AD kemudian tidak lagi nyaman menjalankan profesinya. Padahal diakuinya ia sangat menikmati pekerjaan sebagai PSK.
“Sekarang aku ingin menjadi guru lagi kalau ada kesempatan. Semua ijazah, kutinggal di kampungku ini. Ini juga yang membuatku mati langkah untuk
mencari pekerjaan di sektor formal dan bersaing dalam mencari pekerjaan sewaktu aku di Kalimantan.”
AD memang berharap agar sebagian orang tidak menghukum orang sepertinya dengan memandang waria yang selalu dikait-kaitkan dengan profesi pelacurannya belaka.
Sebaliknya, ia berharap orang mau memahami mengapa waria terpaksa harus menjalani
profesi seperti itu.
5.2.3 Informan Kunci - III
Nama : HP
Umur : 25 Tahun
Pendidikan Terakhir
: SMA Agama
: Islam Suku
: Batak Anak ke
: 1 dari 2 bersaudara Status
: Lajang Pekerjaan orang tua
a. Ayah
: Mucikari b.
Ibu : Buruh Cuci
Usia saat pertama kali menjadi PSK: 23 Tahun
Universitas Sumatera Utara
HP merupakan anak pertama dari dua bersaudara. HP saat ini berusia 25 tahun. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, HP memiliki paras yang manis, bertubuh tidak terlalu tinggi,
ukuran tubuhnya hanya serata-rata 154 cm, dengan tahi lalat di pipi sebelah kanan dekat bibirnya. HP tampak menarik dengan baju bermotif garis-garis berwarna hijau putih serta rok
hitam yang dikenakannya saat itu serta rambutnya dipotong pendek sebahu. Saat itu HP tampak ceria duduk di sebuah cafe disekitaran Lapangan Tengku Raja Muda.
HP sangat ramah saat peneliti berbicara dengannya, Ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan
tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya. Semasa di sekolah, anak sulung dari dua bersaudara ini dicaci-maki oleh guru agama
islamnya. HP mendapatkan banyak perlakuan tidak menyenangkan selama sekolah. Mulai dari SD hingga SMA. Tidak sedikit guru dan temannya yang mencemooh, meski dia
termasuk siswa berprestasi. Dari kelas 1 sampai kelas 6 SD dia selalu juara satu dan menjadi ketua kelas.
Waktu acara perkemahan yang diadakan sekolah, HP ikut serta. Namun ketika diselenggarakan suatu acara, teman-teman dan guru-guru yang lain tidak mengikutkannya.
Mereka mengatakan, lebih baik HP tinggal di kemah saja untuk memasak. Tindakan tersebut kembali terulang ketika di SMP. Perlakuan paling keras dari guru agama Islam, bahasa
Indonesia, dan wali kelasnya yang dialami HP. Mereka mencemooh atau menghina, menyerang pribadinya di depan kelas bahkan sewaktu kelas 2, ada beberapa teman laki-laki
yang selalu memaksanya untuk memegang kemaluannya. Dia ingat bahwa yang selalu melakukan perbuatan tak senonoh itu bernama Afrizal dan Ali.
“Hampir setiap hari ketika jam istirahat mereka menyuruh aku melakukan itu memegang penisnya sampai saya lulus SMP. Kalau tidak mau aku dipukulin
sama mereka dan uang jajanku juga terkadang diambil, aku hanya bisa
Universitas Sumatera Utara
menangis karena mau mengadu pun aku tidak tau mau ngadu sama siapa, guru-
guru ku mana perduli.” Lulus SMP, HP melanjutkan ke SMA, namun di sini dia tidak mendapatkan perlakuan
kasar dari para guru. Hanya dari teman sekelasnya yang mengolok-olok. Untungnya dia termasuk siswa berprestasi dan aktif di kegiatan ekstra kurikuler. Jadi, ketika teman-
temannya berlaku kasar terhadapnya, ia diberi izin untuk mengadu ke kantor bimbingan konseling di sekolahnya.
Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, HP terlihat lemas. HP sudah terbiasa hidup dengan sederhana. Hal tersebut pun dikarenakan orang tuanya yang
tergolong kurang mampu. HP terpaksa hidup dengan sederhana. Keinginannya memiliki barang-barang bagus dan mewah ada hanya saja ia tidak dapat mewujudkannya. HP
mengatakan lebih baik uang nya ditabung atau di gunakan untuk keperluan adik saja. HP menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, HP tidak mengkonsumsi narkoba, tidak
merokok, namun ia jarang berolahraga sebab menurutnya dia tak punya waktu untuk melakukannya.
HP dengan semangat menceritakan pengalaman hidupnya terkait dunia pekerjaan. Setelah menyelesaikan SMEA, HP diajak seorang teman bekerja di restoran padang sekitar
tahun 2000. Pemilik restoran itu sangat baik dan mengerti soal kewariaannya karena teman yang mengajaknya kebetulan seorang waria. Sejak saat itu ia mulai berdandan seperti
perempuan, walaupun belum total. Tidak ada perlakuan buruk di tempat kerjanya baik dari pemilik, teman-teman kerja maupun dari anak pemilik restoran tersebut. Bahkan selama 3
bulan bekerja, HP sempat mempunyai hubungan dekat dengan anak laki-laki pemilik restoran itu, tanpa diketahui orangtuanya. Setelah bekerja selama 3 bulan, HP memilih
mengundurkan diri dan ingin merantau ke Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai orang rantau di Jakarta, HP sempat menganggur sebulan. Kemudian dia diajak tetangga untuk bekerja di pabrik penghasil makanan ringan. Tidak ada nama
pabriknya, karena pabrik itu tidak didaftarkan kepada pemerintah. Lokasinya di daerah Pasar Mitra, Jembatan Lima. Selama bekerja di sana, hubungan dengan pemilik maupun atasannya
juga wajar-wajar saja, namun lambat laun HP tidak tahan juga menghadapi semua pelecehan atau penghinaan yang terus dialaminya dari kawan-kawannya. Dia memilih berhenti bekerja
di pabrik tersebut. Kebetulan juga dia diajak pamannya bekerja di salah satu night club di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Night club itu bernama Monggo Mas Club MM. Dia
bekerja sebagai barboy di tempat hiburan malam itu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Beberapa bulan kemudian, kewariannya itu mulai diketahui teman-temannya sampai
akhirnya kabar itu sampai juga di telinga sang manajer. Namun manajernya tak mempermasalahkan selagi dia bisa melakukan pekerjaan dengan baik.
Persoalannya, penerimaan sang manajer itu membuat jengkel sebagian teman- temannya. Karena itu, kawannya itu selalu mengejek baik dari segi fisik dan bentuk tubuh
maupun sifatnya yang cenderung feminin. Dia mencoba bersabar dan bertahan untuk menghadapi semua hinaan. Namun, suatu ketika, kapten dan asisten menajer ikut juga
menghina. “Kata mereka saya tidak pantas bekerja di tempat itu karena tempat itu bukan
tempat banci. Memang benar, teman kerjaku semuanya tegap-tegap, lelaki macho semua lah. enggak ada yang kemayu kayak aku. Tapi kan kemayu nya
aku itu ga ngaruh sama cekatannya aku kalo lagi kerja.” HP direkomendasikan ke bagian bartender. Dia diajukan oleh atasannya menjadi
bartender juga karena dirinya sudah bisa membuat cocktails. Pimpinan perusahaan itu menyarankan agar calon-calon bartender yang baru diharapkan mengikuti pelatihan-pelatihan
yang akan diberikan dan dibiayai perusahaan. HP dan karyawan lainnya mengikuti pelatihan
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Selama pelatihan, ia selalu diejek apabila ada praktik shaker karena ia tidak bisa tampil macho seperti mereka. Namun, ejekan itu dianggap angin lalu, yang penting dia bisa
mengikuti pelatihan dan bisa menambah keterampilan sebagai bartender. Setelah sebulan latihan, baru pengumuman kelulusan dan pemberian sertifikat. Penyerahan sertifikat
keberhasilan itu tak diberikan secara langsung oleh pelatih, melainkan melalui perusahaan. Namun, HP benar-benar kaget ketika mengetahui dia tidak mendapat sertifikat tersebut.
Padahal, di antara mereka yang ikut pelatihan, dia termasuk yang paling berpengalaman bekerja di diskotek itu. HP penasaran mengapa sertifikat keberhasilan tidak diperolehnya. Dia
memberanikan diri untuk menanyakan kepada asisten manajer diskotek. Jawaban yang diterimanya sangat mengecewakan dan membuatnya sangat terpukul.
Pelatih yang melatih para bartender itu tidak peduli dengan keahlian dan kemampuan maupun pengalaman yang dimiliki. Hanya karena seorang waria, dia didepak dari hubungan
kerja di diskotek tersebut. Setelah berhenti bekerja, dia mulai menunjukkan di depan umum jati dirinya yang sebenarnya. HP mengatakan ia tidak betah di Jakarta dan memilih kembali
ke kampung halamannya di Lubuk Pakam. HP yang mengetahui keberadaan ayahnya pun mendatangi kediaman bapak LP untuk meminta bantuan biaya sekolah adik perempuannya
AT. HP sangat terkejut ketika mengetahui bahwa bapaknya sudah tidak bekerja di kantor lagi melainkan menjadi seorang mucikari dan atas ajakan bapaknya, HP akhirnya bekerja bersama
bapaknya dengan menjadi PSK. Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK karena ajakan dari
bapaknya yang ternyata adalah seorang germo. Bapaknya membawa ia ke Lapangan Tengku Raja Muda untuk bertemu teman bapaknya yaitu K. K ternyata adalah seorang waria. K
diminta untuk memberikan tips dan trik dalam menarik pelanggan. Tidak ingin mengecewakan bapaknya, HP menurut dan mendengarkan. Setelah pertemuan pertama,
keesokan harinya HP sudah memulai pengalaman pertamanya menjadi seorang PSK.
Universitas Sumatera Utara
“Pelanggan pertamaku itu bapak-bapak dek. Cina. Aku kenal dia, familiar kali wajahnya, setelah sekian lama baru aku tau dia itu yang biasa jualan di pakam
kota. Gak nyangka aku dek dia selera sama laki-laki. Padahal dia punya istri. Anaknya pun ada cewek masih kecil.”
Pengalaman pertama sangat nikmat dirasakannya dan ia merasa ingin mencoba lagi keesokan harinya. Menurutnya, selain untung disegi materi, ia juga untung dalam pemuasan
batinnya. Mulai dari hari itu, HP sering mendatangi Lapangan Tengku Raja Muda. Biasanya ia sudah disana pukul 8 malam.
Dalam seminggu, HP bisa melayani hingga tujuh orang tamu. Biasanya mereka melakukannya di rumah pelanggannya. Pelanggan ada yang datang dari bapaknya, ada juga
yang datang ketika ia mangkal. Bila melalui bapaknya, tidak ada yang langsung menghubungi dia. Sebab menurut HP, jika langsung menghubungi HP, bapaknya tidak akan
mendapatkan komisi. Jadi bapaknya yang mengatur waktu dan tempat bertemunya. Saat ini RD belum mau meninggalkan profesinya sebagai PSK sebab dengan uang yang diperolehnya
sangat membantu HP dalam memenuhi kebutuhan adiknya. Selama ia bekerja sebagai PSK, ia banyak mengenal orang baru dan teman-teman yang mendukungnya sebagai PSK. Tidak
ada alasan baginya untuk berhenti. Ia mengaku penghasilannya sekitar 400 ribu dalam seminggu. Untuk pelanggan yang
datang dari bapaknya, sekali melayani ia dibayar oleh bapaknya sebesar 50 ribu rupiah untuk waktu yang singkat hanya sekitar satu-dua jam saja. Ia lebih suka pelanggan yang datang dari
bapaknya karena bapaknya selaku germo selektif dalam memilih laki-laki yang akan ditawarkannya pada HP. Ia biasanya memuaskan pelanggan di rumah pelanggan, di warnet,
atau ditempat yang telah disediakan bapaknya. HP mengaku belum pernah merasakan kecewa selama menjalani pekerjaannya. HP
tidak pernah terkena razia polisi atau satpol pp, karena ia selalu diberi aba-aba oleh bapaknya
Universitas Sumatera Utara
apabila sedang ada penjaringan. HP mengaku bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Ia selalu menggunakan pengaman ketika berhubungan seks jadi
menurutnya sangat kecil kemungkinan ia terjangkit virus tersebut.
5.2.4 Informan Kunci - IV