kehidupannya, meningkatkan kemandirian, rasa memiliki, dan memperkuat kemampuan untuk mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Hasil yang diharapkan
dari tindakan perawatan adalah pasien memiliki kemampuan mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian petugas harus berfungsi sebagai motivator
bagi pasien dalam mengembangkan kepribadian mereka Aiyub, 2012.
2.3.5 Komponen Psikoedukasi dalam Perawatan Gangguan Jiwa
Psikoeduksi dikembangkan oleh Mottaghipour dan Bickerton pada tahun 2005 ahli kesehatan mental orang dewasa bekerjasama dengan Australiaan National
Standards for Mental Health Services, berupa kerangka kebutuhan pelayanan keluarga yang mengalami gangguan kesehatan mental yang disebut Pyramid of
Family Care. Menurut Mottaghipour dan Bickerton 2005, psikoedukasi adalah merupakan
suatu tindakan yang diberikan kepada individu dan keluarga untuk memperkuat strategi koping atau suatu cara khusus dalam menangani kesulitan perubahan mental.
Psikoedukasi dapat dilaksanakan diberbagai tempat pada berbagai kelompok atau rumah tangga. Tindakan psikoedukasi memiliki media berupa catatan seperti poster,
booklet, leaflet, vidio, dan beberapa eksplorasi yang diperlukan. Proses pemberian psikoedukasi sangat diperlukan kehadiran keluarga sebagai kunci keberhasilan
intervensi. Perawat dapat membangun hubungan saling percaya agar dapat melakukan pengkajian yang tepat dan memberikan pengertian terhadap keluarga
bagaimana psikoedukasi memberikan keuntungan pada mereka, dapat mengatasi dan mencegah terjadinya gangguan emosional dengan strategi koping yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
Psikoedukasi adalah suatu tindakan yang diberikan untuk memperbaiki atau meningkatkan respons positif sesuai yang diharapkan yang difokuskan pada
mempertahankan keutuhan psikososial self concept needs, perubahan fungsi atau peran dan ketergantungan atau kebutuhan interaksi. Psikoedukasi dapat diberikan
melalui pendidikan kesehatan dengan metode atau cara eksplorasi, asesmen, diskusi, bermain peran dan demonstrasi.
Menurut Albin 2001, pemberian psikoedukasi mengenai perubahan- perubahan yang dialami selama hidup dan bersikap terbuka dengan orang lain, serta
penggunaan koping yang efektif dapat membantu untuk mengurangi kecemasan, membuat perasaan menjadi lebih baik dan dapat membantu memecahkan masalah
yang dihadapi, mengurangi depresi dan menumbuhkan rasa percaya diri. Menurut Bastable 2002, pendidikan keluarga dalam bentuk psikoedukasi
merupakan pendidikan atau pelatihan bagi orang yang mengalami gangguan jiwa yang akan membantu orang tersebut dalam proses pengobatan dan rehabilitasi.
Program psikoedukasi keluarga diimplementasikan dengan pendekatan secara terstruktur dan eksperiantial. Program pendidikan dianggap berhasil apabila
pengetahuan keluarga meningkat secara signifikan. Jewell et al 2009 menyatakan bahwa psikoedukasi yang mampu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga menunjukkan hasil yang konsisten terhadap peningkatan pemulihan penderita. Secara umum, program komprehensif dari psikoedukasi adalah
komponen didaktik, berupa pendidikan kesehatan, yang menyediakan informasi mengenai penyakit dan system kesehatan jiwa; komponen ketrampilan, yang
Universitas Sumatera Utara
menyediakan pelatihan tentang komunikasi, penyelesaian konflik, pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan manajemen stres; komponen emosional,
yaitu memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan disertai dukungan emosional; serta komponen sosial, yaitu peningkatan penggunaan jejaring formal dan
non formal. Menurut Jewell et al 2009 serta Stuart dan Laraia 2005 upaya mendukung
keberhasilan psikoedukasi keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu didesain dengan komponen-komponen sebagai berikut :
a. Komponen Didaktik