commit to user 15
B. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan ekonomi
didasarkan pada sistem ekonomi kerakyatan dan pengembangan sektor unggulan, terutama yang banyak menyerap tenaga kerja dan berorentasi
pada ekspor yang didukung dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk memperkuat landasan pembangunan yang
berkelanjutan dan meningkatkan daya saing serta berorientasi pada globalisasi ekonomi Juoro, 2006.
Pembangunan ekonomi bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi
dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya pembatasan di atas, maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi
mempunyai tiga sifat penting. Pembangunan ekonomi merupakan: a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus.
b. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan per kapita. c. Kenaikan pendapatan perkapita itu berlangsung terus-menerus dalam
jangka panjang. Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar
saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi tersebut dapat dilihat dan dianalisa
Arsyad, 2009. Pembangunan ekonomi juga sering diukur berdasarkan tingkat
kemajuan struktur produksi dan penyerapan sumber daya yang diupayakan secara terencana. Biasanya, peranan sektor pertanian akan turun untuk
memberi kesempatan bagi tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa- jasa yang selalu diupayakan untuk berkembang Todaro, 2000.
commit to user 16
Usaha-usaha pembangunan yang sedang giat dilaksanakan oleh negara-negara sedang berkembang developing countries di dunia pada
umumnya berorientasi kepada bagaimana memperbaiki atau mengangkat tingkat hidup level of living masyarakat di negara-negara tersebut agar
mereka bisa hidup seperti masyarakat di negara-negara maju. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu jawaban yang seakan-akan menjadi
semacam kunci keberhasilan suatu negara untuk meningkatkan taraf hidup warga negaranya Suryana, 2000.
2. Pembangunan Daerah Pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk meningkatkan
kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
serta kemampuan untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta
suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, tenteram, dan sekaligus
memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat, dan harga diri. Pembangunan daerah dilaksanakan
melalui pengembangan otonomi daerah dan pengaturan sumber daya yang memberikan kesempatanbagi terwujudnya tata kepemerintahan yang baik
good governance Republik Indonesia, 2008. Menurut Kuncoro 2004, ada tiga unsur dasar dari perencanaan
pembangunan ekonomi daerah jika dihubungkan pusat dan daerah, yaitu: a Perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan
pemahaman tentang hubungan antar daerah dengan lingkungan nasional dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya. keterkaitan secara
mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut; b Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk
daerah, dan sebaliknya yang baik bagi daerah belum tentu baik secara
commit to user 17
nasional; c Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas,
biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda
pada dua tingkat tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan endogenous development
dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal daerah. Orientasi ini mengarahkan kita
kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan
merangsang peningkatan kegiatan ekonomi Arsyad, 2009. 3. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produk pertanian untuk setiap konsumsi yang sekaligus
meningkatkan pendapatan, produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar campur
tangan manusia dalam perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Surahman dan Sutrisno, 1997.
Persoalan pangan, yang memiliki kaitan dengan sektor pertanian, tidak hanya berkait dengan konsumsi dan produksi, tetapi juga soal daya
dukung sektor pertanian yang komprehensif. Ada empat aspek yang menjadi prasyarat melaksanakan pembangunan pertanian: 1 akses
terhadap kepemilikan tanah; 2 akses input dan proses produksi; 3 akses terhadap pasar; dan 4 akses terhadap kebebasan Estanto, 2004.
Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005-2009 dilaksanakan
melalui tiga program, yaitu: a program peningkatan ketahanan pangan, b program pengembangan agribisnis, dan c program peningkatan
kesejahteraan petani. Program ketahanan pangan tersebut diarahkan pada
commit to user 18
kemandirian masyarakatpetani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi
pangan; menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman dan halal di setiap daerah setiap saat; dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan
pangan Darwanto dan Prima, 2007. Paradigma baru pembangunan pertanian perlu dikembangkan
berdasarkan pada pendekatan sistem agribisnis, yaitu berdasar pada lima premis dasar agribisnis, Pertama, adalah suatu kebenaran umum bahwa
semua usaha pertanian berorientasi laba profit oriented, termasuk di Indonesia. Kedua, pertanian adalah komponen rantai dalam sistem
komoditi, sehingga kinerjanya ditentukan oleh kinerja sistem komoditi secara keseluruhan. Ketiga, pendekatan sistem agribisnis adalah formulasi
kebijakan sektor pertanian yang logis, dan harus dianggap sebagai alasan ilmiah yang positif, bukan ideologis dan normatif. Keempat, sistem
agribisnis secara intrinsik netral terhadap semua skala usaha, dan kelima, pendekatan sistem agribisnis khususnya ditujukan untuk negara sedang
berkembang. Rumusan inilah yang nampaknya digunakan sebagai konsep pembangunan pertanian dari Departemen Pertanian, yang dituangkan
dalam visi terwujudnya perekonomian nasional yang sehat melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan,
dan terdesentralisasi
Mubyarto dan Awan, 2003. Menurut Arifin 2003, Pengembangan pertanian dilihat dari aspek
development management harus dilandasi oleh beberapa hal antara lain: pembangunan pertanian yang terencana secara matang, terlaksana dengan
baik, termonitor secara periodik dan adanya check dan balance secara terukur. Pendekatan tersebut di atas selama ini tidak dapat berjalan dengan
sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan ada beberapa penyebab kegagalan dari program dan kegiatan pembangunan pertanian yang
dilakukan, yaitu: a kurang tepatnya mengidentifikasi kondisi yang sesungguhnya dari petani baik dari aspek sosial, ekonomi dan budaya; b
commit to user 19
Belum akuratnya menilai positioning dari teknologi yang diperlukan oleh petani, karena masih didistorsi oleh kepentingan-kepentingan tertentu;
c program pengembangan usaha tani yang dikembangkan sifatnya masih sangat umum, dan tidak aplicable terhadap wilayah tertentu;
d kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian masih sulit diterjemahkan oleh daerah; e masih belum optimalnya support dari pusat maupun
daerah terhadap potensi wilayah, dan atau mengamankan wilayah-wilayah yang memang strategis dan ekonomis untuk wilayah pertanian.
Pembangunan di sektor pertanian dalam arti luas akan terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan memantapkan
swasembada pangan, meningkatkan pendapatan para petani, memperluas kesempatan kerja, memenuhi kebutuhan industri akan bahan baku dan
untuk meningkatkan ekspor. Dalam rangka mendukung semakin terwujudnya keseimbangan antar industri dan pertanian dalam struktur
ekonomi nasional, usaha pembangunan dan pengembangan sektor industri, terutama agroindustri, juga terus didorong. Iklim usaha yang lebih
mendorong partisipasi swasta dalam kegiatan pembangunan akan diusahakan
melalui pemberian
informasi dan
kemudahan Rasahan et al, 1999.
4. Peranan Sektor Pertanian Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi dipandang pasif
dan hanya sebagai penunjang. Pembangunan ekonomi dipandang memerlukan transformasi struktural yang cepat, yaitu yang semula
mengutamakan kegiatan pertanian menjadi masyarakat lebih kompleks dimana terdapat bidang industri dan jasa yang lebih modern. Dengan
demikian peranan utama pertanian adalah menyediakan tenaga kerja dan pangan yang cukup dengan harga murah untuk pengembangan industri
yang dinamis sebagai sektor penting dalam semua strategi pembangunan ekonomi Todaro, 2000.
Pada hakekatnya pertanian adalah sumber utama dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi bahkan sebagai batu penjuru cornerstone dari
commit to user 20
pengurangan kemiskinan. Sebenarnya kontribusi pertumbuhan pertanian jauh lebih proporsional terhadap pembangunan ekonomi daripada
pertumbuhan industri karena “multiplier effects” pertumbuhan pertanian terhadap perekonomian domestik lebih besar. Banyak studi menunjukkan
bahwa pertanian merupakan sektor yang paling efektif untuk mengurangi kemiskinan pedesaan dan perkotaan yang distribusi pendapatannya sangat
timpang. Tingkat harga riil yang memadai secara berkelanjutan pada tingkat petani merupakan salah satu kunci pertumbuhan pertanian yang
pada gilirannya mengurangi kemiskinan Napitupulu, 2007. Peranan sektor pertanian dirasa masih penting walaupun kemajuan
sektor industri berkembang begitu cepat dalam perekonomian suatu daerah. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian dapat dilihat dari ber-
bagai hal, antara lain dilihat dari masih relatif besarnya pangsa sektor per- tanian terhadap Produk Domestik Bruto PDB, sektor pertanian juga me-
rupakan pemasok bahan baku bagi industri, mampunya sektor ini menyediakan pangan dan gizi, dapat menyerap banyak tenaga kerja dan
semakin signifikannya kontribusi sektor pertanian dalam meningkatkan ekspor non-migas Soekartawi, 1996.
5. Strategi pembangunan pertanian Berdasarkan Arifin 2008, eskalasi
harga pangan dan pertanian sampai tiga kali lipat selama tiga tahun terakhir memang meresahkan,
tidak terkecuali bagi Indonesia. Tiga faktor utama berikut sering dianggap bertanggung jawab, yakni 1 fenomena perubahan iklim yang
mengacaukan ramalan produksi pangan strategis, 2 peningkatan permintaan komoditas pangan karena konversi terhadap biofuel, dan 3
aksi para investor spekulan tingkat global karena kondisi pasar keuangan yang tidak menentu. Meski begitu, eskalasi harga tersebut juga menjadi
peluang dan tantangan baru untuk merumuskan strategi pembangunan pertanian yang kompatibel dengan perubahan zaman.
Pembangunan pertanian di Indonesia sebenarnya telah menunjukkan kontribusi yang
sukar terbantahkan, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan
commit to user 21
melalui varietas unggul, lonjakan produksi peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan dalam empat dasawarsa
terakhir. Pembangunan perkebunan dan agroindustri juga telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa, perbaikan kinerja ekspor,
dan penyerapan tenaga kerja. Singkatnya, kinerja perjalanan pertanian Indonesia jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan angka 3,51
persen per tahun rata-rata pertumbuhan pada periode 1960-2006—dihitung dari data Badan Pusat Statistik BPS dan Organisasi Pangan dan Pertanian
Dunia FAO. Selama empat dasawarsa terakhir, strategi pembangunan pertanian
mengikuti tiga prinsip penting: 1 broad-based dan terintegrasi dengan ekonomi makro, 2 pemerataan dan pemberantasan kemiskinan, dan 3
pelestarian lingkungan hidup. Dua prinsip utama telah menunjukkan kinerja yang baik, karena dukungan jaringan irigasi, jalan-jembatan,
perubahan teknologi, kebijakan ekonomi makro, dan sebagainya. Konsep revitalisasi pertanian yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pola pikir dan strategi besar di atas. Karena fenomena Revolusi Hijau serta perspektif konsistensi
tersebut, pencapaian swasembada beras di era 1980-an juga telah diikuti oleh peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan petani beras di
Indonesia, pemerataan sektor pedesaan dan perkotaan Arifin, 2008. 6. Strategi Pengembangan
Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan pengembangan
wilayah selama ini mengalami berbagai macam permasalahan, salah satunya adalah pembangunan di sektor pertanian yang merupakan
merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan. Permasalahan itu antara lain sistem pertanian yang berkembang sampai saat ini masih belum
mendukung peningkatan daya saing, selain itu sebagian besar petani Indonesia adalah petani kecil dengan luas rata-rata lahan yang dimiliki
kurang dari 0,5 Ha dan ditambah lagi para petani atau pekerja di sektor ini
commit to user 22
pada umumnya berpendidikan rendah, yaitu sekitar 90 hanya tamat sekolah dasar Wijayadi, 2003.
Suatu usaha pertanian tidak hanya cukup dengan modal kuat dan sarana prasarana yang cukup melainkan juga harus memikirkan
faktorfaktor lain yang akan mempengaruhi usaha tersebut. Di dalam usaha pertanian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha ialah
faktor alam dan faktor ekonomi Wijayadi, 2003.Keadaan alam meminta perhatian untuk dipikirkan secara matang oleh para petani seperti iklim
dengan unsur – unsur sinar matahari, temperatur, curah hujan, pergerakan angin, kemudian bencana alam, dan lainnya. Semua itu akan
mempengaruhi usaha pertanian, pengembangan usaha pertanian akan mengalami kegaggalan maupun keberhasilan salah satunya adalah
dipengaruhi cara pendekatan terhadap unsur-unsur alam tersebut. Wijayadi, 2003.
Selaras dengan usaha peningkatan kesejahteraan petani pada sektor pertanian, GBHN memberikan kebijakan yang berupa peningkatan
pendapatan dan taraf hidup petani serta peningkatan produktifitasnya. Pembangunan suatu sektor seperti pertanian tidak akan lepas dari
pembangunan suatu daerah beserta pengembangan wilayahnya. Salah satu strategi pembangunan wilayah yang potensial mengintegrasikan antar
sektor dan antar wilayah adalah pengembangan usaha pertanian. Pengembangan usaha pertanian bukan sekedar pengembangan bisnis
komoditas pertanian yang sudah kita kenal selama ini Wijayadi, 2003. Suatu usaha pertanian tidak hanya cukup dengan modal kuat dan
sarana prasarana yang cukup melainkan juga harus memikirkan faktorfaktor lain yang akan mempengaruhi usaha tersebut. Di dalam usaha
pertanian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha ialah faktor alam dan faktor ekonomi Wijayadi, 2003. Keadaan alam meminta
perhatian untuk dipikirkan secara matang oleh para petani seperti iklim dengan unsur – unsur sinar matahari, temperatur, curah hujan, pergerakan
angin, kemudian bencana alam, dan lainnya. Semua itu akan
commit to user 23
mempengaruhi usaha pertanian, pengembangan usaha pertanian akan mengalami kegaggalan maupun keberhasilan salah satunya adalah
dipengaruhi cara pendekatan terhadap unsur-unsur alam tersebut Wijayadi, 2003.
7. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah a. Metode Analisis Location Quantient LQ
Analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian daerah. Bila nilai LQ 1 berarti sektor tersebut
merupakan sektor unggulan di kabupatenkota dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian kabupatenkota.
Apabila nilai LQ 1 berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai
penggerak perekonomian kabupatenkota dan bila nilai LQ = 1 berarti nilai produksi sektor tertentu di Kabkota sama dengan sektor yang
sama pada tingkat provinsi Pasaribu, 2005. Di dalam model ekonomi basis, perekonomian terbagi menjadi
dua yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis disebut juga sektor ekspor dan akan menentukan perkembangan wilayah. Kedua sektor
memiliki hubungan, dimana jika sektor basis berkembang, maka pada gilirannya akan meningkatkan pula kegiatan non basis. Hal ini sering
disebut dengan multiplier effect. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis digunakan metode Location Quotient LQ, sedangkan untuk
effect multiplier digunakan teknik pengganda basis atau multiplier effect Anonim, 2009
c
. Logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya
adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka
penjualan di luar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut Widodo, 2006.
commit to user 24
b. Metode Analisis Shift Share SSA Analisis Shift Share merupakan alat analisis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja di suatu wilayah
pada dua periode waktu. Terdapat 3 tiga komponen dalam analisis SS sebagai berikut: 1 komponen Pertumbuhan Nasional, yaitu perubahan
produksikesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksikesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan
ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian sektoral dan wilayah; 2 komponen Pertumbuhan
Proporsional, yaitu perbedaan sektor dalam hal permintaan produk akhir, ketersediaan bahan mentah, kebijakan industri dan struktur serta
keragaman pasar; 3 komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, yaitu perubahan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah terhadap
wilayah lainnya Anonim, 2009
b
. Analisis shift share ini menganalisis perubahan berbagai
indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan
diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah
tumbuh cepat atau lamban. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah
lainnya, apakah
bertumbuh cepat
atau lamban
Budiharsono, 2005. c. Metode Analisis Input Output I-O
Analisis input output I-O banyak diterapkan di dalam proses perencanaan pengembangan wilayah. Hal ini karena model I-O dapat
diimplementasikan secara empirik pada bidang dimana keterbatasan data dan teori yang belum cukup berkembang membatasi ruang
lingkup penelitian dan perencanaan.
commit to user 25
Menurut Jhingan 2007 Analisa input-output menunjukkan kepada kita bahwa di dalam perekonomian secara keseluruhan
terkandung saling hubungan dan saling ketergantungan industrial. Input suatu industri merupakan output industri lainnya dan sebaliknya,
sehingga akhirnya saling hubungan antar mereka membawa ke arah ekuilibrium antara penawaran dan permintaan di dalam perekonomian
secara keseluruhan. Batubara adalah input bagi industri baja dan baja adalah input bagi industri batubara, kendati keduanya merupakan
output dari masing-masing industri yang bersangkutan. Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi barang-barang antara input untuk
digunakan lebih lanjut dalam pembuatan barang-barang akhir output. d. Metode Analisis Tipologi Klassen
Menurut Widodo 2006 teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur
pertumbuhan sektoral
daerah. Analisis
ini mendasarkan
pengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan
menggunakan analisis Tipologi Klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu: sektor prima, sektor
potensial, sektor berkembang, dan sektor terbelakang. Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat kategori di atas didasarkan pada
laju pertumbuhan kontribusi sektoral dan rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
commit to user 26
Tabel 2.1. Matrik Tipologi Klassen
Rerata Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB
Rerata Laju Pertumbuhan Sektoral
Y
sektor
Y
PDRB
Y
sektor
Y
PDRB
r
sektor
r
PDRB
Sektor Prima Sektor
Berkembang r
sektor
r
PDRB
Sektor Potensial Sektor
Terbelakang
Sumber : Widodo, 2006 Y
sektor
= nilai kontribusi sektor ke i Y
PDRB
= rata-rata PDRB r
sektor
= laju pertumbuhan sektor ke i r
PDRB
= laju pertumbuhan PDRB Hasil pemetaan dari analisis Tipologi Klassen di atas, bila
dikaitkan dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan ekonomi daerah di masa mendatang, antara lain dapat dilakukan dengan
menentukan strategi pengembangan menurut periode waktu yang dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi
untuk masa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Matriks Strategi Pengembangan
Jangka Pendek 1-5th
Jangka Menengah 5-10th
Jangka Panjang 10-25th
- sektor prima - sektor potensial
menjadi komoditi prima
- sektor potensial menjadi sektor prima
- sektor berkembang menjadi sektor potensial
- sektor terbelakang menjadi sektor
berkembang - sektor terbelakang
menjadi sektor berkembang
- sektor prima tetap menjadi sektor prima
Sumber : Widodo, 2006 Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi
daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi
commit to user 27
daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata- rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata
pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi-bagi menjadi empat klasifikasi, yaitu : daerah cepat maju
dan cepat tumbuh high growth and high income, daerah maju tapi tertekan high income but low growth, daerah berkembang cepat high
growth but low income, dan daerah relatif tertinggal low growth and low income Pasaribu, 2005.
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah