commit to user
Makna yang terkandung dalam jurnal di atas adalah lingkungan pembelajaran kooperatif akan menciptakan pengalaman belajar sosial yang lebih
menarik. Dalam pembelajaran kooperatif guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa yang lebih aktif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru dapat
membentuk kelompok dengan berbagai variasi susunan kelompok misalnya; satu kelompok terdiri dari tiga anggota yang susunannya dapat terdiri dari dua siswa
laki-laki, satu siswa perempuan. Bisa juga dua siswa perempuan dan satu siswa laki-laki.
3. Model Pembelajaran Jigsaw
Model Jigsaw, yang pada hakekatnya melibatkan tugas yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung satu sama lainnya dalam
menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Dalam model pembelajaran ini siswa akan memiliki persepsi bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama, mempunyai
tanggung jawab dalam mempelajari materi yang dihadapi, saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam kelompok, belajar kepemimpinan
sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasama selama belajar dan siswa mempertanggung jawabkan secara individu materi yang dibahas dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda dan anggota kelompok lain yang memiliki tugas sama harus bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
tersebut dalam suatu kelompok yang disebut kelompok expert. Apabila tugas setiap siswa telah selesai, mereka kembali ke kelompoknya dan menjelaskan
tugasnya. Siswa hanya belajar pada bagiannya sendiri, sehingga mereka akan mendengarkan secara rinci tentang apa yang diterangkan oleh teman
commit to user
kelompoknya. Mereka akan termotivasi untuk saling belajar, dan selanjutnya menyiapkan untuk tes individu.
Menurut Isjoni 2007: 54 pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Aronson dalam Isjoni 2007: 54 dalam pembelajaran Jigsaw,
kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim Jigsaw
dan materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap-tiap tim diberi satu set materi yang lengkap dan masing-masing individu ditugaskan
untuk memilih topik mereka, kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok ahli atau rekan yang terdiri dari seluruh siswa dikelas yang mempunyai bagian
informasi yang sama. Di grup ahli, siswa saling membantu mempelajari materi dan mempersiapkan diri untuk tim Jigsaw. Setelah siswa mempelajari materi di
grup ahli, kemudian mereka kembali ke tim Jigsaw untuk mengajarkan materi tersebut kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari sisa materi. Sebagai
kesimpulan dari pelajaran tersebut siswa dengan bebas memilih kuis dan diberikan nilai individu.
Menurut Anita Lie 2005: 69 teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode Cooperatif Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
commit to user
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelastingkatan.
Menurut Robert E.Slavin 2008: 241 pembelajaran Jigsaw terdiri atas siklus reguler dari kegiatan-kegiatan pengajaran sebagai berikut: 1 membaca,
para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi. 2 diskusi kelompok-ahli, para siswa dengan keahlian
yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli. 3 laporan tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya. 4 tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik. 5 rekognisi tim,
menghitung skor. Menurut Mary Ransdell 2001, Jigsaw, this formal cooperative learning
strategy consists of base groups and expert groups. Base groups initially separate to form expert groups where all team members study their
assigned aspect of the topic and decide how they will teach their respective base group members. Base groups reassemble and each
person teaches his or her teammates the information learned in their respective expert groups. The students had a list of a dozen professional
journal articles about issues teachers in urban schools face that are not directly related to academic achievement. Students were grouped and
each group was instructed to read only particular articles for discussion during the following class. The instructor told the students at the
beginning of the next class there would be a question on the midterm that dealt with the information in the assigned texts. The students would be
individually responsible for information gathered from their base group members’ articles as well as their own individual assessment. Expert
groups met and discussed the articles and then returned to the base groups to teach each other about the content of the articles. The students
learned the key points from all of the articles, but had to read only a portion of the list positive interdependence. Students reflected on the
experience group processing. Grades indicated content competence on the midterm question about information in the texts.
Makna yang terkandung dalam jurnal adalah dalam pembelajaran model Jigsaw
, guru membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok awal dan
commit to user
kelompok ahli. Semua anggota kelompok awal mempelajari topik masing-masing. Anggota dari semua kelompok awal yang mempunyai topik sama berkumpul
dalam kelompok ahli dan mempelajari topik yang sama. Setelah selesai mempelajari dalam kelompok ahli, mereka kembali lagi ke kelompok awal
masing-masing dan mengajari teman-teman dalam kelompoknya secara berurutan. Disamping itu juga terdapat kelemahan dalam jurnal tersebut yaitu bila
mengambil tema tertentu atau isu-isu yang baru muncul, belum tentu sesuai dengan perkembangan akademik kelompok lain.
Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan 2007, In Jigsaw, students are responsible for teaching each other the material. Assignment is
divided into several expert areas, and each student is assigned with one area. Experts from different groups meet together and discuss their expert
areas. Students then return to their groups and take turns teaching. Cooperative learning created many learning opportunities that do not
typically occur in traditional classrooms.
Incorporating cooperative learning in science and mathematics classroom is not without challenges.
Initially, teachers and students have to face various challenges. The main problems which arise include the followings; need to prepare extra
materials for class use , fear of the loss of content coverage, do not trust
students in acquiring knowledge by themselves, lacks of familiarity with
cooperative learning methods , students lack the skills to work in group.
Makna yang terkandung dalam jurnal di atas adalah pembelajaran model Jigsaw
, guru membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok awal dan kelompok ahli. Semua anggota kelompok awal mempelajari topik masing-masing.
Anggota dari semua kelompok awal yang mempunyai topik sama berkumpul dalam kelompok ahli dan mempelajari topik yang sama. Setelah selesai
mempelajari dalam kelompok ahli, mereka kembali lagi ke kelompok awal masing-masing dan mengajari teman-teman dalam kelompoknya secara berurutan.
Pembelajaran kooperatif menciptakan beberapa hal yang lebih baik untuk proses
commit to user
pembelajaran. Akan tetapi pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPA dan matematika, muncul beberapa masalah antara lain persiapan materi ajar yang
maksimal, membutuhkan banyak waktu, tidak percaya dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, kurang mengenal metode pembelajaran kooperatif, siswa kurang
mampu bekerja dalam kelompok. Menurut Richard I. Arends 2008 Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh
Elliot Aronson dan rekan-rekan sejawatnya. Menggunakan Jigsaw, siswa-siswa ditempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggota lima sampai enam
orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Para
anggota dari tim-tim yang berbeda, tetapi membicarakan topik yang sama kadang-kadang disebut expert group bertemu untuk belajar dan saling
membantu dalam mempelajari topik tersebut. Setelah itu siswa kembali ke tim asalnya dan mengajarkan sesuatu yang telah mereka pelajari dalam expert group
kepada anggota-anggota lain di timnya masing-masing. Setelah pertemuan dan diskusi tim asal, siswa mengerjakan kuis secara individual tentang berbagai materi
belajar. Menurut Made Wena 2009: 193 pembelajaran kooperatif model Jigsaw
dikembangkan oleh Elliot dari Universitas Texas USA. Secara umum penerapan model Jigsaw dikelas adalah sebagai berikut: 1 kelas dibagi dalam beberapa
kelompok, 2 tiap kelompok siswa terdiri atas 5-6 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya, 3 tiap
kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan,
commit to user
4 dari masing-masing kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk kelompok baru kelompok pakar dengan membahas tugas yang sama, dalam
kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar, 5 anggota kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok semula, untuk mengajari
anggota kelompoknya, dalam kelompok ini diadakan diskusi antara anggota kelompok, 6 selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator, 7 guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, 8 bagi siswa dan
kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan, demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar
yang sempurna maka wajib diberi penghargaan.
4. Model Pembelajaran Snowballing