pelanggan di rumah pelanggan, di kamar mandi futsal, atau ditempat yang telah disediakan SK.
RD mengaku belum pernah merasakan kecewa selama menjalani pekerjaannya. Hal ini dinilainya karena ia memiliki SK yang siap melindungi dan menyeleksi orang-orang yang
akan menyewa dirinya. Termasuk untuk menggunkan kondom ketika berhubungan. RD tentunya tidak mau dirugikan dalam pekerjaannya. RD tidak pernah terkena razia polisi atau
satpol pp, karena ia selalu diberi aba-aba oleh SK apabila sedang ada penjaringan. RD mengaku bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Ia selalu
menggunakan pengaman ketika berhubungan seks jadi menurutnya sangat kecil kemungkinan ia terjangkit virus tersebut.
5.2.5 Informan Kunci - V
Nama : FA
Umur : 24 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMP Agama
: Islam Suku
: Melayu Anak ke
: 1 dari 3 bersaudara Status
: Lajang Pekerjaan orang tua
a. Ayah
: - b.
Ibu : Pembantu Rumah Tangga
Usia saat pertama kali menjadi PSK : 20 Tahun
Universitas Sumatera Utara
FA merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, FA memiliki paras yang cantik dan sedap dipandang, bertubuh langsing dengan tinggi badan
yang semampai. FA tampak mencolok dengan baju bermotif bunga-bunga berwarna oranye serta rok mini berwarna merah yang dikenakannya saat itu serta rambutnya panjang dan
diwarnai coklat kekuningan. Saat itu FA tampak ceria duduk di sebuah cafe disekitaran Lapangan Tengku Raja Muda bersama teman-teman sewarianya.
FA sangat ramah saat peneliti berbicara dengannya, ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan
tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya. FA tumbuh sebagai anak dari keluarga yang tidak begitu harmonis. Masa kecil waria cantik
ini sangat mengenaskan. Lingkungan sehari-hari pun enggan menerimanya karena dianggap terlalu gemulai untuk seorang anak yang dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki. Parahnya
lagi, ketika FA kecil membutuhkan perlindungan dari keluarga, kedua orang tuanya malah tidak dapat menerimanya. Dia kecewa berat kepada ibunya yang memprotes keadaannya.
Sejak kecil FA memang sudah merasa berbeda dari anak laki-laki lainnya. Kulitnya putih halus dan gerak tubuhnya gemulai. Sering diledek bencong oleh teman-teman di
lingkungan rumahnya. Begitu pula ketika di sekolah. Dia akhirnya memutuskan berhenti sekolah saat kelas dua SMA. Kepada ibunya dia mengatakan tidak mau sekolah lagi karena
selalu diledek dan ditertawakan lantaran tingkah lakunya yang feminin. “Ya pasti sakit hati setiap hari diejekin, apalagi kata-kata mereka itu kasar
sekali, seperti saya ini binatang saja diperlakukan begitu. Cemoohan itu saya jadikan cambuk untuk saya lebih maju lagi. Lihat saja, saya akan buktikan
bahwa diri saya lebih baik dari mereka semua.” FA mengatakan pada ibunya tentang niatnya mau cari uang. Ibunya menyetujui
karena melarang pun tak ada artinya. Pilihan dia sudah pasti. Ia mengatakan bahwa ibunya
Universitas Sumatera Utara
takut melarang karena ia pernah melakukan percobaan bunuh diri. Dia pernah merasakan puncak frustasi akibat penolakan dari keluarga atas kewariaannya. Derita yang tidak sanggup
ditahannya ingin diakhirinya. Dia memilih menelan sejumlah obat-obatan yang diambil dari toko. Dia tak ingat lagi nama obat itu. Masih terekam dalam ingatannya betapa mendadak
tubuhnya menjadi ringan, kepalanya berputar. Lalu tubuhnya yang ringan itu mendadak bergetar hebat. Sekeras-keras hati seorang ibu, tidak tega juga mengetahui dan melihat
penderitaan anaknya yang nekad bunuh diri. Sejak kejadian itulah, sang ibu bisa menerima pilihan si buah hatinya itu. Ia merasa sangat lega setelah ibunya mengizinkan menjadi waria.
“Ibu saya, mau menerima dengan syarat tidak akan melakukan bunuh diri. Saudara saya juga tidak mempersoalkan lagi. Tapi bapak saya hingga
meninggal pada 2013 lalu tetap tidak bisa menerima saya menjadi waria apalagi melacurkan diri.”
FA memilih hidup sederhana, kalaupun dia berasal dari keluarga yang mampu, dia tetap akan hidup sederhana karena baginya hidup berlebihan dan berfoya-foya itu tidak baik
dan dia pun tak begitu tergiur dengan kemewahan. FA lebih memilih menggunakan produk lokal daripada produk luar negeri. Baginya semua sama saja, kalau ada yang lebih murah
mengapa harus yang mahal. FA juga bukan orang senang nongkrong, dia lebih suka berlama- lama di salon. Itupun bukan untuk perawatan namun hanya untuk melihat-lihat saja. Dia suka
memperhatikan orang-orang yang berada di salon temannya. FA menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, FA tidak mengkonsumsi narkoba dan tidak merokok, namun tidak
pernah berolahraga teratur. Ketika peneliti menanyakan tentang pengalaman bekerjanya, FA mengatakan dia
belum pernah melamar pekerjaan seumur hidupnya. Dia hanya melakukan bisnis kecil- kecilan, kredit pakaian. Pelanggannya kalangan waria juga. Banyak teman waria yang
mendukung bisnisnya.
Universitas Sumatera Utara
“Saya memperdagangkan songket Palembang. Songket itu saya taruh di Pasar dan di salon-salon. Songketnya saya dapat dari tante saya yang tinggal
di Palembang. Kalau sudah habis saya pesan lagi ke tante saya.” Tapi usahanya itu hanya bisa bertahan sekitar tiga tahun. Seketika kepala FA
tertunduk. Tiada terasa, sepasang garis putih laksana kristal membasahi pipinya yang mulai terlihat mengeriput dimakan usia.
“Saya sebenarnya ingin melamar pekerjaan. Saat niat saya sudah ada teman- teman saya mengatakan percuma saja jika ingin melamar pekerjaan
dimanapun gak akan diterima karena saya banci. Niat saya jadi urung. Belum berperang saya sudah menyerah dan pada akhirnya saya memilih melacur
bersama teman- teman saya.”
Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK atas keinginan sendiri, pertama kali ia melayani seorang pria saat ia duduk dibangku SMA. Saat itu ada tetangga
rumahnya, seorang mahasiswa laki-laki yang berusia 20 tahunan menawarkan akan membantunya mengerjakan pekerjaan rumah PR dari sekolah. Ia diajak ke rumah laki-laki
tersebut namun itu hanya akal-akalan saja. Ia tidak membantu mengerjakan PR namun memutarkan video porno homoseksual dan meminta FA mengoral kemaluannya. Tidak tahan
menahan nafsu birahinya ketika menonton, FA akhirnya melakukannya. Tetangganya kemudian mengenalkan FA dengan seorang laki-laki dewasa berusia 46 tahun yaitu B.
“Waktu itu aku dikenalkan sama B. Waktu itu kami berdua sama tetangga ku itu. Setelah kenalan kami dibawa naik mobilnya ke rumahnya di Jalan Galang.
Disan a dia mengoral kemaluan kami satu per satu. Setelah „nembak‟ dia ngasih
kami uang 100 ribu per orang. Siap itu kami diantar pulang ngambil angkot.”
Universitas Sumatera Utara
Setelah kejadian hari itu, FA sering dihubungi B untuk melakukan hal serupa. Setiap mereka melakukannya, FA selalu diberi uang dan barang-barang seperti jam tangan, sapu
tangan, sepatu, baju dan barang-barang lain. FA berhubungan dengan B sampai sekitar tiga bulan. Ia selalu dijemput B dirumah tetangganya, tempat mereka pertama kali bertemu. FA
mengaku hanya di oral tanpa melakukan hubungan seksual lainnya dengan B. Terbiasa dengan uang jajan berlebih dan kenikmatan yang FA dapatkan, FA mulai mencari-cari tamu
untuk dilayaninya. FA tidak memasang kriteria apapun pada pelanggannya. Ia menerima semua yang datang padanya. Ia membuat akun Facebook yang berisi foto-foto dirinya dengan
tanpa busana dan seksi. Biasanya, FA akan mendatangi rumah tamu yang membutuhkan pelayannya atau ia di jemput di Lapangan Tengku Raja Muda
FA tidak hanya berperan sebagai perempuan saat melakukan hubungan seks, namun bisa juga sebagai laki-laki. Menurut penuturan FA, tergantung tamu yang memesannya, lebih
sissy atau tidak darinya. Beberapa syarat yang ia buat menjadi tamu yang dilayaninya adalah
tidak tua, ganteng, dan tidak gendut. Berhubung ia memang menyukai laki-laki daripada perempuan, ia selektif memilih tamu.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan FA, dengan kemajuan teknologi sekarang prostitusi semakin banyak terjadi. Semakin banyak orang seperti dia yang menjajakan diri di
media-media sosial. Namun dengan maraknya razia prostitusi online saat ini, FA bilang PSK- PSK online sepertinya semakin berhati-hati menerima tamu. Selain itu, tarif yang biasa ia
dapatkan tidak sebesar pertama kali ia menjadi PSK. Sekarang, 200 ribu rupiah sudah menjadi tarif tertinggi yang di dapatkannya dari pelanggan.
“Sekarang kita bersaing dek. Udah makin banyak waria yang ngasih dirinya gratis. Apalagilah yang bayar kayak kita ini. Cuma dibayar cepek aja pun udah
lumayan bang.”
Universitas Sumatera Utara
Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah pelanggan yang main kasar, tidak membayar dengan alasan pelayanannya kurang
memuaskan, ancaman akan dipukulin di luar karena ia pernah marah kepada pelanggan ketika uang yang dibayarkan tidak sesuai kesepakatan. Ketika berhubungan seksual, ada rasa
khawatir didalam hatinya terutama ketika pelanggan yang menyewa dirinya tidak memperkenankan ia memakai kondom. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp,
dihukum seminggu kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai dan menyuruh ia untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau
keterampilan. “Pernah aku dapat pelanggan, dia mabuk-mabukan, aku sebenarnya gak mau,
tapi dia ngancam. Aku ladenin aja apa maunya. Aku gak diapa-apainnya. Cuma disuruhnya nemanin dia minum-minum aja. Aku gak sadar tiba-tiba
udah pagi aja. Kulihat tas ku, dompet sama hp ku udah gak ada. Dicurinya dek. “
Walaupun banyak duka yang dirasakannya ketika ia menjalankan pekerjaannya, namun FA mengaku menikmati
pekerjaannya dan tidak berniat meninggalkan pekerjaannya tersebut.
5.2.6 Informan Utama – I