Gambaran Peer Relationships Pada Remaja Etnis Minoritas

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Andersson, Una Cunningham dan Andersson, Staffan. (1999). Growing Up With Two Language : A Practical Guide. London : Routledge

American Psychology Assosiation. 2002. A Reference for Professionals Developing Adolesecents. APA; Washington

Arief, Rudy. (1997). Persepsi terhadap perlakuan diskriminasi di dalam kondisi minoritas dan kecenderungan berinteraksi pada golongan pribumi dan golongan nonpribumi Cina. Skirpsi Strata satu. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, A. Robert, Bryne, Donn, & Branscombe, Nyla R. (2006). Social

Psychology (11th Ed). United States of America: Pearson Education, Inc. Bradley, R. (2002). Socioeconomic status and Child Development. Annu. Rev.

Psychol. 2002. 53:371–99. Copyright °c 2002 by Annual Reviews. Cammings, K. (2010). Adolescent Girls Tend to Be Influenced More from Peers

Than from Magazines and Celebrities.

http://contributor.yahoo.com/user/604913/kimberly_cummings.html

Chen, X., French, D.C., & Schneider, B. H., (2002). Peer Relationship in Cultural Context. Cambridge.

Cobb, Nancy. (2007). Adolescence. Continuity, Change and Diversity. McGraw-Hill International Edition; New York.

Corcoran & Nichols, (2004). Ethnic and Racial Minorities & Socioeconomic status. American Psychology Association.

Dekovic´, Maja (2004). The role of family and peer relations in adolescent antisocial behaviour: comparison of four ethnic groups. Department of Child and Adolescent Studies, Utrecht University, P.O. Box 80. 140, 3508 TC Utrecht, The Netherlands. Journal of Adolescence 27 (2004) 497–514.


(2)

Davis, Jonita. 2007. The Change in Peer Relationship during Adolescence. http://www.associatedcontent.com/topic/5725/adolescence.html

Durkin, Kevin & Ramsden, Gina (2007). Language, Social Behavior, and the Quality of Friendships in AdolescentsWith and Without a History of Specific Language Impairment. Journal of Child Development, 78, 5, 1441

– 1457

Grosjean, Francois. (2001). Life with two Language. An Introduction to Bilingual. United States : Harvard College.

Gunarsa, Singgih. (2004). Dari Anak sampai usia lanjut. Jakarta : Bpk Health.Glenco.com. Peer Relatinship. Tanggal akses 5 Desember 2010.

Killen, M., Lee-Kim, J., McGlothlin, H., & Stangor, C. (2002). How children and adolescents evaluate gender and racial exclusion. Monographs of the Society for Research in Child Development, 67, 1-132.

Kuncoro, Mudrajat. (2003). Metode Research Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga

La Greaca, A. M., & Davila, J. (2005). Peer Relations, Friendships, and Romantic Relationships: Implications for the Development and Maintenance of Depression in Adolescents. New York : University of Miami.

La Greca, A.M., & Harrison, H. M., (2005). Adolescent Peer Relations, Friendships, and Romantic Relationships: Do They Predict Social Anxiety and Depression? Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 34, (1), 49–61.

Lee, Jenifer. 2008. The Effect of Ethnic Identity and Bilingual Confidence on Chinese Youth Self-Esteem. Journal of Edu

Lerner, Richard & Steinberg, Laurence. (2009). Handbook of Adolescent Psychology Secend Edition. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey

Luqman, Agus. (2011). Tamil Menolak Keling. http://www.kbr68h.com/saga/77-saga/8420-tamil-menolak-keling.

Marcus, F. R. (2007). Aggression and Violence in Adolescence. New York: Cambridge University Press

Newman & Newman. (2006). Development Trough Life, A Psychosocial Approach. Ninth Edition. United States : Thomson Wadsworth.


(3)

Papalia, D. E., & Olds, S. W., (2007). Human Development, (10th Ed). New York : McGraw-Hill.

Pransiska, Lucky (2012). Mozaik itu Bernama Kelas Sosial. Harian Kompas, Juni 21, 2012.

Putrra, Heddy. (1999). A focused study on child abuse in six selected procvinces in Indonesia. Unic ef, Centre For Tourism Research And Developmnet Gajah Mada University.

Potter, Jami. (2009). The relationship of language and emotion understanding To the sociable behavior of children with language impairment. Brigham Young University

Rehman, Silke. (2010). What are the Advantages of Bilingual. Activityvillage.co.uk. Tanggal akses 3 Oktober 2010.

Rice, F. Philip. 2008. The Adolescent : development, relationship and culture. Pearson Education, Inc.

Rubin, K., Bukowski, W. M., & Laursen. B., (2009). Handbook of Peer Interactions, Relationships, and Groups Social, Emotional, and Personality Development in Context. London : The Guilford Press.

Robinson, L M.(2005). Welfare babies: poor children's experiences informing healthy peer relationships in Canada. Published by Oxford University Press. All rights reserved. Health Promotion International, Vol. 20 No. 4 Smith, K., & Landry, S., (2006). The Importance of Language, Social, and

Behavioral Skills Across Early and Later Childhood as Predictors of Social Competence With Peers. Journal of Developmental Science, 10, 4, 174–187

Santrock, J W. (2009). Life Span Development, (12th ed). New York : McGraw-Hill. International Edition.

Santrock, J W. (2003). Adolescence. 6th edition. Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga

Schofield, J.W., &Francis, W. D. (1982). An observational study In statistics, the goal of an observational study is to draw inferences about the possible effect of a treatment on subjects, where the assignment of subjects into a treated group versus a control group is outside the control of the investigator. of peer interaction in racially mixed "accelerated" classrooms. Journal of Educational Psychology, 74, 722-732.


(4)

Sianturi, R (2005). Etnis Cina di Indonesia, Fakta Komunikasi antar Budaya. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Suryadinata, Leo. (2006). Etnik Tionghoa, Pribumi Indonesia dan

Kemajemukan:

Peran Negara, Sejarah, dan Budaya dalam Hubungan antar Etnis.

Suryadinata, Leo. (1999). Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta: LP3ES.

Yasui, M. & Dishion , T. (2006). The Ethnic Minority Context of Child and Adolescent Problem Behavior: Implications for Theory, Assessment and Intervention. Child and Family Center, University of Oregon.

http://iccsg.wordpress.com/2006/01/27/etnik-tionghoa-pribumi-indonesia/. Tanggal akses 01Desember 2010.


(5)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran peer relationships remaja etnis minoritas yaitu etnis Tionghoa dan etnis Tamil. Metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.

Punch (1998) menyatakan bahwa ada dua kegunaan dilakukannya penelitian deskriptif. Pertama, untuk mengembangkan teori dan area penelitian yang baru, dimana sebelum merencanakan atau melakukan penelitian yang lebih mendalam (exploratory studies) adalah lebih baik untuk terlebih dahulu memusatkan perhatian pada deskripsi yang sistematis terhadap objek penelitian. Kedua, deskripsi yang tepat mengenai proses-proses sosial yang kompleks dapat membantu kita untuk memahami faktor apa yang perlu diteliti lebih lanjut dalam penelitian berikutnya secara lebuh mendalam.


(6)

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam gejala yang diamati. Variabel merupakan sebuah simbol dimana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Sesuai dengan judul penelitian yaitu gambaran peer relationships remaja dari etnis minoritas, maka terdapat 1 (satu) variabel saja, yaitu peer relationships, yang lebih khususnya pada remaja yang memiliki etnis Tionghoa dan remaja etnis Tamil.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian (Hadi, 2000).

Peer relationships yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan interpersonal timbal balik pada remaja dan temannya sebaya meliputi persahabatan, kelompok teman sebaya dan hubungan romantis.

Peer relationships diungkap melalui skala peer relationships remaja yang disusun oleh peneliti berdasarkan 3 (tiga) aspek peer relationships yang dikemukakan oleh Santrock (2008) yang terdiri dari :

1. Persahabatan (Friendship)


(7)

3. Kencan (Dating)

Skor total pada skala peer relationships merupakan petunjuk gambaran peer relationships yang tinggi dan rendah. Semakin tinggi skor peer relationships berarti semakin tinggi peer relationships yang dimiliki seseorang dan semakin rendah skor peer relationships berarti semakin rendah peer relationships yang dimiliki seseorang.

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Kelompok yang besar yang berkepentingan dalam penelitian adalah populasi, kelompok kecil individu yang berpartisipasi dalam penelitian adalah sampel (Gravetter, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja. Karakterisktik populasi dalam penelitian ini adalah remaja dengan etnis minoritas yaitu etnis Tionghoa dan etnis Tamil.

Sampel harus dapat mewakili ciri-ciri populasinya. Agar informasi yang diperoleh dari sampel benar-benar mewakili populasi, sampel tersebut harus mewakili karakteristik populasi yang dimilikinya (Kuncoro, 2003). Oleh karena penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran peer relationships remaja dari etnis Minoritas, maka karakteristik sampel dalam penelitian ini antara lain:


(8)

a. Berusia remaja tengah hingga remaja akhir yaitu berusia 14 tahun hingga 18 tahun sesuai dengan rentang usia remaja menurut Berg, (2007). Remaja awal tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena pada remaja tengah dan akhir memiliki dinamika peer relationships yang lebih kompleks dan lengkap dibandingkan dengan remaja awal (Berg, 2007). Pada remaja tengah, sudah mulai pembentukan identitas, dan terlibat pada pengambilan perspektif sosial. Sikap dan perilaku stereotype pada gender berkurang, dan konformitas dengan teman sebaya semakin berkurang. Remaja akhir, berlanjut membangun identitas, dan berlanjut dalam pematangan penalaran moral. Kllik dan crowd menurun dan menjadi kurang penting, dan hubungan romantis semakin bertahan lama.

b. Merupakan remaja etnis minoritas, etnis yang mewakili dalam penelitian ini yaitu Etnis Tionghoa dan Etnis Tamil.

c. Bersekolah di sekolah dengan etnis mayoritas Pribumi dengan kondisi etnis minoritas memang minoritas di sekolah tersebut. Adapun sekolah dalam penelitian ini adalah sekolah SMA St Thomas 1, SMA Bridgen Katamso, SMA/K Raksana, SMA Sultan Iskandar Muda. Peneliti mengambil subjek dari beberapa sekolah dengan siswa-siswi beretnis majemuk, karena remaja paling banyak menghabiskan waktunya sebagian besar di sekolah dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya, yaitu remaja menghabiskan waktu ribuan jam berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah (Santrock 2003). Hal ini terjadi karena


(9)

remaja biasanya menghabiskan waktu bersama-sama paling sedikit enam jam setiap harinya dan sekolah juga menyediakan ruang bagi banyak aktivitas remaja sepulang sekolah maupun akhir pekan.

2. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yang digunakan ketika sampel memiliki karakteristik tertentu sehingga tidak semua individu dalam populasi memiliki kesempatan untuk dipilih untuk menjadi sampel penelitian. Dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000).

3. Jumlah Sampel Penelitian

Sugiarto (2003) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain menganggap bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Menurut Azwar (2004), secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Namun, sesungguhnya tidak ada angka yang dapat dikatakan


(10)

dengan pasti. Jumlah anak yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebanyak 214 remaja etnis minoritas.

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Penelitian gambaran bentuk-bentuk peer relationships pada remaja etnis minoritas akan diukur dengan menggunakan metode skala. Skala merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek. Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi (Azwar, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Peer relationships Remaja .

Menurut Hadi (2000), metode self-report berasumsi bahwa :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat dan memadai. Pentingnya prosedur adalah baik buruknya penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah skala yang dibuat berdasarkan ketiga aspek peer relationships yang dikemukakan oleh Santrock (2008).


(11)

Tabel 1. Blue Print Distribusi Aitem Skala Peer relationships Sebelum Diuji Coba

Variabel dalam skala peer relationships (hubungan teman sebaya) ini diukur dengan model skala yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan menggunakan model skala Likert serta menyederhanakannya dengan membuat 4 (empat) pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Aitem dalam skala ini terbagi dalam dua arah, yaitu favorabel dan unfavorabel, setiap pilihan alternatif respon memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah favorabel atau unfavorabel. Untuk aitem favorabel, SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan skor untuk aitem yang unfavorabel adalah 4 untuk jawaban STS, 3 untuk jawaban TS, 2 untuk jawaban S, dan 1 untuk jawaban SS (Azwar, 2000). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi peer relationships yang dimiliki oleh subjek dan sebaliknya semakin rendah skor yang dimiliki oleh subjek maka semakin rendah peer relationships yang dimiliki oleh subjek.

No. Aspek Aitem Total Bobot

(%) Favorable Unfavorable

1. Persahabatan 17 17 35 47.36

2. Kelompok teman sebaya 14 14 28 36.84

3. Hubungan romantis 6 6 12 15,78


(12)

E. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menetukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai suatu tes (Azwar, 2001). Peneliti akan melakukan uji coba pada alat ukur berupa skala peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) pada sejumlah responden, dengan tujuan memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2004).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen pembimbing (Azwar, 2000).

Setelah skala peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) diujicobakan pada sejumlah sampel, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem


(13)

untuk mendapatkan aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2000).

Peneliti menggunakan formula koefesien korelasi Pearson Product Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala peer relationships (hubungan sebaya). Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS versi 17.00 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan.

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total biasanya digunakan batasan rix ≥ 0.300 akan tetapi peneliti boleh menurunkan sendiri batasan daya diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang disusun. Peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0.300 menjadi 0.250 (Azwar, 2004).

2. Uji Reliabilitas

Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh


(14)

hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama (Azwar, 2007).

Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2007). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS Versi 17.00 for Windows.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala Peer relationships diuji cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh peneliti (Azwar,


(15)

2009). Dalam skala Peer relationships yang disebarkan, terdapat 74 aitem. Tabel 2 menunjukkan distribusi aitem skala Peer relationships sebelum uji coba.

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Peer relationships Sebelum Diuji Coba

Peneliti menggunakan batasan 0,250 daya diskriminasi aitemnya dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala yang disusun. Peneliti menurunkan batas kriteria 0,300 menjadi 0,250. Peneliti menggunakan batas indeks daya beda aitem 0,300 untuk skala dikarenakan bila menggunakan 0.300 hasil aitem-aitem yang lolos sangat timpang dilihat pada aspek-aspeknya. Hasil uji coba alat ukur penelitian diolah melalui tiga kali perhitungan agar memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem di atas 0.250. Pada perhitungan pertama, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.915 dengan nilai rxx` yang bergerak dari – 0.030 sampai 0.621 dan terdapat 10 aitem yang memiliki indeks daya beda aitem di bawah 0.250. Pada perhitungan kedua, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.934 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.235sampai 0.614 dan terdapat 1 aitem yang memiliki indeks

No. Aspek Aitem Total Bobot

(%)

Favorable Unfavorable

1.

Persahabatan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,

53, 54

34 45.94 %

2. Kelompok teman sebaya

18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,

28, 29, 30, 31

55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,

65, 66, 67, 68

28 37.83 %

3.

Hubungan romantis

32, 33, 34, 35, 36, 37

69, 70, 71, 72, 73, 74

12 16.21 %


(16)

daya beda aitem di bawah 0,250. Pada perhitungan terakhir, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.935 dengan nilai rxx` yang bergerak dari 0.267 sampai 0.627dan semua aitem telah memiliki indeks daya beda aitem di atas 0.250. Terdapat 63 buah aitem yang dapat digunakan dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar 0.935. Distribusi aitem skala Peer relationships beserta aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Skala Peer Relatonship sesudah Uji Coba

No. Aspek Aitem Total Bobot

(%)

F UF

1.

Persahabatan -Berbagi Masalah -Menerima Apa Adanya - Rasa berharga memiliki sahabat

-Mampu mengungkapkan diri. -Saling mendukung secara emosi.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13,

14, 15, 16

38, 39, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54

29 45%

2. Kelompok teman sebaya - Rasa nyaman

- Meningkatkan harga diri - Memberi identitas diri -Terlibat aktifitas yang sama - Sumber Informasi

18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31

55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66,

67, 68

26 42%

3.

Hubungan romantis - Memikirkan suatu hubungan romantis

-Melakukan aktifitas dengan lawan jenis

-Menghabiskan waktu

membentuk hubungan romantis dengan lawan jenis

34, 35 69, 70, 71, 72, 73,

74

8 13%


(17)

Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Peer Relatonship yang akan disebar.

Peneliti membuang beberapa aitem, agar pembagian aitem pada skala mendapatkan proporsi yang tidak timpang dan lebih merata berdasarkan aspek peer relationships.

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. 1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :

No. Aspek Aitem Total Bobot

(%)

F UF

1.

Persahabatan - Berbagi Masalah (1, 5, 10, 24, 28 ) - Menerima Apa Adanya (4, 26, 27)

- Rasa berharga memiliki sahabat (2, 6, 25, 30) - Mampu mengungkapkan diri. (7, 8, 29, 31) - Saling mendukung secara emosi. (3, 9, 32, 33)

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10. 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33.

20 42%

2. Kelompok teman sebaya

- Rasa nyaman (11, 13, 19, 41)

- Meningkatkan harga diri (14, 20, 36, 40) - Memberi identitas diri (17, 18, 34, 35,) - Terlibat aktifitas yang sama (16, 21, 38, 39) - Sumber Informasi (12, 15, 37, 42 )

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21. 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42.

20 42%

3.

Hubungan romantis

- Memikirkan suatu hubungan romantis (43, 44) - Melakukan aktifitas dengan lawan jenis (22, 23, 45, 46)

- Menghabiskan waktu membentuk hubungan romantis dengan lawan jenis (47, 48)

22, 23. 43, 44, 45, 46, 47, 48.

8 16%


(18)

a. Rancangan alat ukur penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun alat ukur penelitian, yaitu skala Peer relationships terhadap remaja etnis minoritas yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek Peer relationships yang dikemukakan oleh Santrock (2003). Skala ini berupa skala Likert dengan pilihan respon yang telah disederhanakan oleh peneliti menjadi 4 pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala Peer relationships pada remaja etnis minoritas dibuat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4 yang terdiri dari 74 pernyataan dan setiap pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban.

b. Permohonan izin

Sebelum peneliti melakukan pengambilan data, terlebih dahulu diawali dengan meminta izin kepada kepala sekolah SMA Santo Thomas 3 Medan untuk melaksanakan penelitian dan uji coba penelitian. Permintaan izin ke sekolah ini dilakukan peneliti dengan membawa surat pengantar dari Fakultas Psikologi juga surat dari dinas pendidikan dan menjelaskan gambaran kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

c. Uji Coba Alat Ukur

Setelah alat ukur selesai disusun, maka selanjutnya peneliti mendiskusikan aitem yang telah dikonstruksi dengan dosen pembimbing untuk melihat validitasnya. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini


(19)

adalah validitas isi. Validasi validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan professional judgement yakni oleh dosen pembimbing. Kemudian, skala Peer Relationships tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengujicobakan pada sejumlah reponden yang tidak terpilih sebagai sampel penelitian. Menurut Azwar (2004), secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 (enam puluh) orang dikatakan sudah cukup banyak. Atas dasar pendapat tersebut, peneliti merasa 127 skala yang telah direspon oleh sampel sudah mencukupi untuk uji coba.

Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tangga 29 Januari 2012 dan diujicobakan pada 133 siswa-siswi SMA Santo Thomas 3 Medan. Dari 133 skala yang disebarkan, terdapat 127 skala yang layak untuk dianalisis, karena 6 diantara skala yang kembali tersebut mengalami kecacatan, yakni tidak seluruh aitem diisi oleh responden.

d. Penyusunan Alat Ukur Penelitian

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur pada 127 subjek, peneliti menguji korelasi aspek dalam skala. Aspek dalam skala Peer relationships merupakan aspek yang mengungkapkan subdomain yang sama yang disebut atribut tunggal. Pada skala yang dibuat untuk mengukur atribut tunggal interkorelasi antar aspeknya diharapkan tinggi karena memang aspek tersebut dirancang untuk mengukur hal yang sama. Dalam seleksi aitem-aitemnya, akan dipilih daya beda aitem tertinggi yang ada


(20)

dengan membandingkan indeksnya secara keseluruhan (Azwar, 2004). Korelasi ini menggunakan korelasi Pearson product moment dan untuk mempermudah perhitungannya peneliti menggunakan bantuan program SPSS 17.00 for Windows.

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi dengan batasan rix ≥ 0,300. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300 daya bedanya dianggap memuaskan. Namun, bila aitem yang lolos (memiliki indeks daya diskriminasi ≥ 0,300) jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk menjadi skala, maka dapat dipilih aitem-aitem yang mempunyai indeks daya diskriminasi tertinggi. Sebaliknya bila jumlah aitem yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk menurunkan kriteria 0,300 menjadi 0,250 (Azwar, 2004).

Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi indeks daya diskriminasinya, peneliti kemudian mengambil aitem-aitem tersebut dan disusun kembali dengan penomoran yang baru. Skala inilah yang akan diberikan kepada remaja etnis minoritas yang bersekolah di sekolah SMA ST. Thomas 1, SMA/SMK Raksana, SMA Bridgen Katamso dan SMA Sultan Iskandar Muda.


(21)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka aitem-aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya, aitem-aitem yang sudah lulus penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel penelitian yang sesungguhnya.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 21, 23 hingga 28 Maret 2012 di SMA Raksana, SMK Bridgen Katamso, SMA St. Thomas 1, SMA Sultan Iskandar Muda dan SMK Raksana, dengan memberikan skala kepada 230 siswa. Skala yang disebar sebanyak 230 booklet. Dalam penelitian ini, semua eksemplar skala yang disebarkan tersebut semuanya kembali, namun hanya 214 yang layak untuk dianalisis lebih lanjut. Hal ini dikarenakan 16 diantara skala yang kembali tersebut mengalami kecacatan, yakni tidak seluruh aitem diisi oleh responden.

3. Tahap Pengolahan Data

Data diolah dengan analisis deskriptif dengan menghitung frekuensi, nilai maksimum, nilai minimum, range, standard deviasi (σ), serta mean (µ) untuk masing-masing aspek dari peer relationships. Kemudian seseorang dikatakan memiliki peer relationships yang tinggi, sedang, dan rendah dari mean dan standart deviasi yang dibuat dalam tiga rentang, yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah.


(22)

Berikut adalah rumus untuk masing-masing kategori. x < (µ - 1,0σ) kategori rendah (µ - 1,0σ)≤ x < (µ + 1,0σ) kategori sedang (µ +1,0σ) ≤ x kategori tinggi

H. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau membandingkan dengan kelompok lain. Penelitian dilakukan atas satu kelompok dalam satu hal variabel (Purwanto, 2008). Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif akan menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

Azwar (2000) juga menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Seseorang dikatakan memiliki peer relationships tinggi, sedang atau rendah berdasarkan masing-masing aspek peer relationships, berdasarkan klasifikasi tinggi, sedang dan rendah dari mean dan standard deviasi yang dibuat dalam tiga rentang, yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah. Data diolah dengan menggunakan SPSS 17.00 for Windows.


(23)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran umum subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan atas data yang ada.

A. ANALISIS DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adala remaja etnis minoritas dengan jumlah sampel keseluruhan 214 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendapatan orang tua, sekolah, dan etnis.

a. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-Laki 114 53,27%

Perempuan 100 46,73%

Jumlah 214 100

Tabel 5 menunjukkan jumlah subjek laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 114 orang


(24)

(53.27%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 100 orang (46.73%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

b. Gambaran subjek berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian berdasarkan usia digambarkan seperti pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Persentase Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase (%)

Remaja Tengah

14-16 99 46,26

Remaja Akhir

17-18 115 53,74

Jumlah 214 100

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa dari usia subjek, usia yang tergolong dalam penelitian ini yaitu usia 14 hingga 16 tahun yaitu sebanyak 99 orang (46.26%). Selanjutnya subjek berusia 17 hingga 18 tahun tahun sebanyak

Jenis Kelamin

114 100


(25)

115 orang (53.74%). Penyebaran subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada grafik 3 berikut ini.

Grafik 2. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia.

c. Gambaran subjek berdasarkan pendapatan Orang tua

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan pendapatan orang tua digambarkan seperti pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Persentase Subjek Berdasarkan Pendapatan Orang tua

Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa subjek penelitian berasal dari keluarga dengan pendapatan orang tua tergolong SES tinggi terdapat 78 orang (36,4%). Kemudian dilanjutkan dengan subjek yang memiliki orang tua dengan

90 95 100 105 110 115

Remaja Tengah

Remaja Akhir

Usia

Pendapatan Orang tua Jumlah Persentase (%)

SES rendah 49 22,7

SES menengah 87 40,7

SES tinggi 78 36,4


(26)

pendapatan orang tua tergolong SES menengah terdapat 87 orang (40,7%). Subjek penelitian dengan pendapatan orang tua tergolong rendah yaitu sebanyak 49 orang (22,7%). Penyebaran subjek dengan pendapatan orang tua dapat dilihat pada grafik 3.

Grafik 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Pendapatan Orang tua.

d. Gambaran subjek berdasarkan Asal Sekolah

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan asal sekolah digambarkan seperti pada tabel 8 berikut ini :

Tabel 8. Persentase Subjek Berdasarkan Asal Sekolah

Asal Sekolah Jumlah Persentase (%)

SMA Raksana 21 9,8

SMK Raksana 18 8,4

SMA St. Thomas 1 74 34,6 SMA Bridgen Katamso 61 28,5 SMA Sultan Iskandar Muda 40 18,7

Jumlah 214 100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90


(27)

Berdasarkan asal sekolah, subjek yang paling banyak berasal dari sekolah SMA St. Thomas 1 yaitu sebanyak 74 orang (34,6%). Kemudian subjek yang berasal dari sekolah SMA Bridgen Katamso sebanyak 61 orang (28,5%). Selanjutnya subjek yang berasal dari SMA Sultan Iskandar Muda yaitu sebanyak 40 orang (18,7%). Kemudian pada subjek yang berasal dari sekolah SMA Raksana yaitu sebanyak 21 orang (9,8%). Dan subjek yang paling sedikit berasal dari SMK Raksana yaitu sebanyak 18 orang (8,4%). Penyebaran subjek berdasarkan asal sekolah dapat dilihat pada grafik 5.

Grafik 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Asal Sekolah.

e. Gambaran subjek berdasarkan Etnis

Subjek dalam penelitian ini merupakan remaja etnis minoritas yang berbeda. Dari 214 subjek penelitian, terdapat subjek yang merupakan etnis Tamil dan

0 10 20 30 40 50 60 70 80

SMA Raksana

SMK Raksana

SMA St. Thomas 1

SMA Bridgen Katamso

SMA Sultan Iskandar

Muda


(28)

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Etnis

Tamil

Tionghoa

Tionghoa. Penyebaran subjek penelitian berdasarkan latar belakang etnis dapat digambarkan seperti pada tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Persentase Subjek Berdasarkan Etnis

Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa dari 214 subjek, subjek yang terbanyak dalam penelitian ini adalah subjek yang merupakan etnis Tionghoa sebanyak 143 orang (66,82%). Sedangkan subjek yang berasal dari etnis Tamil sebanyak 71 orang. Penyebaran subjek berdasarkan etnis dapat dilihat pada grafik 5.

Grafik 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Etnis.

Etnis Jumlah (orang) Persentase (%)

Tamil 71 33,18%

Tionghoa 143 66,82%


(29)

e.1 Gambaran remaja etnis Tionghoa berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Asal Sekolah dan Pendapatan orang tua.

1. Gambaran Etnis Tionghoa berdasarkan Jenis Kelamin

Penyebaran subjek penelitian etnis Tionghoa berdasarkan jenis kelamin dapat digambarkan seperti pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Persentase Jenis Kelamin pada subjek etnis Tionghoa

Tabel 10 menunjukkan jumlah remaja etnis Tionghoa berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 72 orang (50,37%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 71orang (49,7%). Penyebaran remaja etnis Tionghoa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 6.

Grafik 6. Penyebaran etnis Tionghoa berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Perempuan 71 49,7

Laki-laki 72 50,3

Total 143 100

Jenis Kelamin

72 71


(30)

2. Gambaran etnis Tionghoa berdasarkan Usia.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tionghoa berdasarkan usia dapat digambarkan seperti pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Presentae Usia pada subjek etnis Tionghoa

Usia Jumlah Persentase (%)

Remaja Tengah

14-16 70 48,9

Remaja Akhir

17-18 73 51,1

Jumlah 143 100

Tabel 11 menunjukkan jumlah remaja etnis Tionghoa berusia 17 hingga 18 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek berusia 14-16. Subjek berusia 17-18 berjumlah 73 orang (51,1%), subjek berusia 14 hingga 16 tahun berjumlah 70 orang (48,9%). Penyebaran subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada grafik 8.

Grafik 7. Penyebaran etnis Tionghoa berdasarkan Usia

3. Gambaran etnis Tionghoa berdasarkan Asal Sekolah

Penyebaran subjek penelitian etnis Tionghoa berdasarkan asal sekolah dapat digambarkan seperti pada tabel 12 berikut ini :

68 69 70 71 72 73


(31)

Tabel 12. Persentase Asal Sekolah pada subjek etnis Tionghoa

Tabel 12 menunjukkan jumlah remaja etnis Tionghoa yang berasal dari sekolah SMA St. Thomas 1 berjumlah 74 orang (51,7%), subjek etnis Tionghoa berasal dari sekolah SMA Bridgen Katamso berjumlah 29 orang (20,3%), sedangkan subjek etnis Tionghoa berasal dari SMA Sultan Iskandar Muda berjumlah 40 orang (28%). Penyebaran subjek berdasarkan asal sekolah dapat dilihat pada grafik 8.

Grafik 8. Penyebaran etnis Tionghoa berdasarkan asal sekolah.

4. Gambaran etnis Tionghoa berdasarkan Pendapatan Orang tua.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tionghoa berdasarkan pendapatan orang tua dapat digambarkan seperti pada tabel 13 berikut ini :

0 10 20 30 40 50 60 70 80

St. Thomas 1

Bridgen Katamso

Sultan Iskandar

Muda

SMK Raksana

SMA Raksana

Asal Sekolah Asal sekolah Jumlah (Orang) Persentase (%)

SMA St. Thomas 1 74 51,7

SMA Bridgen Katamso 29 20,3

SMA Sultan Iskandar Muda 40 28


(32)

Tabel 13. Persentase pendapatan orang tua pada subjek etnis Tionghoa.

Tabel 13 menunjukkan jumlah remaja etnis Tionghoa paling banyak memiliki orang tua dengan pendapatan kelas ekonomi atas. Terdapat 18 orang (12,6%) subjek etnis Tionghoa yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi bawah, kemudian terdapat 55 orang (385%) etnis Tionghoa yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi menengah, kemudian terdapat 70 orang (49 %) etnis Tionghoa yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi atas. Penyebaran subjek berdasarkan pendapatan orang tua dapat dilihat pada grafik 9.

Grafik 9. Penyebaran etnis Tionghoa berdasarkan pendapatan orang tua.

0 10 20 30 40 50 60 70

SES rendah SES menengah SES tinggi

Pendapatan Orang Tua Jumlah (Orang) Persentase (%)

SES rendah 18 12,6

SES menengah 55 38,5

SES tinggi 70 49,0


(33)

0 20 40 60

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

e.2 Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Asal Sekolah dan Pendapatan orang tua.

1. Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Jenis Kelamin.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tamil berdasarkan jenis kelamin dapat digambarkan seperti pada tabel 15 berikut ini :

Tabel 14. Persentase jenis kelamin pada subjek etnis Tamil.

Tabel 14 menunjukkan jumlah remaja etnis Tamil berjenis kelamin laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 42 orang (29,6%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 29 orang (12,7%). Penyebaran remaja etnis Tamil berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 10.

Grafik 10. Penyebaran etnis Tamil berdasarkan jenis kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Perempuan 29 12,7

Laki-laki 42 29,6


(34)

2. Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Usia.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tamil berdasarkan usia dapat digambarkan seperti pada tabel 15 berikut ini :

Tabel 15. Persentase usia pada subjek etnis Tamil.

Usia Jumlah Persentase (%)

Remaja Tengah

14-16 30 42,2

Remaja Akhir

17-18 41 57,8

Jumlah 71 100

Tabel 15 menunjukkan jumlah remaja etnis Tamil berusia 17 hingga 18 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek berusia 14-16. Subjek berusia 17-18 berjumlah 41 orang (57,8%), subjek berusia 14-16 berjumlah 30 orang (42,8%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 11.

Grafik 11. Penyebaran etnis Tamil berdasarkan Usia 0

10 20 30 40 50

14-16 17-18


(35)

3. Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Pendapatan Orang tua

Penyebaran subjek penelitian etnis Tamil berdasarkan usia dapat digambarkan seperti pada tabel 16 berikut ini :

Tabel 16. Persentase pendapatan orang tua pada subjek etnis Tamil.

Tabel 16 menunjukkan jumlah remaja etnis Tamil paling banyak memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi menengah. Terdapat 30 orang (42,3%) subjek etnis Tamil yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi rendah, kemudian terdapat 33 orang (46,55%) etnis Tamil yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi sedang, kemudian terdapat 8 orang (11,2 %) etnis Tamil yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong kelas ekonomi atas. Penyebaran subjek berdasarkan pendapatan orang tua dapat dilihat pada grafik 12.

0 5 10 15 20 25 30 35

SES rendah SES menengah SES tinggi

Pendapatan Orang tua Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

SES rendah 30 42,3

SES Menengah 33 46,5

SES tinggi 8 11,2


(36)

Grafik 12. Penyebaran etnis Tamil berdasarkan pendapatan orang tua. 4. Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Asal Sekolah.

Penyebaran subjek penelitian etnis Tamil berdasarkan asal sekolah dapat digambarkan seperti pada tabel 17 berikut ini :

Tabel 17. Persentase asal sekolah pada subjek etnis Tamil

Tabel 17 menunjukkan jumlah remaja etnis Tamil yang berasal dari sekolah SMA Raksana berjumlah 32 orang (45,1%), subjek etnis Tamil berasal dari sekolah SMK Raksana berjumlah 21 orang (29,6%), sedangkan subjek etnis Tamil berasal dari SMA Bridgen Katamso berjumlah 18 orang (25,4%). Penyebaran subjek berdasarkan asal sekolah dapat dilihat pada grafik 13.

Grafik 13. Penyebaran etnis Tamil berdasarkan asal sekolah. 0

5 10 15 20 25 30 35

SMA Raksana SMK Raksana SMA Bridgen Katamso

Asal sekolah Jumlah (Orang) Persentase (%)

SMA Raksana 32 45,1

SMK Raksana 21 29,6

SMA Bridgen Katamso 18 25,4


(37)

2. Hasil Penelitian

Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah gambaran Peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) pada remaja etnis minoritas. Fungsi analisis deskriptif adalah menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Secara teknis, analisis deskriptif merupakan kegiatan meringkas kumpulan data menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi. Selanjutnya membandingkan data kelompok subjek satu dan lainnya (Hastono, 2001).

a. Hasil Utama Peneltian 1. Uji Normalitas

Sebelum melakukan kategorisasi, asumsi bahwa skor subjek pada kelompok merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi dan bahwa skor subjek dalam populasi telah terdistribusi secara normal harus terpenuhi. Data diuji dengan

menggunakan One Sample Kolmogorov- Smirnov untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi secara normal. Menurut Hadi (2000), kaidah yang digunakan yaitu jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas (p) di bawah 0.05, sebaran data tidak normal. Apabila nilai probabilitas (p) di atas 0.05, data yang diuji tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dengan data normal baku, sehingga sebaran data normal. Hasil uji normalitas data penelitian dari skala Peer Relationships (hubungan dengan teman sebaya) dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian dari Skala Peer Relationships (hubungan dengan teman sebaya)

Peer relationships (hubungan dengan teman sebaya)

Kolmogorov-Smirnov Z 1.049

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.221

Berdasarkan tabel 18, diperoleh nilai Z sebesar 1.049 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0.221. Karena nilai p > 0.05, data dalam penelitian deskripsi umum Peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) terhadap ini terdistribusi secara normal. Dengan demikian, subjek penelitian dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori

berdasarkan model distribusi normal, Peer Relationship tinggi, Peer Relationship sedang, dan Peer Relationship rendah.


(38)

2. Gambaran Umum Peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) Remaja Etnis Minoritas.

Sebelum dipaparkan cara pengkategorian subjek ke dalam kelompok subjek yang memiliki Peer relationships tinggi, Peer relationships, dan Peer relationships rendah, berikut ini akan disajikan deskripsi umum skor peer relationships subjek penelitian etnis minoritas. Data ini penting dalam pengolahan data dalam mengkategorikan subjek ke dalam tiga kelompok subjek yang dimaksudkan. Deskripsi umum skor maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi Peer relationships dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Deskripsi Umum Skor Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviasi Skor Peer Reltionship (hubungan dengan teman sebaya).

Variabel Data N Min Maks Mean Standard

Deviasi Peer

relationships

Data Hipotetik 214 48 192 120 24

Data Empirik 214 97 187 143.4 14.18

Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa nilai mean yang diperoleh dari data hipotetik lebih rendah dibandingkan dengan mean dari data empirik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peer relationships pada remaja etnis minoritas lebih baik dibandingkan dengan populasi yang diasumsikan. Dari hasil tersebut maka subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tingkatan kategorisasi peer relationships, yaitu : rendah, sedang, dan tinggi. Untuk

mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel 18 yang selanjutnya menghasilkan pengkategorian skor peer relationships seperti pada tabel 20.

Tabel 20. Pengkategorian Peer Reltionship (Hubungan dengan Teman Sebaya) Remaja Etnis Minoritas

Keterangan :

X : Skor yang didapatkan oleh subjek µ : Mean empirik skala Peer relationships σ : Standard deviasi

Rumus Kategori

X < (µ - 1,0 σ) Rendah

(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ) Sedang X ≥ (µ + 1,0 σ) Tinggi


(39)

Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 18 dan skor mean dan standar deviasi yang ada pada tabel 20 di atas maka diperoleh penggolongan peer relationships remaja serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel 21 dan grafik 6 berikut.

Tabel 21. Pengkategorian Peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan skor skala Peer relationships.

Dari tabel 21, dikategorikan rentang skor peer relationships berdasarkan data hipotetik. Dapat dilihat bahwa mayoritas etnis minoritas memiliki tingkat peer

relationships yang tergolong sedang sebanyak 116 orang (54,2%) dan Peer relationships yang tergolong tinggi sebanyak 98 orang (48,5%). Berikut ini akan ditampilkan grafik yang menggambarkan kategorisasi peer relationships remaja etnis minoritas berdasarkan skor skala peer relationships.

Grafik 14. Pengkategorian Peer relationships remaja etnis minoritas berdasarkan skor skala Peer relationships.

3. Gambaran aspek-aspek Peer relationships (Hubungan dengan Teman Sebaya)

remaja etnis Minoritas. 0 20 40 60 80 100 120 Peer Relationship Rendah Sedang Tinggi

Variabel Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi

(N)

Persentase (%) Peer relationships

(Hubungan dengan Teman Sebaya)

X < 96 Rendah 0 0

96 ≤ X < 144 Sedang 116 54.2

X ≥ 144 Tinggi 98 48.5


(40)

Gambaran peer relationships remaja etnis minoritas (tabel 21) juga dapat dilihat melalui bentuk-bentuk perilakunya, di mana hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek peer relationships yaitu persahabatan, kelompok teman sebaya, dan hubungan romantis. Dari 214 subjek yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi pada tiap aspek-aspek peer relationships (Hubungan dengan Teman Sebaya) yang dapat dilihat pada tabel 22 berikut.

Tabel 22. Kategorisasi Peer relationships (Hubungan dengan Teman Sebaya) pada etnis Minoritas. Subjek dengan kategorisasi Peer relationships. Aspek-aspek N Persahabatan Kelompok

Sebaya

Hubungan Romantis

Tinggi

Min 54 51 18

Maks 80 79 32

Mean 66.79 60.02 26.24

SD 4.830 6,208 3.411

N 98

Sedang

Min 33 38 11

Maks 70 63 29

Mean 58.44 54,00 20,82

SD 5.651 4.931 3.275

N 116

Rendah

Min - - -

Maks - - -

Mean - - -

SD - - -

N 0

Jumlah N 214

Dari tabel 22 di atas dapat dilihat kategorisasi peer relationships (hubungan dengan teman sebaya) pada remaja etnis minoritas secara keseluruhan ditinjau dari tiap-tiap aspek. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat juga bahwa mayoritas remaja etnis minoritas memiliki kategori sedang yaitu 116 subjek. Berdasarkan kategori norma pada tabel 20 maka skor mean dan standar deviasi yang ada pada tabel 21 khususnya pada remaja dengan kategori peer relationships sedang dapat diperoleh penggolongan aspek-aspek peer relationships remaja minoritas serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel 23 berikut.


(41)

Tabel 23. Pengkategorian siswa yang memiliki peer relationships sedang berdasarkan aspek-aspek peer relationships

Aspek Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

Persahabatan X < 53 Rendah 17 14.7

53 ≤ X < 65 Sedang 86 74.1

X ≥ 65 Tinggi 13 11.2

Jumlah 116 100

Kelompok Teman Sebaya

X < 49 Rendah 13 11.2

49 ≤ X < 59 Sedang 81 69.8

X ≥ 59 Tinggi 22 19.0

Jumlah 116 100

Hubungan Romantis

X < 18 Rendah 18 15.5

18 ≤ X < 24 Sedang 72 62.1

X ≥ 24 Tinggi 26 22.4

Jumlah 116 100

Berdasarkan pada tabel 23 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki peer relationships sedang pada tiap aspeknya juga mayoritas berada pada kategori sedang. Pada aspek persahabatan, remaja yang memiliki peer relationships sedang yang berada pada kategori rendah adalah sebanyak 17 orang (14.7%), kategori sedang sebanyak 86 orang (74.1 %), dan kategori tinggi sebanyak 13 orang (11.2 %). Pada aspek kelompok teman sebaya, remaja yang memiliki peer relationships sedang yang berada pada kategori rendah sebanyak 13 orang (11.2 %), kategori sedang sebanyak 81 orang (69.8 %), dan kategori tinggi sebanyak 22 orang (19.0%). Pada aspek hubungan romantis, siswa yang memiliki peer relationships sedang yang berada pada kategori rendah adalah sebanyak 18 orang (15.5 %), kategori sedang sebanyak 72 orang (62.1 %), dan kategori tinggi sebanyak 26 orang (22.4 %).

b. Hasil Tambahan Penelitian

Penelitian ini juga memperoleh beberapa hasil yaitu gambaran peer ralationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan jenis kelamin, etnis dan status sosial ekonomi. Menurut Cammings (2010), remaja perempuan lebih mudah terpengaruh pada tekanan teman sebaya, dan remaja perempuan juga lebih tertekan dengan tuntutan teman sebaya mereka. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh La Greca, (2005) bahwa perbedaan gender dalam menjalin peer relationships berbeda dalam tingkat depresi dan kecemasan sosial yang dialami, dimana remaja wanita lebih memiliki tingkat depresi dan kecemasan


(42)

yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal ini bisa disebabkan oleh aspek psikologis yang dimiliki oleh perempuan. Selain itu, Cobb, (2007) juga

mengungkapkan bahwa remaja perempuan lebih memperhatikan hubungan emosional yang mereka jalin dimana perempuan saling membagi perasaan dibandingkan dengan remaja laki-laki.

Peneliti juga ingin melihat gambaran peer ralationships pada remaja etnis

minoritas berdasarkan status sosial ekonomi. Menurut Rice, (2004) remaja etnis minoritas yang memiliki orang tua dengan pendapatan yang rendah (status sosial ekonomi)

berhubungan dengan gangguan psikologis dan kesehatan mental. Gangguan tersebut misalnya depresi dan rasa rendah diri pada remaja etnis minoritas. Dan menurut Santrock, (2008) menjadi seseorang berlatarbelakang etnis minoritas merupakan suatu

permasalahan bagi remaja. Hal ini dikarenakan oleh adaya stereotype dan diskriminasi terhadap etnis minoritas. Etnis menentukan siapa, seberapa besar derajatnya dan dalam cara yang bagaimana seseorang akan menikmati status kewarganegaraan, dimana latar belakang etnis menentukan apakah seseorang akan diasingkan, ditekan atau dirugikan (Santrock, 2008). Hal ini bisa juga disebabkan oleh kelas sosial dan stereotype yang dimiliki oleh kedua etnis tersebut. Sehingga peneliti juga merasa perlu untuk meneliti bagaimana peer relationships pada remaja etnis minoritas bila ditinjau dari jenis kelaminnya, status sosial ekonomi dan etnis yang dimiliki oleh remaja.

1. Uji Homogenitas

Sebelum menggambarkan subjek berdasarkan perbedaan jenis kelamin, etnis dan pendapatan orang tua uji homogenitas dilakukan terlebih dahulu untuk melihat apakah sampel dalam penelitian ini homogen. Uji homogenitas menggunakan Levene Statistik dengan bantuan SPSS 17.00 for windows. Menurut Hadi (2000), jika probabilitas (p) di atas 0.05 (p>0.05) maka sampel dalam penelitian ini homogen.

a. Uji Homogenitas berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 24

Hasil Uji Homogenitas Jenis Kelamin Levene Statistic df1 df2 Sig.


(43)

Pada tabel 24 dapat dilihat bahwa pada peer relationships nilai p adalah 0.577 memiliki nilai p > 0.05 maka sampel dalam penelitian ini memiliki varians skor yang homogen, oleh sebab itu dapat dilakukan uji perbedaan.

Tabel 25.

Hasil Uji ANOVA Jenis Kelamin

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 485.853 1 485.853 2.432 .120

Within Groups 42343.960 212 199.736

Total 42829.813 213

Dari hasil uji ANOVA pada tabel 25 terlihat bahwa diperoleh nilai F = 2.432 dengan signifikansi sebesar 0.120 (p>0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan peer relationships berdasarkan jenis kelamin.

b. Uji Homogenitas berdasarkan Etnis. Tabel 26

Hasil Uji Homogenitas Etnis Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.978 1 212 .161

Pada tabel 26 dapat dilihat bahwa pada peer relationships nilai p adalah 0.161 memiliki nilai p > 0.05 maka sampel dalam penelitian ini memiliki varians skor yang homogen, oleh sebab itu dapat dilakukan uji perbedaan.


(44)

Tabel 27.

Hasil Uji ANOVA Etnis.

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 299.464 1 299.464 1.493 .223 Within Groups 42530.349 212 200.615

Total 42829.813 213

Dari hasil uji ANOVA pada tabel 27 terlihat bahwa diperoleh nilai F = 1,493 dengan signifikansi sebesar 0.223 (p>0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan peer relationships berdasarkan etnis.

c. Uji Homogenitas berdasarkan Pendapatan Orang tua Tabel 28

Hasil Uji Homogenitas Pendapatan Orang tua Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.074 2 211 .128

Pada tabel 28 dapat dilihat bahwa pada peer relationships nilai p adalah 0.128 memiliki nilai p > 0.05 maka sampel dalam penelitian ini memiliki varians skor yang homogen, oleh sebab itu dapat dilakukan uji perbedaan.

Tabel 29.

Hasil Uji ANOVA Pendapatan Orang tua

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2151.508 2 1075.754 5.580 .004 Within Groups 40678.306 211 192.788


(45)

Tabel 29.

Hasil Uji ANOVA Pendapatan Orang tua

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2151.508 2 1075.754 5.580 .004 Within Groups 40678.306 211 192.788

Total 42829.813 213

Dari hasil uji ANOVA pada tabel 29 terlihat bahwa diperoleh nilai F = 5.580 dengan signifikansi sebesar 0.004 (p<0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peer relationships berdasarkan pendapatan orangtua.

2. Gambaran Peer Relationships berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian. Berdasarkan jenis kelamin, gambaran Peer relationships remaja etnis minoritas dapat dilihat pada tabel 30.

Tabel 30. Gambaran Peer relationships berdasarkan jenis kelamin remaja etnis minoritas.

Dari tabel 30 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan jenis kelamin terdapat pada siswa perempuan yaitu sebesar 145.02, namun walaupun terdapat perbedaan mean, perbedaan ini tidak signifikan berdasarkan hasil uji homogenitas. Tabel 30 juga menunjukkan bahwa subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 48 remaja, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 66 remaja. Sedangkan subjek berjenis kelamin perempuan yang memiliki tingkat peer relationships

Jenis Kelamin

Min Max Mean Kategorisasi Frekuensi

(N)

Jumlah Persen

(%)

Laki-laki 97 183 142,00 Rendah 0 114 53.27

Sedang 66

Tinggi 48

Perempua n

118 187 145,02 Rendah 0 100 46.73

Sedang 50

Tinggi 50


(46)

tinggi berjumlah 50 remaja, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang juga berjumlah 50 remaja.

3. Gambaran Peer Relationships berdasarkan Etnis Subjek Penelitian.

Berdasarkan etnis, gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas dapat dilihat pada tabel 31 berikut.

Tabel 31. Gambaran Peer relationships berdasarkan etnis remaja etnis minoritas.

Dari tabel 31 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan etnis terdapat pada remaja Tionghoa yaitu sebesar 144.24, namun walaupun terdapat perbedaan mean, perbedaan ini tidak signifikan berdasarkan hasil uji homogenitas. Tabel 31 juga menunjukkan bahwa subjek etnis Tionghoa yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 71 orang, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 72 orang. Sedangkan subjek yang merupakan etnis Tamil yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 26 orang, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 45 orang.

4. Gambaran Peer Relationships pada Remaja Etnis Minoritas berdasarkan Status Sosial Ekonomi Subjek Penelitian.

Berdasarkan pendapatan orang tua subjek penelitian dalam gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas dapat dilihat pada tabel 32 berikut.

Tabel 32. Gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan pendapatan orang tua.

Etnis Min Ma

x

Mean Kategorisasi Frekuensi

(N)

Jumlah Persen

(%)

Tionghoa 97 187 144,24 Rendah 0 143 0

Sedang 72 50,3

Tinggi 71 49,7

Tamil 120 183 141,73 Rendah 0 71 0

Sedang 45 63,4

Tinggi 26 36,6


(47)

Dari tabel 32 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan pendapatan orang tua terdapat pada remaja yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong SES tinggi yaitu sebesar 147.57, terdapat perbedaan mean yang signifikan berdasarkan hasil uji homogenitas. Tabel 32 juga menunjukkan bahwa subjek penelitian yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong SES tinggi yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 41 orang, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 37 orang, dan tidak terdapat subjek yang memiliki tingkat peer relationships rendah. Sedangkan subjek yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong SES sedang yang memiliki tingkat peer relationships tinggi berjumlah 29 orang, kemudian yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 59 orang, dan tidak terdapat subjek yang memiliki tingkat peer relationships rendah. Sedangkan subjek yang memiliki orang tua dengan pendapatan tergolong SES rendah yang memiliki tingkat peer relationships tinggi hanya berjumlah 22 orang, kemudian subjek yang memiliki tingkat peer relationships sedang berjumlah 26 orang, dan tidak terdapat subjek yang memiliki tingkat peer relationships rendah. Pendapatan

Orang tua

Min Max Mean Kategorisasi Frekuensi

(N)

Jumlah Persen

(%)

SES rendah 97 183 141.56 Rendah 0 48 22,4

Sedang 26

Tinggi 22

SES menengah 107 171 140.72 Rendah 0 88 41,12

Sedang 59

Tinggi 29

SES tinggi 107 187 147.57 Rendah 0 78 36,44

Sedang 37

Tinggi 41


(48)

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil utama yang diperoleh dari hasil penelitian yang terdiri dari 214 subjek ini, dapat diketahui bahwa gambaran peer relationships secara umum tergolong sedang yaitu sebanyak 116 remaja (54.20%), sedangkan yang tergolong tinggi sebanyak 98 remaja (40.66%), dan tidak terdapat subjek yang tergolong rendah. Demikian juga pada penelitian tambahan, yaitu gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan etnis secara keseluruhan subjek penelitian tergolong sedang.

Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja etnis minoritas memiliki peer relationships yang tergolong sedang yaitu sebanyak 116 subjek (lihat tabel 21). Karakteristik remaja yang memiliki peer relationships sedang dapat digambarkan berdasarkan jawaban-jawaban subjek pada skala peer relationships yang digunakan dalam penelitian ini (lihat tabel 21). Pada aspek persahabatan, remaja etnis minoritas sudah menerima sahabat apa adanya , mulai merasa berharga karena memiliki sahabat, mulai mengungkapkan diri kepada sahabat, dan mulai berbagi dukungan emosi dengan sahabat, namun kurang dapat berbagi masalah dengan temannya.

Pada aspek kelompok teman sebaya, remaja etnis minoritas mulai memiliki rasa nyaman bersama teman kelompok, saling berbagi informasi dan mendapatkan informsi dari teman kelompok. Namun remaja etnis minoritas dengan peer relationships sedang tidak begitu terlibat aktifitas yang sama dengan teman kelompok, mereka juga kurang mendapatkan identitas, dan hubungan yang dijalin bersama teman kelompok, bagi mereka tidak begitu meningkatkan harga diri. Pada aspek hubungan romantis, remaja etnis minoritas dengan peer relationships sedang sudah mulai melakukan aktifitas dengan


(49)

lawan jenis mereka, namun tidak begitu memikirkan hubungan romantis dengan lawan jenis ataupun menjalin suatu hubungan romantis.

Sedangkan peer relationships pada remaja etnis minoritas yang berada pada kategorisasi tinggi adalah sebanyak 98 subjek (lihat tabel 21). Karakteristik remaja yang memiliki peer relationships tinggi dapat digambarkan berdasarkan jawaban-jawaban subjek pada skala peer relationships yang digunakan dalam penelitian ini (lihat tabel 22). Adapun karakterisik remaja yang memiliki peer relationships tinggi pada remaja etnis minoritas adalah sebagai berikut : Pada aspek persahabatan, remaja etnis minoritas sudah berbagi masalah dengan sahabatnya, menerima sahabat apa adanya, memiliki rasa berharga, mampu mengungkapkan diri, dan menerima dukungan emosi dari sahabat mereka. Selain itu, dari tabel 22 dapat dilihat bahwa nilai mean yang paling besar pada kategorisasi sedang terdapat pada aspek persahabatan, yaitu sebesar 69.95. Artinya, bahwa mayoritas remaja etnis minoritas cenderung dapat menjalin suatu hubungan persahabatan dengan baik yang bermanfaat bagi relasi yang dimiliki oleh remaja etnis minoritas. Hal ini sejalan dengan ungkapan yang dinyatakan oleh oleh Rubin (2008) bahwa pada etnis minoritas persahabatan merupakan kekuatan remaja untuk mengatasi masalah minoritas mereka.

Pada aspek kelompok teman sebaya, remaja etnis minoritas memiliki rasa nyaman, harga diri, memiliki identitas diri karena bersama teman kelompok mereka, remaja juga memiliki wadah untuk menghabiskan waktu maupun tempat sumber informasi. Pada aspek hubungan romantis, remaja etnis minoritas sudah ingin memulai suatu hubungan romantis dan menjalin suatu hubungan romantis.

Peneliti juga mencantumkan analisis tambahan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan jenis kelamin, status sosial ekonomi dan etnis. Gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan jenis kelamin menunjukkan hasil bahwa pada


(50)

remaja etnis minoritas perempuan memiliki peer relationships yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (mean perempuan = 145.02; mean laki-laki = 142.00). Namun mean antara remaja etnis minoritas pada laki-laki dan perempuan tidaklah signifikan. Hal ini mungkin terjadi karena remaja laki-laki dan perempuan pada penelitian ini sama-sama merupakan etnis minoritas. Dimana mereka sama-sama bergantung pada teman sebaya, karena besarnya keinginan mereka untuk diterima oleh kelompok mayoritas (Santrock, 2008).

Gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan etnis, menunjukkan hasil bahwa pada remaja etnis minoritas dengan etnis Tionghoa memiliki peer relationships yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang merupakan etnis Tamil (mean remaja etnis Tionghoa = 144.24; remaja etnis Tamil = 141.73). Namun mean pada etnis Tionghoa dan Tamil tersebut tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi karena subjek penelitian ini merupakan remaja etnis Tionghoa dan Tamil yang sama-sama merupakan etnis minoritas di sekolah mereka. Kedua etnis tersebut memiliki stereotype tertentu, dimana etnis Tamil memiliki stereotype etnis pemabuk dan penipu, sedangkan etnis Tionghoa memiliki stereotype yaitu sifat spekulatif, menghalalkan semua cara, sombong, lekas curiga, eksklusif, orientasi bisnis, hemat, ulet, egois, dan paternalis (Realita Pos, 2008). Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat remaja etnis minoritas yang memiliki peer relationships rendah. Hal ini dapat terjadi dikarenakan mereka berbaur dengan etnis mayoritas, yaitu dengan cara memasuki sekolah dengan siswa adalah remaja etnis mayoritas. Ketika remaja etnis minoritas membuka diri dan menjalin persahatan antaretnis, dapat menghilangkan diskriminasi dan mereka memiliki kelompok yang lebih kuat (Rubin, 2009)

Gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan pendapatan orang tua, menunjukkan hasil bahwa pada remaja etnis minoritas dengan SES


(51)

tinggi memiliki peer relationships yang lebih tinggi dibandingkan jumlah pendapatan yang lainnya (mean pendapatan orang tua SES tinggi = 147.57, lebih SES menengah mean = 140.72, SES rendah mean = 141.56)

Hal ini bisa disebabkan karena, remaja berlatar belakang penghasilan rendah, beresiko tinggi untuk mengalami masalah yaitu kesulitan dalam adaptasi sosial dan masalah psikologis seperti depresi, rendah diri, konflik dengan teman sebaya dan kenalakan remaja lebih banyak terjadi pada remaja miskin dibandingkan dengan remaja yang lebih berada (Gibbs & Huang, dalam Santrock 2008).

Santrock (2008) juga mengatakan remaja etnis minoritas kelas menengah masih menghadapi masalah prasangka, diskriminasi dan bias yang berhubungan dengan status sebagai anggota kelompok etnis minoritas. Hal inilah yang tentunya mempengaruhi peer relationships pada remaja etnis minoritas yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Dimana remaja etnis minoritas dengan pendapatan orang tua yang lebih tinggi, memiliki peer relationships yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja etnis minoritas dengan pendapatan orang tua menengah ke bawah. Tidak semua keluarga etnis minoritas miskin, tapi kemiskinan menyumbangkan stress pada kehidupan dari banyak remaja etnis minoritas. Hal tersebut membuat banyak remaja etnis minoritas mengalami kerugian ganda : (1) prasangka, diskriminasi dan bias akibat status minoritas mereka, (2) dampak kemiskinan yang menimbulkan stres.

Bradley (2002) juga mengatakan bahwa remaja dari latar belakang status sosial ekonomi rendah, lebih cenderung menggunakan penyalahgunaan obat-obatan dan lebih cenderung mengalami stress dikarenakan permasalahan keluarga. Sesuai juga dengan pernyataan Robinson (2005), bahwa remaja yang berlatar belakang dari keluarga berpendapatan rendah, mereka mengalami perasaan negatif terhadap teman sebaya mereka dan merasa malu dan terluka.


(52)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini.

A. KESIMPULAN

Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pengolahan dan analisis data.

1. Hubungan teman sebaya (peer relationships) pada remaja etnis minoritas secara umum tergolong pada kategori sedang.

2. Berdasarkan aspek-aspek peer relationships, mean tertinggi terdapat pada aspek persahabatan.

3. Berdasarkan data tambahan, ditinjau dari pendapatan orang tua, remaja etnis minoritas yang memiliki peer relationships lebih tinggi adalah remaja yang memiliki tingkat status sosial ekonomi yang tinggi.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan peer relationships pada etnis minoritas.


(53)

1. Saran Metodologis

Penelitian ini tidak luput dari kekurangan baik secara metodologis ataupun secara praktisnya. Oleh karena itu peneliti menyampaikan beberapa saran metodologis yang diharapkan nantinya dapat menjadi bahan masukan yang cukup berarti untuk penelitian selanjutnya. Berikut ini adalah beberapa saran metodologis yang penting untuk dipertimbangkan:

a. Bagi peneliti yang tertarik mendalami mengenai peer relationships etnis minoritas dapat dilakukan penelitian dalam bentuk kualitatif untuk dapat melihat kualitas peer relationships pada remaja etnis minoritas.

b. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian lanjutan mengenai peer relationships dapat dilakukan penelitian dengan variabel–variabel yang juga mempengaruhi remaja seperti seperti attachment dengan orang tua, self esteem, well being, dan variabel lainnya yang ada pada masa perkembangan remaja.

2. Saran Praktis

Selain saran metodologis, peneliti juga menyampaikan beberapa saran praktis yang diharapkan dapat berguna baik bagi pihak sekolah beserta remaja etnis minoritas (khususnya etnis Tionghoa dan etnis Tamil).

a. Pihak sekolah

Perlu ditingkatkannya komunikasi terhadap remaja etnis minoritas oleh guru melalui pemaparan di suatu kelas khusus terhadap siswa minoritas di sekolah, bahwa mereka juga berkesempatan untuk


(54)

memiliki peer relationships yang tinggi tanpa terbatas pada status minoritas mereka.

b. Bagi remaja etnis minoritas

Remaja etnis minoritas yang masih memiliki peer relationships sedang, dapat semakin membuka diri dalam menjalin peer relationships melalui informasi yang mereka dapat dari pihak sekolah tanpa harus berfokus pada stereotype dan diskriminasi yang dimiliki etnis mereka.

c. Bagi orang tua remaja etnis minoritas

Orang tua dapat menjalin terlebih dahulu hubungan orang tua-anak yang baik dengan remaja, sehingga orang tua dapat menjadi sosok pendukung bagi remaja dalam menjalin peer relationships mereka.


(55)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PEER RELATIONSHIPS

1. Pengertian Peer relationships

Salah satu tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Gunarsa, 2004) adalah mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya. Menurut Santrock (2006) teman sebaya (peer) bagi remaja merupakan sumber mendapatkan status, wadah untuk menjalin persahabatan dan berbagi rasa saling memiliki yang penting dalam situasi apapun.

Teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama (Santrock, 2009). Sedangkan hubungan (relationships) didefinisikan sebagai kesatuan dari interaksi yang berlangsung terus melalui waktu dan membentuk dasar harapan interpersonal timbal balik yang merupakan dasar konteks sosial (Hinde dalam Rubin, dkk 2009). Kemampuan dalam berkomunikasi, pengaturan diri, bersama-sama dengan orang lain, dan pengetahuan tentang dunia timbul kebanyakan sejak awal hubungan dan terus berlanjut dalam diri mereka. Hubungan merupakan sumber yang menahan seseorang dari stress dan merupakan alat untuk penyelesaian masalah secara kompetitif maupun korperatif. Hubungan juga merupakan yang memungkinkan dari hubungan-hubungan lainnya. Suatu hubungan yang berfungsi dengan baik, memiliki dampak pada kesehatan mental dan fisik, ketahanan, dan kesejahteraan.


(1)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Peer Relationship

1. Pengertian Peer Relationship ... 22 2. Aspek Peer Relationship ... 23 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Peer Relationships. ... 27 4. Fungsi Peer Relationships ... 29 B. Etnis Minoritas

1. Pengertian Etnis Minoritas ... 30 2. Etnis Tionghoa ... 32 3. Etnis Tamil ... 33 C. Remaja

1. Pengertian Remaja ... 34 2. Pembagian Fase Remaja ... 35 3. Tugas Perkembangan Remaja ... 36 D. Gambaran Peer Relationship Pada Remaja

Etnis Minortias ... 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel ... 43 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 43 C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel


(2)

2. Metode Pengambilan Sampel ... 46

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 46

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 47

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas ... 49

2. Uji Reliabilitas ... 50

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 51

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian ... 54

a. Rancangan Alat dan Instrumen Penelitian ... 55

b. Permohonan Izin ... 55

c. Uji Coba Alat Ukur ... 55

d. Penyusunan Alat Ukur Penelitian ... 56

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 58

3. Tahap Pengolahan Data ... 58

H. Metode Analisis Data ... 59

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA 1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 60

a. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

b. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 61 c. Gambaran Subjek Berdasarkan


(3)

Pendapatan Orang tua ... 62 d. Gambaran Subjek Berdasarkan asal sekolah... 63 e. Gambaran Subjek Berdasarkan etnis ... 64

e.1 Gambaran remaja etnis Tionghoa berdasarkan Usia,

Asal Sekolah dan Pendapatan orang tua ... 66 e.2 Gambaran remaja etnis Tamil berdasarkan Usia,

Asal Sekolah dan Pendapatan orang tua ... 70 2. Hasil Penelitian ... 74

a. Hasil Utama Penelitian

1. Uji Normalitas ... 74 2. Gambaran Umum Peer Relationships pada

remaja etnis inoritas ... 75 3. Gambaran aspek-aspek Peer Relationships

pada remaja etnis minoritas ... 78 b. Hasil Tambahan Penelitian

1. Uji Homogenitas ... 81 2. Gambaran Peer relationships berdasarkan

Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 84 3. Gambaran Peer relationships berdasarkan

Etnis Subjek Penelitian ... 85 4. Gambaran peer relationships berdasarkan Pendapatan

Orang tua Subjek Penelitian ... 86 B. PEMBAHASAN ... 87


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran

1. Saran Metodologis ... 94 2. Saran Praktis ... 94 DAFTAR PUSTAKA ... 96


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blue Print Skala Peer Relationship Sebelum Diuji Coba --- 48

Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Peer Relationship Sebelum Diuji Coba --- 52

Tabel 3 Distribusi Aitem Skala Peer Relationship Sesudah Uji Coba --- 53

Tabel 4 Distribusi Aitem Peer Relationship yang Akan Disebar --- 54

Tabel 5 Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin --- 60

Tabel 6 Persentase Subjek Berdasarkan Usia --- 61

Tabel 7 Persentase Subjek Berdasarkan Pendapatan Orang tua --- 62

Tabel 8 Persentase Subjek Berdasarkan Asal Sekolah --- 63

Tabel 9 Persentase Subjek Berdasarkan Etnis --- 65

Tabel 10 Persentase Subjek Etnis Tionghoa Berdasarkan Jenis Kelamin --- 66

Tabel 11 Persentase Subjek Etnis Tionghoa Berdasarkan Usia --- 67

Tabel 12 Persentase Subjek Etnis Tionghoa Berdasarkan Asal Sekolah --- 68

Tabel 13 Persentase Subjek Etnis Tionghoa Berdasarkan Pendapatan Orang tua --- 69

Tabel 14 Persentase Subjek Etnis Tamil Berdasarkan Jenis Kelamin --- 70

Tabel 15 Persentase Subjek Etnis Tamil Berdasarkan Usia --- 71

Tabel 16 Persentase Subjek Etnis Tamil Berdasarkan Pendapatan orang tua --- Tabel 17 Persentase Subjek Etnis Tamil Berdasarkan Asal --- 72

Sekolah --- 75

Tabel 18 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian dari Skala Peer Relationships --- Tabel 19 Deskripsi Umum Skor Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviasi Skor Peer Relationships --- 76

Tabel 20 Pengkategorian Peer Relationships --- 76

Tabel 21 Pengkategorian Kompetensi Sosial Berdasarkan Skor Skala Kompetensi Sosial --- 77

Tabel 22 Kategorisasi Peer Relationships Berdasarkan Aspek --- 78

Tabel 23 Pengkategorian siswa yang Memiliki Peer Relationships sedang Berdasarkan aspek Peer Relationships --- 79

Tabel 24 Uji Homogenitas berdasarkan Jenis Kelamin --- 81

Tabel 25 Hasil Uji ANOVA Jenis Kelamin --- 82

Tabel 26 Uji Homogenitas berdasarkan Etnis --- 82

Tabel 27 Hasil Uji ANOVA Etnis --- 83

Tabel 28 Uji Homogenitas berdasarkan Pendapatan Orang tua --- 83

Tabel 29 Hasil Uji ANOVA Pendapatan Orang tua --- 84

Tabel 30 Gambaran Peer relationships berdasarkan jenis kelamin remaja etnis minoritas. --- 84

Tabel 31 Gambaran Peer relationships berdasarkan etnis --- 85

Tabel 32 Gambaran peer relationships pada remaja etnis minoritas berdasarkan pendapatan orang tua --- 86


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Hasil Uji Coba Skala Peer Relationships --- 100

Lampiran 2 Hasil Analisis Aitem Uji Coba Skala Peer Relationships --- 105

Lampiran 3 Data Mentah Subjek Penelitian dalam Skala Peer Relationships --- 113

Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas Pada Skala Peer Relationships --- 131

Lampiran 5 Skala Peer Relationships Sebelum Uji Coba --- 136

Lampiran 6 Skala Penelitian Peer Relationships --- 145