22
anggota organisasi. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai
perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai per-
usahaan itu sendiri kepada para stakeholder. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia ROA diformulasikan sebagai berikut berikut :
2.1.4 Capital Adequacy Ratio CAR
Rasio kecukupan modal yang sering disebut dengan Capital Adequacy Ratio CAR mencerminkan kemampuan bank untuk menutup risiko kerugian
dari aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan bank dalam mendanai kegiatan operasionalnya Idroes, 2008:69. CAR atau kecukupan modal
merupakan salah satu masalah yang dihadapi perbankan dalam sektor internal. Bank harus memelihara modal yang cukup untuk mendukung aktivitas
pengambilan risiko risk taking. Peranan modal sangat penting, dimana kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila memiliki
modal yang cukup, sehingga pada saat masa-masa kritis bank tetap aman karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia Kasmir, 2008. Bank
yang tidak memiliki kecukupan modal maka bank tersebut bisa dikatakan tidak sehat rasionya, sehingga bank tersebut masuk dalam kriteria bank dalam
pengawasan khusus karena rasio kecukupan modal capital adequacy ratio atau CAR-nya di bawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia 8,
ROA = Laba Setelah Pajak
Total Aset x
Universitas Sumatera Utara
23
sedangkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia API untuk menjadi bank jangkar Bank Umum harus memiliki CAR minimal 12.
Sehingga kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian dan juga
mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank. Jika nilai CAR rendah maka profitabilitas
ROA bank akan mengalami penurunan Lukman, 2005. Pada prinsipnya, tingkat CAR ini disesuaikan dengan ketentuan CAR
yang berlaku secara internasional yaitu sesuai dengan standard yang dikeluarkan Bank for International Settlement BIS.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 CAR dirumuskan sebagai
berikut :
2.1.5 BOPO Rasio BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank
pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya
operasional. Menurut Lukman 2005, setiap peningkatan biaya operasional
akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas ROA bank yang bersangkutan.
CAR = Modal
ATMR x
Universitas Sumatera Utara
24
Atau dalam Surat Edaran Internal BI 2004, rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya
operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola
usahanya, dan sebaliknya menurut Veithzal, dkk 2007:72, semakin kecil rasio biaya beban operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang
bersangkutan dapat menutup biaya beban operasional dengan pendapatan operasionalnya. Menurut Dendawijaya 2001 berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia besarnya BOPO yang normal berkisar antara 94-96. BOPO dihitung dengan formula: Sesuai SE No.623DPNP Tanggal 31
Mei 2004
2.1.6 Net Interest Margin NIM