Tenaga Pendidik Guru DESKRIPSI TEORITIK

4. Kompetensi Sosial Kompetensi social adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyaakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali, peserta didik dan masyarakat sekitar. Berdasarkan hal tersebut diatas hendaknya setiap guru harus mampu melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan, atau dengan kata lain bahwa setiap tenaga pendidik atau guru harus dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Menurut surya dalam Fachrudin S dan Ali Idrus mengungkapkan bahwa guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik materil maupun metode 6 . Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru untuk merencanakan program pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar, melakukan evaluasi hasil belajar, memenuhi standar kompetensi serta dapat melakukan proses belajar mengajar secara aktif dan efektif. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta memiliki pengalaman dibidangnya, seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidangnya, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa yang kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi, pendidikan, pelatihan, buku, seminar dan semacamnya. Fachrudin S dan Ali Idrus mengemukakan delapan ciri guru yang profesional, antara lain: a. Lebih mementingkan pelayanan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi. 6 Fachrudin Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011 h 51 b. Sebagai seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep seperti rinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya. c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggitaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja. e. Membutuhkan kegiatan intelektual yang tinggi f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan , dipilin diri dalam profesi dan kesejahtaraan anggotanya. g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian h. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadikan diri sebagai profesional yang permanen 7 . Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa pada dasarnya guru adalah ujung tombak dari pendidikan dimana guru harus dapat menjalankan perannya secara profesional dalam melaksanakan fungsi dan tugas keguruannya dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan agar dapat tercapainya tujuan pendidikan yang maksimal dan prestasi belajar siswa yang tinggi. Kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran berdasarkan Undang-undang yang dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.23 Dalam PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 Pasal 1 dan 2 mengenai Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan pula bahwa: Pasal 1 a. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. 7 Robert W R dalam Fachrudin Ali Idrus Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011 h 52 Pasal 2 Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma D-IV atau Sarjana S1 akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.24 8 Uraian di atas jelas mengungkapkan seitap tenaga pendidik harus dapat menjalankan fungsinya secara profesional. Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran disekolah. Karena hanya guru yang profesional yang dapat menciptakan situasi aktif serta diyakini mampu mengantarkan siswa dalam pembelajaran untuk menemukan, mengeloa dan memadukan perolehannya dan memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan nilai maupun keterampilan hidupnya 9 . Guru profesional diyakini mampu memungkinkan siswa berpikir, bersikap dan bertindak kreatif. Dengan kata lain bahwa setiap guru hendaknya memiliki kualifikasi yang mumpuni agar dapat tercapainya mutu pendidikan yang berkualitas.

2. Prestasi Belajar

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar akan sangat erat kaitannya dengan kualitas yang berarti akan berimplikasi terhadap hasil yang diukur oleh perolehan prestasi belajar. Berarti dalam pendidikan hasil yang dimaksud disini adalah lulusan yang berkualitas dan berprestasi tinggi. Lulusan yang berkualitas dapat dihasilkan jika didukung oleh berbagai aspek pendidikan yang berkualitas pula yang diciptakan atau didukung oleh tenaga pendidik yang profesional sesuai dengan latar belakang dan keahliannya. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok 10 dalam keterangan lainnya disampaikan bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan 8 http:www.unissula.ac.idv1downloadPeraturanPP_19_2005_STANDAR_NAS_PENDDKN.P DF20080109 9 Fachrudin Ali Idrus Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011 10 Djamarah, Prestasi Belajar Kompetensi Guru. Surabaya, Usaha Nasional 1994 h 19 kerja 11 . Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Slameto bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya 12 . Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran 13 . Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Terdapat dua faktor utama yang dapat mempengaruhi Prestasi belajar siswa antara lain : 1. Faktor dari dalam diri siswa intern 2. Faktor dari luar faktor ekstern 14 11 Mas’ud dalam Djamarah, Prestasi Belajar Kompetensi Guru. Surabaya, Usaha Nasional 1994 h 21 12 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Rieneka Cipta 2003 h 2 13 Nurkencana, Evaluasi hasil belajar mengajar, Surabaya, Usaha Nasional 2005 h 62 14 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta, Rieneka Cipta 2003 h 54 1. Faktor dari dalam diri siswa intern Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. a. Faktor Jasmani Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. 1. Faktor kesehatan Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. 2. Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain- lain. b. Faktor psikologis Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan. 1. Intelegensi Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahuimenggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. 2. Perhatian perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya. 3. Bakat Bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang 15 . 4. Minat Minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. 5. Motivasi Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. 15 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya Jakarta, Rieneka Cipta.2003 h 136