Gejala Klinis Gejala Klinis ruptur uterus yaitu sebagai berikut POGI, 1991: Penatalaksanaan Komplikasi

 Laparatomi dapat dianjurkan bila ada tanda-tanda rupturnya abses tuboovarium, pasien tidak memberi respon terhadap terapi antibiotik, atau ada tanda-tanda viskus yang perforasi atau benda asing dalam kavum peritoneum, histerektomi dengan salpingo-ooforektomi bilateral mungkin diperlukan.

2.5.4. Komplikasi

Menurut Barton dan Sibai 2012, komplikasi yang di timbulkan dari sepsis atau infeksi sistemik berat yaitu: - Edem paru - Respiratory distress syndrome - Gagal ginjal akut - DIC Disseminated intravascular coagulation - Kematian

2.5.5. Prognosis

Di Inggris, angka kematian ibu dilaporkan meningkat dari 0.85 kematian per 100.000 ibu hamil dalam waktu 2003-2005, menjadi 1.13 kematian dalam 2006-2008 Barton dan Sibai, 2012. 2.6. Ruptur Uterus 2.6.1. Definisi Ruptur uterus adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya peritoneum viseral POGI, 1991.

2.6.2. Gejala Klinis Gejala Klinis ruptur uterus yaitu sebagai berikut POGI, 1991:

- Sakit perut mendadak - Perdarahan pervaginam - Syok yang cenderung tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar karena adanya perdarahan intra abdominal Universitas Sumatera Utara - Adanya penyulit operasi rahim, trauma, partus sulit sebelumnya, dan sebagainya - Kadang-kadang disertai sesak napasnapas cuping hidung atau sakit karena tekanan napasnya intra abdominal pada diagfragma - Teraba bagian janin langsung di bawah kulit dinding perut disertai tanda sakit perut mendadak, bunyi jantung janin tidak terdengar - Kadang–kadang urin hemoragis

2.6.3. Penatalaksanaan

Menurut Taber 1984, penatalaksanaan untuk pasien ruptur uteri meliputi:  Terapi Suportif Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen, aliran intravena, darah pengganti, dan antibiotik untuk infeksi.  Laparotomi segera Segera setelah diagnosis ditegakan, dilakukan persiapan untuk pembedahan. Pada saat itu, volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan darah. Setelah luasnya perlukaan ditentukan, ahli bedah dapat memilih antara memperbaiki kerusakan uterus dengan melakukan histerektomi. Keputusan tersebut berdasarkan tempat ruptur, sifat robekan, luasnya perdarahan, penyebab ruptur, adanya parut uterus, stadium kehamilan, kondisi umum pasien, dan keinginan pasien untuk mengandung dikemudian hari.  Bila hematuria memberi kesan adanya hubungan perlukaan kandung kemih, maka kandung kemih juga harus diperbaiki. Karena devitalisasi dinding kandung kemih yang menyertai robekan uterus kejadiannya lebih sering daripada perlukaan kandung kemih, drainase kandung kemih postoperatif dengan kateter di tempat selama 10 sampai 14 hari merupakan suatu hal penting yang dapat membantu penyembuhan kandung kemih yang mengalami devitalisasi dan kontusio. Universitas Sumatera Utara

2.6.4. Komplikasi

Menurut Benson dan Pernoll 1994, komplikasi dari ruptur uterus yaitu: - Perdarahaan - Syok - Infeksi - Trauma kandung kemih atau ureter - Tromboflebitis - DIC Disseminated intravascular coagulation - Hipofungsi hipofisis misalnya gagal menyusui atau kematian - Jika pasien tetap hidup dapat terjadi infertilitas atau sterilitas -

2.6.5. Prognosis