commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional Indonesia mempunyai tujuan yaitu berusaha mewujudkan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Berlakunya Undang-
Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Daerah, maka era otonomi daerah ini suatu daerah dituntut untuk dapat menopang keberlanjutan pembangunan di daerah yang
bersangkutan. Hal tersebut mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan ekonominya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki
sesuai dengan kondisi daerah baik kondisi sumber daya alam maupun kondisi sumber daya manusia dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, salah satu indikator yang diperlukan adalah data statistik Produk Domestik Regional Btuto
PDRB. PDRB merupakan jumlah seluruh nilai tambah produk yang ditimbulkan berbagai sektorlapangan usaha yang melakukan kegiatan
usahanya di suatu regianaldaerah. Oleh karena itu maka PDRB secara agregatif
menunjukkan kemampuan
suatau daerah
tertentu dalam
menghasilkan pendapatanbalas jasa kepada faktor-faktor yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi daerah tersebut BPS Kabupaten
Bojonegoro 2008. PDRB dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku Suroto 1992.
Jawa Timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil utama produksi pangan
nasional Aminullah, 2000. Luas lahan pertanian di Jawa Timur sekitar 4,6 juta ha, dan sekitar 1,1 juta ha diantaranya berupa lahan sawah. Kebijakan
pembangunan pertanian propinsi Jawa Timur pada dasarnya diarahkan pada tiga program utama yaitu: 1 Ketahanan Pangan, 2 Pengembangan
Agribisnis dan
3 Pembangunan
masyarakat pertanian
commit to user 2
Diperta Prop, Jatim, 2005. Salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana sektor pertanian memegang peranan penting yaitu Bojonegoro.
Pembangunan wilayah Kabupaten Bojonegoro ditopang oleh sembilan sektor perekonomian, yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan
penggalian; sektor industri; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan; sektor angkutan; sektor bank dan lembaga keuangan
lainnya; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi kedua yakni sebesar 26,34 setelah sektor penggalian
dan pertambangan sebesar 29,18 BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009. Adapun secara lebih rinci besarnya kontribusi PDRB sektor pertanian terhadap
perekonomian Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2007-2008 disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kontribusi PDRB Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Tahun 2007-2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan ADHK 2000 di Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2007
2008 Rata-rata
No Lapangan Usaha
PDRB Juta Rupiah
PDRB Juta Rupiah
PDRB Juta Rupiah
1 Pertanian
1.828.073,15 27,38
1.898.461,31 25,29
1.863.267,23 26,34
2 Penggalian
1.800.648,40 26,97
2.356.004,53 31,39
2.078.326,465 29,18
3 Industri Pengolahan
290.602,58 4,35
311.119,26 4,15
300.860,92 4,25
4 Listrik dan Air Minum
45.831,51 0,90
48.077,66 0,64
46.954,585 0,77
5 Bangunan Konstruksi
210312,68 3,15
225.623,44 3,01
217.968,06 3,08
6 Perdagangan. Hotel
dan Restoran 1.152.409,38
17,26 1.230.401,06
16,39 1.191.405,22
16,83 7
Angkutan dan Komunikasi
257.711,55 3,86
268.174,64 3,57
262.943,095 3,72
8 Keuangan, Persewaan.
dan Jasa Perusahaan 283.731,72
4,25 312.615,66
4,16 298.173,69
4,21 9
Jasa-jasa 806.558,80
12,08 855.355,60
11,40 830.957,2
11,74 Total
6.675.879,77 100,00
7.505.833,16 100,00
7,090,856.47 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009 Tabel 1.1 menunjukkan kontribusi sektor pertanian selama kurun
waktu dua tahun terakhir cenderung menurun. Kontribusi sektor pertanian rata-rata sebesar 26,34 atau sebesar Rp 1.863.267.230.000. Kontribusi sektor
pertanian menempati urutan kedua di Kabupaten Bojonegoro. Hal ini dikarenakan lahan sektor pertanian sebagian besar mengalami kerusakan
commit to user 3
karena banjir yang hampir setiap tahun melanda wilayah Kabupaten Bojonegoro.
Sebagai gambaran banjir pada Pebruari 2009, petani di 49 desa yang tersebar di 11 kecamatan yang merupakan daerah potensi banjir. Daerah-
daerah tersebut di antaranya Kecamatan Margomulyo, Kecamatan Padangan, Kecamatan Dander, Kecamatan Puswosari, Kecamatan Kalitidu, Kecamatan
Trucuk, Kota, Kecamatan Balen, Kecamatan Kapas, Kecamatan Kanor dan Kecamatan Baureno kehilangan ratusan hektar areal tanaman padi di desa
setempat yang sudah berusia sekitar 40 hari karena terendam air Satkorlak PBP Kabuapten Bojonegoro, 2009.
Adanya ancaman banjir tersebut, mengakibatkan lahan pertanian yang ada di Kabupaten Bojonegoro mengalami kerusakan, terlebih kecamatan-
kecamatan yang memberikan sumbangsih perekonomian yang cukup besar bagi Kabupaten Bojonegoro khususnya di sektor pertanian. Berdasarkan data
dari Satuan Koordinasi dan Pelaksanaan Penanggulangan Banjir Dan Pengungsi Satkorlak PBP Kabupaten Bojonegoro, kecamatan-kecamatan
tersebut digolongkan menjadi dua kategori daerah banjir, yaitu daerah-daerah potensi banjir parah dan daerah-daerah potensi banjir ringan. Kecamatan
Padangan, Kecamatan Kalitidu, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Balen, Kecamatan Baureno, Kecamatan Kanor,Bojonegoro dan Kecamatan Dander
digolongkan menjadi daerah-daerah potensi banjir parah, sedangkan kecamatan Purwosari, Kecamatan Margomulyo dan Kecamatan Kapas
digolongkan menjadi daerah-daerah potensi banjir ringan. Pengolongan tersebut berdasarkan luas genangan air yang terjadi saat banjir terjadi pada
tahun 2009 dan data rekapitulasi bencana di Kabupaten Bojonegoro dengan jenis banjir Bengawan Solo tahun 2009. Disamping dilihat dari kontribusi,
untuk mengatahui perkembangan sumbangsih sektor pertanian dapat dilihat juga dari laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan sektor pertanian di
Kabupaten Bojonegoro yang disajikan pada Tabel 1.2.
commit to user 4
Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Tahun 2007-2008 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan ADHK 2000 di Kabupaten Bojonegoro dalam persen
Laju No
Lapangan Usaha 2007
2008 Rata-rata
1 Pertanian
1,77 3,85
2,81 2
Penggalian 43,10
30,84 36,97
3 Industri Pengolahan
6,66 7,06
6,86 4
Listrik dan Air Minum 9,39
4,90 7,14
5 Bangunan Konstruksi
7,81 7,28
7,55 6
Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,96
6,77 7,37
7 Angkutan dan Komunikasi
6,26 4,06
5,16 8
Keuangan, Persewaan. dan Jasa Perusahaan
9,37 10,18
9,78 9
Jasa-jasa 6,29
6,05 6,17
Pertumbuhan PDRB 10,96
8,57 9,76
Sumber: Analisis Data Sekunder Lampiran 4 Tabel 1.2 menunjukkan laju sektor pertanian selama kurun waktu dua
tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang rendah, sehingga diketahui rata- rata laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,81. Laju pertumbuhan
sektor pertanian menempati urutan kesembilan dari laju pertumbuhan sektor perekonomian di Kabupaten Bojonegoro. Rendahnya nilai laju tersebut
disebabkan produksi sektor pertanian mengalami penurunan jumlah produksi yang merupakan dampak dari banjir sehingga hal ini berpengaruh pada laju
pertumbuhan sektor pertanian. Kecamatan Margomulyo merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Bojonegoro dalam golongan banjir tidak parah ringan hal ini dikarenakan sedikitnya areal pertanian yang tergenang yaitu sawah seluas 21
Ha dan ladang seluas 16 Ha. Meskipun demikian, hal tersebut berpengaruh terhadap besarnya nilai kontribusi yang disumbangkan sektor pertanian.
Besarnya kontribusi sektor pertanian di Kecamatan Maromulyo disajikan pada Tabel 1.3.
commit to user 5
Tabel 1.3. Kontribusi Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Tahun 2007-2008 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan ADHK 2000 di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro dalam persen
Kontribusi No
Lapangan Usaha 2007
2008 Rata-rata
1 Pertanian
1,35 1,40
1,37 2
Penggalian 0,02
0,02 0,02
3 Industri Pengolahan
0,02 0,03
0,03 4
Listrik dan Air Minum 0,01
0,01 0,01
5 Bangunan Konstruksi
0,01 0,01
0,01 6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,25 0,26
0,26 7
Angkutan dan Komunikasi 0,03
0,03 0,03
8 Keuangan, Persewaan. dan
Jasa Perusahaan 0,06
0,07 0,07
9 Jasa-jasa
0,07 0,08
0,08 Total Kontribusi PDRB Kecamatan
Margomulyo 1,82
1,91 1,88
Sumber : Analisis Data Sekunder Lampiran 6 Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa selama kurun waktu dua
tahun terakhir, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dibanding sektor perekonomian lainnya, yakni sebesar 1,37. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih menduduki sektor yang penting di Kecamatan Margomulyo. Selanjutnya selain dilihat dari kontribusi, dapat dilihat juga dari
laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan sektor pertanian di Kecamaan Margomulyo disajikan pada Tabel 1.4.
commit to user 6
Tabel 1.4. Laju Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya Tahun 2007-2008 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
ADHK 2000 di Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro dalam persen
PDRB Juta Rupiah No
Lapangan Usaha 2007
2008 Laju
1 Pertanian
90.069,08 93.323,09
3,61 2
Penggalian 1.213,4
1.381,08 13,82
3 Industri Pengolahan
1.666,16 1.763,07
5,82 4
Listrik dan Air Minum 562,59
581,26 3,32
5 Bangunan Konstruksi
336,55 338,4
0,55 6
Perdagangan. Hotel dan Restoran 16.851,73
17.654,87 4,77
7 Angkutan dan Komunikasi
1.914,28 2.047,63
6,97 8
Keuangan. Persewaan. dan Jasa Perusahaan
4.299,74 4.759,74
10,70 9
Jasa-jasa 4.979,14
5.137,02 2,81
Total 121,892.67
126,986.16 52,37
Sumber : Analisis Data Sekunder Lampiran 7 Berdasarkan Tabel 1.4 dapat diketahui bahwa sektor pertanian
memiliki nilai rata-rata laju pertumbuhan yang rendah. Rendahnya nilai rata- rata laju pertumbuhan ini, di karenakan adanya penurunan produksi yang
merupakan dampak dari banjir sehingga berpengaruh pada rendahnya nilai rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian. Dengan kondisi laju pertumbuhan
sektor pertanian yan rendah ini, maka diperlukan strategi pengembangan yang baik agar laju pertumbuhan sektor pertanian dapat meningkat dalam
perekonomian daerah Kecamatan Margomulyo.
B. Perumusan Masalah