakan bahwa bagi remaja ketika remaja tidak menjadi anggota kelompok manapun hal tersebut menjadikan stress, frustasi dan kesedihan. Chen 2005 mengatakan bahwa nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan budaya seseorang seringkali menggambarkan tiap tingkatan hubungan teman sebaya pada remaja. Chen juga mengatakan hubungan tersebut diantaranya adalah interaksi, persahabatan, jaringan sosial, penolakan, dan penerimaan dalam kelompok teman sebaya yang lebih luas. Cobb 2007 mengatakan secara umum remaja lebih cenderung memiliki teman yang tinggal di lingkungan yang sama, pergi ke sekolah bersama, dan berbagi hal lain secara umum termasuk latar belakang etnis. Remaja dengan etnis minoritas di sekolah kurang memiliki kemungkinan untuk bergabung dengan anggota klik atau memiliki sahabat. Universitas Sumatera Utara Anak cenderung berteman dengan anak lain yang memiliki persamaan dengan mereka dalam aspek yang beragam, seperti variabel demografis mis, usia, jenis kelamin, ras dan faktor sosiekonomi, reputasi mis, popularitas, dan prestasi akademis, kepribadian, aktivitas, kepercayaan dan sikap Phebe, 2007. Pada remaja, adanya batasan etnis menjadikan mereka lebih bermasalah, karena remaja semakin memiliki kesadaran yang meningkat mengenai adanya perbedaan grup yang nyata pada lingkungan mereka. Hal inilah yang mengakibatkan sehingga remaja tidak mudah untuk membangun hubungan antaretnis Killen, Lee-Kim, McGlothlin, Stangor, 2002. Remaja secara umum menjadi lebih perhatian dengan bagaimana reaksi teman sebaya terhadap partisipasi mereka dalam hubungan antaretnis dan mereka juga mulai menjadi pribadi yang mengasingkan diri self-segregate sesuai dengan etnisnya Schofield Francis, 1982. Remaja hidup dalam dunia yang lebih interaktif dan remaja juga hidup dalam dunia yang jauh lebih beragam etnisnya dibanding dekade terakhir Santrock, 2003. Masa remaja merupakan suatu permasalahan khusus bagi individu beretnis minoritas Santrock, 2003. Spencer dan Dornbusch dalam Santrock, 2003 mengatakan, meskipun sebagian remaja etnis minoritas berasal dari latar belakang kelas menengah, keuntungan ekonomi tidak seluruhnya memungkinkan mereka untuk melarikan diri dari status etnis minoritas mereka. Remaja etnis minoritas kelas menengah, masih menghadapi masalah prasangka, diskriminasi dan bias yang berhubungan dengan status sebagai anggota kelompok etnis minoritas. Meskipun remaja etnis minoritas kelas menengah memiliki Universitas Sumatera Utara sumber daya untuk menghadapi pengaruh destruktif dari prasangka dan diskriminasi, mereka masih belum bisa sepenuhnya menghidndari pengaruh negatif stereotip tentang kelompok minoritas Santrock, 2003. Tidak semua keluarga etnis minoritas miskin, tapi kemiskinan menyumbangkan stress pada kebanyakan dari etnis minoritas. McLoyd dalam Santrock, 2003 menyimpulkan bahwa etnis minoritas mengalami ketidakadilan atas efek kemiskinan dan pengangguran. Etnis minoritas banyak mengalami kerugian ganda : 1 prasangka, diskriminasi dan bias akibat status minoritas mereka, 2 dampak kemiskinan yang menimbulkan stress. Individu yang tinggal dalam kelompok etnis atau kultur tertentu beradaptasi pada nilai, sikap dan stress kultur tersebut. Jones, dalam Santrock, 2003 mengatakan bahwa latar belakang etnis seseorang telah menentukan apakah seseorang akan diasingkan, ditekan atau dirugikan. Sue dalam Santrock, 2003 mengatakan bahwa kadang kala, individu yang bermaksud baik gagal mengenali perbedaan dalam suatu kelompok etnis. Masyarakat dari golongan mayoritas gagal mengenali keragaman dan perbedaan individual berakibat pada pembentukan stereotip suatu kelompok etnis minoritas tertentu. Menurut Rubin, K., dkk 2009 persahabatan yang dijalin remaja etnis minoritas diantaranya adalah persahabatan cross-cultural. Persahabatan ini dapat mengecilkan garis batas etnis pada remaja khususnya ketika stereotype mengenai etnis terjadi, Tatum dalam Rubin, K.dkk, 2009. Beberapa remaja ada yang merespon stereotype dan diskriminasi dengan mengarah pada dukungan sosial Universitas Sumatera Utara teman sebaya sesama etnis khususnya ketika mereka secara jumlah merupakan etnis minoritas di lingkungan sekolah. Bagi remaja lainnya ada yang menjalin persahabatan dengan teman sebaya dari etnis lainnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya diskriminasi dan memberi mereka kelompok yang lebih kuat. Berdasarkan penelitian House, 2007 diakatakan bahwa etnis minoritas juga dapat memiliki peer relationships yang tinggi ketika remaja mendapatkan dukungan dari keluarga yaitu kesatuan di dalam keluarga. Remaja etnis minoritas juga dapat memiliki peer relationships yang tinggi bila remaja mendapat dukungan dari keluarga khususnya bila remaja puas dengan hubungan orang tua- anak, Dekovic“ 2004. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Peralihan dari masa kanak-kanak menjadi orang dewasa ditandai dengan suatu periode yang dikenal dengan sebutan masa remaja. Masa remaja adalah periode perkembangan dari transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang melibatkan perubahan biologis, kognisi, dan perubahan sosioemosional Papalia, 2007. Pada masa remaja, dibandingkan pada masa kanak-kanak terdapat perubahan dramatik pada hubungan sosial. Perubahan dramatik tersebut yaitu perubahan dari hubungan orangtua-anak menjadi hubungan romantis, dan hubungan sesama gender menjadi hubungan mixed gender Connolly, dkk dalam Marcus, 2007. Menurut Papalia 2007, pada masa remaja, remaja mulai mencapai puncak daya tarik, kekuatan, dan kesehatan fisik sehingga remaja semakin bergerak menuju teman sebaya. Selama masa remaja, lingkungan pergaulan remaja semakin luas, begitu juga faktor yang mempengaruhi penyesuaian remaja. Transisi terjadi dimana remaja memiliki pergaulan yang lebih luas. Remaja juga mulai menghabiskan waktu yang semakin meningkat dengan teman sebaya mereka Mounts Steinberg, 1995. Konsekuensinya, teman sebaya menjadi kelompok yang paling penting dalam memberikan referensi bagi remaja Engels, Knibbe, Drop Haan, 1997. Jadi, walaupun dalam perkembangan anak, hubungan yang paling kuat dan Universitas Sumatera Utara