dengan pekerjaanya dan tidak punya waktu untuk memperhatikan anak-anaknya. Ibu F pun begitu, Ibu F lebih sering berada di kontrakannya yang di medan daripada dirumah. Namun
mereka tetap menjaga komunikasi dengan baik apabila sedang berjauhan dengan cara menghubungi ank-anaknya melalui telepon genggam mereka masing-masing. Setiap malam
mereka harus melaporkan kegiatan mereka agar tetap dapat dikontrol. Melalui pola komunikasi yang begitu pula lah Ibu F mengetahui segala sesutau
tentang RD. Ibu F mengatakan bahwa ia mengetahui RD seorang waria dan tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut karena menurut Ibu F menjadi waria bukanlah sebuah aib,
beliau percaya “nrimo ing pandum” yang artinya menerima dengan ikhlas setiap pemberian
dari Tuhan. RD merupakan berkat dari Tuhan dan berkat Tuhan tidak boleh disia-siakan. Ibu F mengatakan:
“RD itu anak yang sangat baik, dia selalu berkata jujur kepada saya, saya bahkan tidak malu menganggap dia sebagai anak saya. Stigma buruk mengenai waria
juga tidak mengurangi rasa sayang saya terhadap anak sulung saya. Bahkan apabila dia ikut menjadi bagian dari waria yang melacur, saya akan tetap menyayangi
nya.”
5.2.6 Informan Utama – V
Nama :
Ibu PI Umur
: 42 Tahun
Pendidikan Terakhir :
SMA Agama
: Islam
Suku :
Melayu Jumlah Anak
: 3
Status :
Janda Pekerjaan
: Pembantu Rumah Tangga
Universitas Sumatera Utara
Ibu PI sedang bekerja dirumah Ibu A saat peneliti menemuinya. Peneliti mendekati dengan bertegur sapa yang berlanjut pada izin untuk melakukan wawancara. Ibu PI awalnya
sangat ramah. Saat ini ia berusia 42 tahun. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, Ibu PI berbadan pendek dan bertumbuh gendut. Berkulit putih dengan rambut hitam lurus.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu PI, FA lahir dari pasangan Bapak L dan Ibu PI. Orangtua FA sudah menikah hampir 26 tahun. Selama
suaminya hidup, hubungan mereka tidak harmonis. Ketidakharmonisan itu terjadi karena ayah dan ibu FA sering berseteru karena status FA sebagai waria. Ayahnya sangat menentang
dan bahkan tidak menganggap anak sulungnya itu. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu PI, yang menyatakan bahwa kondisi
keluarga mereka memang mengalami kesulitan ekonomi. Adanya keterbatasan ekonomi dalam keluarga menjadi penghambat dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga mereka
sehari-hari. Bahkan untuk menyekolahkan anak-anak terutama dalam hal pembayaran uang sekolah anak-anaknya saja masih terasa sulit bagi ibu PI. Ibu PI dan suaminya pernah
membahas permasalahan yang sedang mereka alami tersebut, namun mereka selalu bertengkar saat membicarakan hal tersebut. Ibu PI bahkan pernah meminjam uang
tetangganya untuk melunasi dua bulan pembayaran uang sekolah anaknya. Begitu juga apabila anak-anaknya sedang dalam keadaan sakit, Ibu PI hanya akan memberikan obat dari
warung sekitar tempat tinggal mereka jika sakit yang dialami anggota keluarganya tidak terlalu serius. Ibu PI juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki tabungan. Penghasilan
orangtua yang pas-pasan, membuat FA putus sekolah dikelas 2 SMA. Ibu PI mengatakan bahwa beliau selalu mengajarkan FA dan saudaranya yang lain
dengan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan aktivitas apa saja terutama dalam hal pemilihan aktivitas di rumah dan di luar rumah. Ibu PI juga mengaku bahwa ia
Universitas Sumatera Utara
mengetahui segala aktivitas anaknya diluar rumah karena selalu mengajarkan anaknya untuk terbuka dan tidak menutup-nutupi apapun dari orang tuanya.
“Aku tahu anak saya bekerja menjadi PSK, namun apa lagi mau dikata. Memang harus gitulah mungkin jalan hidupnya. Toh dia jadi PSK itu kan untuk
membantu keluarganya tetap makan dan bertahan hidup. Tapi ada penyesalan besar dari diri anakku itu, karna sampe mati bapaknya e
nggak akur dia sama bapaknhya.”
5.2.6 Informan Utama – VI