Budaya Organisasi TINJAUAN PUSTAKA

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budaya Organisasi

Budaya organisasi menurut Peter F. Drucker yang dikutip oleh Robert G. Owensdengan buku berjudul Organizational Behavior in Educattion Tika 2006, 4 yaitu: Budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsiten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagi cara yang cepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait. Menurut Graham yang dikutip olehSiswadi 2012, 71“budaya organisasi adalah norma, keyakinan, sikap dan filosofi organisasi. Kebudayaan adalah suatu sistem nilai, keyakinan dan norma-norma yang unik yang dimiliki secara bersama oleh organisasi. Kebudayaan juga menjadi suatu penyebab penting bagi keefektifan organisasi itu sendiri.” Sedangkan menurut Robbins yang disitir olehSembiring 2012, 41 memberi pengertian bahwa “budaya organisasi mengacu ke sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi teresebut dengan organisasi-organisasi lain.” Mathis dan Jakson 2006, 46 menyatakan, “budaya organisasi adalah sebuah pola dari nilai-nilai dan kepercayaan yang disepakati bersama yang memberikan arti kepada anggota dari organisasi tersebut dan aturan-aturan berperilaku”. Universitas Sumatera Utara 6 Menurut Robert yang dikutip oleh Wirawan 2008, 10 menyatakan: Budaya organisasi adalah norma yang menginformasikan anggota organisasi mengenai apa yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat diterima, nilai-nilai dominan yang dihargai diatas yang lainnya, asumsi dasar dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota organisasi, peraturan main yang harus dipelajari jika orang ingin dapat sejalan dan diterima sebagai anggota organisasi, dan filsafat yang mengarahkan organisasi dalam berhubungan dengan karyawan dan kliennya. Pendapat lain dikemukakan Koesmono 2005, 139 yang menyatakan bahwa “budaya organisasi merupakan nilai - nilai yang menjadi kebiasaan dan bermula dari adat istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan pada diri pelaku kerja atau organisasi.” Menurut Sutrisno 2010, 2 menyatakan bahwa “budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang menggerakkan orang- orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi mempelajari budaya yang berlaku dalam organisasinya.” Jadi budaya organisasi yang dikelola dengan baik akan menjadi pendorong bagi para anggota organisasi untuk bersikap positif, dedikatif, dan produktif. Nilai budaya memang tidak tampak, namun dapat dijadikan kekuatan yang mendorong perilaku untuk menghasilkan efektivitas kinerja. Karakteristik budaya organisasi menunjukkan ciri khas dari suatu organisasi, setiap budaya organisasi dalam organisasi selalu berbeda namun karakteristik tersebut menjadi simbol kesamaan dari budaya organisasi. Budaya organisasi yang baik adalah organisasi yang mempunyai budaya kuat. Budaya Universitas Sumatera Utara 7 kuat menurut Robbins yang dikutip oleh Tika 2008, 108 adalah ”budaya dimana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas oleh anggota organisasi.” Berdasarkan definisi tersebut, terdapat cirri-ciri dari suatu organisasi yang berbudaya kuat menurut Deal dan Kennedy yang dikutip oleh Tika 2008, 110 yaitu : 1. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, tahu dan jelas apa tujuan organisasi serta mengerti perilaku mana yang dipandang baik atau tidak baik 2. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam organisasi digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi, dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam organisasi sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohensif. 3. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam organisasi, dari mereka yang berpangkat paling rendah sampai dengan pimpinan tertinggi. Berbeda dengan suatu organisasi yang berbudaya lemah, Killman yang dikutip oleh Tika 2008, 111 menjelaskan bahwa Budaya organisasi yang kurang didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan, akan berpengaruh negatif pada organisasi karena akan memberi arah yang salah pada petugasnya. Jika hal ini terjadi, maka tugas-tugas tidak akan dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat dari kurangnyamotivasi atau semangat kerja, timbul kecurigaan, komunikasi kurang lancar, lunturnya loyalitas atau kesetiaan pada tugas utamanya dan komitmen petugas pada organisasi. Akibatnya organisasi menjadi tidak efektif dan kurang kompetitif. Dengan kata lain, organisasi menjadi kurang mampu mengatasi masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal. Dalam peneitian ini peneliti menggunakan model level budaya organisasi sebagai acuan. Model level budaya organisasi Schein yang dikutip oleh Wirawan 2007, 14 melukiskan budaya organisasi dalam tiga level yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 8 Level 1: Artefak. Level ini merupakan dimensi yang paling terlihat dari budaya organisasi, merupakan lingkungan fisik dan sosial organisasi. Pada level ini, orang yang memasuki suatu organisasi dapat melihat dengan jelas bagunan, output barng atau jasa, teknologi, bahasa tulis dan lisan, produk seni, dan perilaku anggota organisasi. Level 2: Nilai-nilai. Semua pembelajaran organisasi merefleksikan nilai- nilai anggota organisasi, perasaan mereka mengenai apa yang seharusnya berbeda dengan apa yang adanya. Jika anggota organisasi menghadapi persoalan atau tugas baru, solusinya adalah nilai-nila. Pendiri organisasi menghadapi sesuatu yang harus dikerjakan atau dipecahkan, ia mengajukan cara menyelesaikannnya dan berhasil menyelesaikannya. Cara ini kemudian disosialisasikan kepada anggota organisasi. Level 3: Asumsi dasar. Jika solusi dikemukakan pemimpin organisasi dapat berhasil berulang-ulang, maka solusi dianggap sebagai sudah seharusnya taken for granted. Apa yang semula hanya hipotesis yang didukung oleh nilai-nilai, setelah berhasil dianggap sebagai realitas dan kebenaran. Dari penjabaran pendapat ahli mengenai budaya organisasi dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan pola keyakinan yang dijiwai seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan dalam suatu organisasi. Organisasi mempunyai kepribadian yang menjadi identitas bagi anggota didalamnya. Identitas tersebut dinamakan dengan budaya organisasi. Budaya organisasi adalah persepsi umum anggota organisasi terhadap nilai-nilai yang dimiliki perusahaan tersebut. Budaya organisasi dapat dijadikan suatu acuan dasar untuk membentuk peraturan dan ketentuan dalam suatu organisasi yang secara tidak langsung membentuk dan menampilkan identitas atau karakteristik dari perusahaan. Oleh karena itu, suatu budaya yang berkembang dalam organisasi akan sangat berperan dalam mendukung aktivitas kerja di dalam organisasi tersebut. Universitas Sumatera Utara 9 Perpustakaan merupakan suatu satuan kerja organisasi, badan atau lembaga. Satuan unit kerja tersebut dapat berdiri sendiri, tetapi dapat juga merupakan bagian dari organisasi di atsanya yang lebih besar. Suatu perpustakaan sebagai salah stu unit kerja mempunyai unsur-unsur atau persyaratan seperti : organisasi, dalam Surat Keputusan pendiriannya harus tercantum secara jelas sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut: tugas, fungsi, garis wewenang dan tanggung jawab serta struktur organisasi. Budaya organisasi terdiri dari banyak fenomena yang tidak tampak, seperti nilai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma-norma perilaku, artefak dan pola tingkah laku. Sedangkan menurut Amnuai yang dikutip oleh Tika 2008, 4 adalah “seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah- masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal.” Perpustakaan sebagai organisasi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki karakteristik budaya sendiri, namun untuk unsur-unsur budayanya tetap merujuk pada teori dan konsep budaya organisasi yang ada. Selanjutnya menurut Bryson yang di kutip oleh Kahar 2008, 80 menyatakan, bahwa “di dalam perpustakaan dan pusat informasi, telah menjadi tradisi bahawa unsur nilai-nilai values telah mengakar yang sangat mendalam yang ditampilkan pada peilaku dan kebiasaan.” Pada definisi yang dikemukakan oleh Bryson yang di kutip oleh Kahar 2008, 80 dinyatakan bahwa “as service organization, a library’s or information Universitas Sumatera Utara 10 centre’s culture should be the set of values and norm that affect employeebehavior in areas of userservice, management style and concern for quality and innovation”. Inti dari pendapat Bryson itu adalah, perpustakaan sebagai organisasi yang berorientasi pada pelayanan, maka nilai dan norma sangat diuatamakan karena mempengaruhi perilaku karyawan dalam melayani pemustaka. Selanjutnya menurut Kahar 2008, 81 ada beberapa unsur budaya organisasi dalam pelayanan perpustakaan yang dikemukakan sebagai berikut: Perpustakaan juga sebagai pusat pelayanan dengan menggunakan teknologi informasi, yang membutuhkan banyak waktu untuk penulusuran informasi. Dalam konteks ini nilai sebagai unsur budaya organisasi, diwujudkan dalam bentuk kecepatan speed, ketepataan accuracy, keterkinian current data serta keramah tamahan dalam melayani pemustaka. Selain menelusur informasi secar online, perpustakaan melakukan kerja sama anatar perpustakaan interlibrary loan. Untuk itu dibutuhkan keyakinan belief yang tercermin dalam bentuk jaringan kerja networking dan dalam berbagi informasi information sharing antar perpustakaan. Berdasarkan teori budaya organisasi yang dikemukakan oleh para ahli maka peneliti menyusun sintesis bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi adalah seperangkat nilai, norma, keyakinan yang dianut bersama oleh anggota di dalam organisasi secara keseluruhan yang mengelilingi sepanjang waktu sehingga menimbulkan karakteristik yang unik yang membedakan dengan organisasi lainnya, dengan indikator 1 memberikan pelayanan yang berkualitas 2 berperilaku yang ideal 3 membangun jaringan kerja sama 4 berbagi informasi Universitas Sumatera Utara 11 5 mentaati ketentuan yang berlaku 6 saling menghargai

2.2 Kinerja Pustakawan Istilah kinerja berasal dari kata Job performance atau performance yang