menyediakan pelatihan tentang komunikasi, penyelesaian konflik, pemecahan masalah, asertif, manajemen perilaku dan manajemen stres; komponen emosional,
yaitu memberi kesempatan ventilasi dan berbagi perasaan disertai dukungan emosional; serta komponen sosial, yaitu peningkatan penggunaan jejaring formal dan
non formal. Menurut Jewell et al 2009 serta Stuart dan Laraia 2005 upaya mendukung
keberhasilan psikoedukasi keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu didesain dengan komponen-komponen sebagai berikut :
a. Komponen Didaktik
Komponen didaktik ini merupakan metode memberikan informasi dengan cara yang tidak menakutkan. Lama waktu penyampaian informasi ini disesuaikan
dengan kemampuan penerima, metode pengajaran dilakukan secara bervariasi untuk memperkuat dan mempertahankan minat peserta, penjelasan diberikan menggunakan
bahasa yang sederhana. Peserta penyuluhan diberikan waktu istirahat sebagai kesempatan untuk dapat digunakan mempraktekkan apa yang telah diinformasikan.
b. Komponen Keterampilan
Komponen keterampilan merupakan metode yang dilakukan dengan pendekatan behavioural. Komponen ini menekankan pada keterampilan melalui suatu
proses belajar dengan 4 tahap, yaitu : modeling keterampilan oleh para terapis atau tenaga penyuluh, permainan peran dan mempraktekkan keterampilan, para peserta
diberi tugas yang akan dipraktekkan di rumah dalam kehidupan sehari-hari dengan
Universitas Sumatera Utara
pasien gangguan jiwa, para penyuluh mendapatkan umpan balik tenang keberhasilan dalam mempelajari keterampilan Robert dan Greene, 2008.
c. Komponen Emosi
Hubungan emosional antar anggota keluarga sangat penting bagi keberfungsian keluarga. Keluarga yang memiliki ikatan emosional yang baik mampu
menghadapi tantangan dan mengatasi stres dengan baik. Mackay 2003 mengemukakan kunci hubungan emosional antar anggota keluarga terdiri dari
3 aspek, yaitu: family cohesion ,
connectedness ,
affective involvement .
Rendahnya family cohesion merupakan salah satu indikasi disfungsi keluarga namun family
cohesion yang sangat tinggi juga dapat mengakibatkan disfungsi keluarga karena hubungan emosional antar anggota keluarga harus seimbang untuk memenuhi
kebutuhan otonomi individu. Hal-hal yang perlu diketahui oleh keluarga agar dapat menyikapi dan
mengontrol emosi dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : 1 membangun harapan yang realistis dalam keluarga dan kepada penderita
gangguan jiwa sehingga keluarga memiliki kesabaran dan tetap mendukung anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. 2 pendekatan secara spiritual
membantu keluarga dalam menghadapi penderita gangguan jiwa. 3 mencari bantuan dari petugas kesehatan ataupun sumber media lainnya dalam mendapatkan informasi
yang benar tentang gangguan jiwa. 4 komunikasi sangat penting untuk membangun kepercayaan antara keluarga dengan penderita gangguan jiwa. Komunikasi yang baik
secara tidak langsung dapat membuat penderita gangguan jiwa dapat mengungkapkan
Universitas Sumatera Utara
perasaan yang dirasakannya dan kelurga diharapkan mengerti bahwa kondisi yang mereka alami membahayakan apabila penderita gangguan jiwa mempercayai untuk
mengungkapkan perasaannya.
d. Komponen Proses Keluarga