sebelum pemecatan ia sempat ditegor karena dikatakan terlalu gemulai dan membuat pelanggan menjadi risih. Hal yang sama dialami oleh informan III, ia memiliki keterampilan
yang baik, bahkan ia mengaku i bahwa dirinya yang paling cekatan diantara teman-temannya ketika dia bekerja menjadi bar boy. Rasa iri dan dengki teman-teman nya pun kemudian
menjadi rintangan tersendiri bagi HP. Ia harus menerima perlakuan yang tidak baik dari teman-teman satu kerjanya yang kemudian berdampak pada keputusan atasan untuk tidak
memperkerjakan HP lagi dengan alasan agar terjalin ketentraman dan kedamaian sesama pekerjanya.
b. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan sebagainya. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang merupakan
nilai konsumen. Konsumen mengembangkan seperangkat konsepsi yang meminimumkan ketidakcocokkan atau inkonsistensi di dalam nilai dan gaya hidup mereka. Orang
menggunakan konsepsi seperti gaya hidup untuk menganalisis peristiwa yang terjadi di sekitar diri mereka dan untuk menafsirkan, mengkonseptualisasikan, serta meramalkan
peristiwa Engel et al. 1997. Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang dan pada akhirnya menentukan
pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang bepergian bersama keluarga, ada yang memilih untuk
menyendiri di tempat yang tenang seperti pegunungan, ada yang senang berolahraga, berbelanja, dan aktivitas lainnya. Orang-orang yang berorientasi pada karir akan memilih
buku, komputer dan produk lain yang mendukung karir mereka, dan kondisi ini akan berbeda dengan orang-orang yang berorientasi pada keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka aktivitas, apa yang mereka anggap penting
dalam lingkungannya ketertarikan, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya pendapat. Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda
dengan masyarakat yang lain. Bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak
cepat berubah, sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relatif permanen Sutisna, 2003.
Seperti yang diungkapkan oleh informan II: “aku dulu dek boros kali orangnya, untuk buang suntuk ngabisin waktu aku
biasanya cari kesenangan yang makan banyak uang, beli ini beli itu, nongkrong disini nongkrong disitu sampsi uang saku ku pun kurang kadang. Pernah pun aku makan
uang kuliahku cuma buat hepi-hepi sama kawanku, cemanalah, kawan kuliah tau lah, tipis uang, mana mau bekawan. Belum lagi aku konsumsi narkoba dek, hancur-
hancuran lah giliran gak ada lagi uang masuk” Informan II menghabiskan waktu dengan berfoya-foya dengan alasan membuang
suntuk sepulang kuliah. Menurutnya hal itu dilakukannya karena ia tidak kuliah di jurusan yang diinginkannya, melainkan jurusan yang dipilihkan dan dipaksakan oleh orang tuanya. Ia
sendiri memiliki anggapan bahwa sebagai seorang waria, ia sangat bersyukur apabila ada orang yang mau berteman dengannya, hal ini dikarenakan pengalaman buruknya dimasa kecil
tentang penolakan-penolakan yang diterimanya dari lingkungannya. Hatinya sangatlah senang apabila ada teman yang mau diajak menghabiskan waktu dan membuang suntuk
bersamanya, karena senang hatinya tersebut ia memilih menanggung semua biaya yang dikeluarkan ketika nongkrong bersama sehabis pulang kuliah. Ia tidak memilah teman mana
Universitas Sumatera Utara
yang baik dan buruk sehingga ia cenderung dimanfaatkan oleh teman-temannya dan diajak untuk mengkonsumsi narkoba.
Bagaimana AD menggunakan waktu untuk berlibur, ataupun menekuni hobi, mengukur minat yang merupakan pilihannya dan memenuhi permintaan atas narkoba
membuat ia tidak lagi mampu memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginannya dengan uang saku yang dimilikinya, apalagi ia masih berstatus mahasiswa dan tidak bekerja. Ia kemudian
terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka ia mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya. Sebuah teori yang dikembangkan
oleh Kennedy dan Forde 1990 menunjukkan bahwa latar belakang dan karakteristik dari aktivitas sehari-hari berpengaruh pada waktu yang diluangkan dalam gaya hidup yang
beresiko dimana gaya hidup tersebut akan membawa orang kejalan yang lebih berbahaya lagi. Sementara itu menurut Sampson dan Wooldredge 1987 menyatakan seseorang dapat
menjadi korban terhadap sebuah gaya hidup apabila mereka terus-menerus berinteraksi dengan kelompok yang memiliki potensi membahayakan dimana seseorang tersebut memiliki
pertahanan diri yang lemah. Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan
menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup
juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas
pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya, tergantung
pada bagaimana orang tersebut menjalaninya. Gaya hidup membawa pengaruh negatif bagi RD, seperti yang diungkapkannya:
Universitas Sumatera Utara
“aku terbiasa hidup mewah say, itupun karna orang tua angkatku dari kecil membiasakan aku begitu. Tapi soal kesehatan aku kurang karna aku merokok, sehari
bisa dua bungkus. Tapi kalau soal olahraga aku rajin semenjak aku bergabung dengan komunitas waria itu. Sejak bergabung disitu, aku sedikit demi sedikit berubah
menyesuaikan sama mereka.” Upaya untuk menemukan jati diri membuat RD mengambil keputusan untuk
bergabung dengan komunitas waria. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana ia menampilkan dirinya. Ia ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas secara
umum dan secara khusus sebagai bagian dari kelompok teman sebaya mereka. Demi mendapatkan pengakuan tersebut ia seringkali bersedia melakukan berbagai upaya meskipun
hal itu mungkin merupakan sesuatu yang tidak diperlukan menurut pandangan orang tua atau keluarganya. Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua
membuat ia mencari dukungan sosial melalui teman. Komunitas menjadi sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati dirinya. Terkait dengan gaya hidup, ia juga akan mencari
referensi sesuai dengan jati diri orang-orang yang ada dikomunitasnya. Namun RD sendiri tidak mengetahui bahwa sanya setengah dari anggota yang ada berprofesi sebagai PSK.
Teori gaya hidup adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda, gaya hidup satu
orang dengan yang lain cenderung sama apabila intensitas bertemu antara keduanya tinggi. Teori gaya hidup ini dikembangkan oleh Hindelang, Gottfredson dan Garafalo yang berarti
berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini dipengaruhi oleh perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan
keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari yang rentan terhadap resiko- resiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini sangat berpengaruh pada frekuensi orang
berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu sesuai dengan lingkungannya. RD cenderung
Universitas Sumatera Utara
mengikuti gaya hidup teman-teman satu komunitasnya sehingga berpengaruh pada aktivitasnya dan menjadi PSK.
c. Keluarga yang Tidak Mampu