11
5 mentaati ketentuan yang berlaku
6 saling menghargai
2.2 Kinerja Pustakawan Istilah kinerja berasal dari kata Job performance atau performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. “Biasanya orang yang kinerjanya tinggi disebut orang yang produktif dan
sebaliknya orang yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak produktif atau berperforma rendah.” Mangkunegara,
2008, 67 Kinerja menurut Timpe 2002, 31 adalah “tingkat prestasi seseorang atau
karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan yang dapat meningkatkan produktifitas.” Kinerja menurut Meiner 2005, 43 adalah “sebagai kesuksesan
yang dapat dicapai individu didalam melakukan pekerjaannya, dimana ukuran kesuksesan yang dicapai individu tidak dapat disamakan dengan individu yang
lain.” Kesuksesan yang dicapai individu adalah berdasarkan ukuran yang berlaku dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Sedangkan Beyley berpendapat
bahwa “kinerja berkaitan erat dengan tujuan atau sebagai suatu hasil dari perilaku kerja individu, hasil yang diharapkan dapat merupakan tuntutan dari individu itu
sendiri”Lewa, 2005, 130. Kinerja menurut Sedarmayanti 2011, 260 mengungkapkan bahwa
“kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan,
dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkret dan
Universitas Sumatera Utara
12
dapat diukur.” Brahmasari 2004, 64 mengungkapan bahwa “kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun
kualitataif, kreatifitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh organisasi.”
Pengertian kinerja sendiri tidak dapat dipisahkan dari apa yang telah terjadi dalam kegiatan kerja, baik didalam maupun diluar kantor. Kinerja
mengandung makna tingkat pencapaian dari suatu tujuan, pencapaian tujuan, merupakan suatu syarat untuk menghasilkan kinerja yang telah ditentukan baik
secara kualitas maupun kuantitas pencapaian dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki.
Menurut Rivai 2005, 14 “kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.”
Selain itu kinerja menurut Prawiro yang dikutip oleh Tika 2006, 121 disebutkan bahwa “Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu”.
Kinerja supaya menjadi terarah dan produktif tentu harus dikendalikan. Untuk mengendalikan kinerja karyawan, Peter M. Drucker sebagaimana dikutip
olehWachyudin 2002, 56 mengemukakan bahwa bekerja mempunyai lima dimensi:
Universitas Sumatera Utara
13
1. Dimensi fisiologis
Manusia akan bekerja dengan baik bila bekerja dalam berbagai konfigurasi operasional, yakni bekerja dengan berbagai ragam tugas
dan ritme kecepatan yang disesuaikan dengan keadaan fisiknya.
2. Dimensi psikologis
Dalam hubungan ini bekerja merupakan ungkapan kepribadian. Seseorang yang memperoleh kepuasan dari pekerjaannya akan
menampilkan kinerja yang lebih baik daripada mereka yang tidak menyenangi pekerjaannya.
3. Dimensi sosial
Bekerja dapat dipandang sebagi suatu ungkapan hubungan sosial diantara sesama karyawan. Situasi yang menyebabkan perpecahan
diantara sesama karayawan dapat menurunkan kinerja karyawan baik secara individu maupun kelompok.
4. Dimensi ekonomi
Bekerja adalah kehidupan bagi karyawan. Imbalan jasa yang tidak sepadan dapat mengahambat atau memacu karyawan untuk berprestasi
tergantung bagaimana karayawan menanggapi permasalahan itu.
5. Dimensi keseimbangan
Dalam hubungan ini keseimbangan antara apa yang diperoleh dari pekerjaan dengan kebutuhan hidup akan memacu seseorang untuk
berusaha lebih giat guna mencapai keseimbangan atau sebaliknya. Dimensi ini disebut juga sebagai dimensi kekuasaan pekerjaan karena
ketidakseimbangan dapat menimbulakan konflik yang dapat menurunkan kinerja.
Menurut Mangkunegara 2001, 72, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai yaitu:
1. Faktor individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang tinggi antara fungsi psikis rohani dan fisiknya jasmaniah. Dengan adanya
integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini
merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam
melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud
antara lain uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja
yang harmonis, iklim kerja yang respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
Universitas Sumatera Utara
14
Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka kinerja adalah tingkat prestasi seseorang atau karyawan dalam suatu
organisasi atau perusahaan yang dapat meningkatkan produktifitas dalam melaksnakan tugasnya. Kinerja adalah kemampuan, keterampilan, motivasi akan
memberikan kontribusi yang positif terhadap kualitas kinerja pegawai apabila disertai dengan upaya yang dilakukan untuk mewujudkannya. Faktor individu
dan faktor lingkungan organisasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja. Maka indikator dalam kinerja yaitu tingkat prestasi, kemampuan,
keterampilan, serta motivasi yang berpengaruh positif. Kata pustakawan berasal dari kata “pustaka”. Dengan demikian
penambahan kata “wan” diartikan sebagai orang yang pekerjaanya atau profesinya
terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka.
Ikatan Pustakawan Indonesia IPIsebagai organisasi yang menghimpun para pustakawan dalam kode etiknya menyatakan bahwa pustakawan adalah:
Seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga
induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. Pustakawan adalah seseorang yang
berkarya secara profesional dibidang perpustakaan dan informasi.
Dalam Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 1 angka 8 menyebutkan pengertian pustakawan adalah, ”Seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”.
Universitas Sumatera Utara
15
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara MENPAN dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 9 tahun 2014
disebutkan bahwa “Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan
kepustakawanan.” Pustakawan perlu memiliki sikap yang baik dalam melayani pemustaka
unutuk meningkatkan kinerjanya. Menurut Walgito 2002, 11 sikap memiliki tiga komponen dasar yaitu komponen kognitif beliefs, komponen afektif feelings,
dan komponen konatif behaviour tendencies. Karakteristik pustakawan yang berkualitas dalam melayani pengguna
menurut Rahayuningsih 2007, 86 adalah sebagai berikut: a.
Kesopanan dan keramahan pustkawan dalam pemberian layanan, terutama bagi pustakawan yang langsung berinteraksi dengan
pemustaka.
b. Bertanggung jawab dalam melayani pemustaka.
c. Emapti, wajar, dan adil dalam memecahkan masalah mengenai
keluhan pemustaka. d.
Profesional, profesinalisme pustakawan dibagian layanan tercermin. Dari beberapa uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pustakawan adalah
seorang Pegawai Negeri Sipil PNS yang telah memiliki kompetensi tentang pelayanan dan pengololaan di perpustakaan yang didapat melalui pendidikan dan
atau pelatihan yang kemudian memberikan pelayanan kepada masyarakat disuatu lembaga bernama perpustakaan. Dalam melayani pemustaka pustakawan harus
memiliki sikap yang baik, sopan dan ramah, bertanggung jawab, empati, wajar, adil dan profesional.
Universitas Sumatera Utara
16
Poerwadarminta yang dikutip oleh Aziz 2006, 44 menjelaskan bahwa,
“Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian tersebut berarti pustakawan sebagai tenaga yang berkompeten dibidang perpustakaan,
dokumentasi, dan informasi”. Selanjutnya menurut Hermawan dan Zen 2006, 19- 20 pustakawan dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Pustakawan ahli adalah mereka yang memiliki kualifikasi ahli dengan
latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan minimal sarjana atau berpengalaman lama mengelola perpustakaan secara professional.
2. Pustakawan terampil adalah yang menguasai teori-teori perpustakaan dan
terampil memanfaatkannya dalam melaksanakan tugas-tugas rutin perpustakaan seperti pengadaan, pengolahan dan pelayanan.
3. Pustakawan penunjang adalah pustakawan yang banyak melakukan
pekerjaan-pekerjaan administratif atau pekerjaan yang sifatnya umum dan tidak terkait dengan ilmu perpustakaan dan informasi
Dalam kode etik IPI dan UU tersebut tidak dicantumkan pendidikan minimal untuk menjadi seorang pustakawan, namun dalam Buku Pedoman
Perpustakaan Perguruan Tinggi yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004, 166yang dimaksud
dengan pustakawan adalah: Orang yang bertugas di perpustakaan, memilih, mengolah, meminjamkan,
merawat pustaka, menjaga dan mengawasi perpustakaan, serta melayani pengguna. Untuk pustakawan perguruan tinggi paling rendah lulusan
sarjana, dengan bidang pendidikan Strata 1 S1 dalam bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi Pusdokinfo, atau S1 bidang
lain yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan perpustakaan, dengan melaksanakan tugas keprofesian dalam bidang perpustakaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 dalam pasal 32 juga menyebutkan bahwa tenaga perpustakaan berkewajiban:
1 Memberikan layanan prima terhadap pemustaka,
2 Menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif; dan
3 Memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan
kedudukannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Universitas Sumatera Utara
17
Pustakawan perlu memiliki kemampuan lain untuk meningkatkan kinerjanya, seperti dikemukakan Tjitropranoto 1995, 1 antara lain:
1. Memiliki kemampuan berkomunikasi sehinga dapat dengan mudah
mengidentifikasi keperluan pengguna informasi, 2.
Dapat berbahasa asing, terutama bahasa Inggris sehingga mempermudah hubungan internasional,
3. Memiliki kemampuan mengembangkan teknik dan prosedur kerja dalam
bidangnya, dan 4.
Mampu melaksanakan penelitian di bidang perpustakaan untuk menentukan inovasi baru sebagai alternatif pemecahan masalah
berdasarkan kajian, analisis atau penelitian ilmiah.
Kinerja pustakawan adalah hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan suatu tugas yang harus
diemban oleh pustakawan dalam upaya mencapai tujuan perpustakaan. Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya suatu kinerja diperlukan nilai kinerja. Menurut
Bernandin dan Russel yang di kutip Gomes 1997, 135,penilaian kinerja adalah suatu cara untuk mengukur kontribusi-kontribusi dari individu-individu anggota
organisasi kepada organisasinya. BerdasarkanKeputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 10 tahun 2004 Bab II, poin 7, 2014, 5 menyatakan
bahwa angka kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seseorang pejabat fungsional dalam mengerjakan
butir kegiatan yang yang telah dialokasikan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan jabatanpangkat dalam jabatan fungsional. Pengkajian
ini menggunakan indikator penilaian kinerja sesuai dengan Permenpan No.9 tahun 2014, yaitu : pengembangan koleksi, pelayanan perpustakaan, dan
pengembangan sistem kepustakawanan.
Universitas Sumatera Utara
18
Dengan demikian jelas bahwa untuk mengukur kinerja pustakawan dapat dilihat dari beberapa angka kredit yang diperoleh masing-masing pustakawan
untuk menentukan apakah pustakawan dapat prestasi yang baik, sehingga dapat naik jabatanpangkat sesuai dengan aturan yang berlaku bagi jabatan fungsional
pustakawan. Pustakawan yang dapat dikatakan kinerjanya baik sesuai dengan penilaian angka kredit berdasarkan SK Menpan No. 132 tahun 2002, Bab VI Pasal
13 ayat 3 menyatakan penilaian dan penetapan angka kredit pustakawan dilakukan sekurang-kurangnya 2 dua kali dalam satu tahun, yaitu setiap 3 3
tiga bulan sebelum periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil. Dari pengertian diatas bahwa pustakawan dapat naik jabatan fungsional pustakawan
setahun setahun 1 satu kali apabila angka kreditnya terpenuhi sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Kinerja pustakawan telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara KEP MENPAN No. 132 Tahun 2002 tentang jabatan
fungsional pustakawan dan angka kreditnya yang menyatakan jabatan fungsional pustakawan terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat
ahli.Dengan jabatan fungsional yang berbeda maka berbeda pula tugas yang diemban tiap-tiap pustakawan.
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132 Tahun 2002 2002, 6 tugas pokok masing-masing pustakawan yaitu:
1. Pustakawan tingkat terampil meliputi pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustakasumber informasi,
pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. 2. Pustakawan tingkat ahli meliputi pengorganisasian dan pendayagunaan
koleksi bahan pustakasumber informasi, pemasyarakatan
Universitas Sumatera Utara
19
perpustakaan,dokumentasi dan informasi serta pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
Penilaian kinerja pustakawan mutlak diperlukan agar perpustakaan
mengetahui sejauh mana capaian tujuan, membandingkan dengan standar kinerja, serta dapat menentukan langkah-langkah apa yang selanjutnya akan ditempuh
untuk perbaikan yang lebih lanjut. Penilaian kinerja diharapkan dapat berdampak positif pada kinerja perpustakaan.
Dalam penilaian kinerja dikenal standard kinerja performance standard. Standar ini sebagai tolok ukur penilaian itu sendiri untuk mengetahui keberhasilan
atau ketidakberhasilan kinerja. Standar kinerja juga berfungsi sebagai sarana motivasi pustakawan untuk mencapainya.
Indikator kinerja pustakawan sesuai dengan PERMENPAN No.9 Tahun 2014 yaitu:
a. Pendidikan, meliputi:
1. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazahgelar
2. Diklat fungsionalteknis di bidang kepustakawanan dan memperoleh Surat
Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan STTP atau sertifikat; dan 3.
Diklat jabatan b.
Pengelolaan Perpustakaan, meliputi: 1.
Perencanaan penyelenggaraan kegiatan perpustakaan; dan 2.
Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan c.
Pelayanan Perpustakaan, meliputi: 1.
Pelayanan Teknis; dan 2.
Pelayanan Pemustaka d.
Pengembangan sistem kepustakawanan, meliputi; 1.
Pengkajian kepustakawanan 2.
Pengembangan kepustakawanan 3.
Penganalisisan pengkritisian karya kepustakawanan ; dan 4.
Penelaahan pengembangan sistem kepustakawanan e.
Pengembangan profesi, meliputi: 1.
Pembuatan karya tuliskarya ilmiah di bidang kepustakawanan 2.
Penerjemahanpenyaduran buku dan bahan-bahan lain bidang kepustakawanan ; dan
Universitas Sumatera Utara
20
3. Penyusunan buku pedoman ketentuan pelaksanaan ketentuan teknis
jabatan fungsional pustakawan. f.
Penunjang tugas pustakawan, meliputi: 1.
Pengajarpelatih pada diklat fungsionalteknis di bidang kepustakawanan 2.
Peran serta dalam seminarlokakaryakonferensi di bidang kepustakawanan 3.
Keanggotaan dalam organisasi profesi 4.
Keanggotaan dalam tim penilai 5.
Perolehan penghargaan tanda jasa ; dan 6.
Perolehan gelarijazah kesarjaan lainnya. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengankinerja
pustakawan adalah hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan suatu tugas yang harus diemban oleh
pustakawan dalam upaya mencapai tujuan perpustakaan dengan indikator yaitu 1 pengelolaan perpustakaan
2 pelayanan perpustakaan 3 pengembangan sistem kepustakawanan
4 pengembangan profesi 5 penunjang tugas pustakawan.
2.3 Hubungan antara Budaya Organisasi dengan Kinerja