Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
12
Pembelajaran al- Qur’an
dan hadits adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan sejak dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan
al- Qur’an dan hadist melalui kegiatan pendidikan.
13
Kemampuan membaca al- Qur’an di kalangan umat Islam secara
kuantitas semakin menurun terutama para remajanya. Kondisi tersebut diduga terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu:
1. Modernisasi yang banyak mempengaruhi arah pemikiran manusia zaman sekarang. Kemajuan tekhnologi yang memudahkan kehidupan
manusia yang telah mengalihkan perhatian untuk hidup lebih erat dengan alam kebendaan. Hal ini yang mendorong manusia untuk
menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran pengetahuan praktis.
2. Kesempatan dan tenaga juga menjadi salahsatu faktor menurunnya kemampuan membaca al-
Qur’an pada remaja. Waktu yang disediakan untuk belajar al-
Qur’an sangat sedikit jika dibandingkan dengan waktu yang disediakan untuk menuntut pengetahuan lain.
3. Perkembangan tekhnologi
ikut mengalihkan
kecenderungan masyarakat untuk menuntut pengetahuan secara lebih mudah dan lebih
cepat. Untuk menampung minat ini dalam berbagai disiplin ilmu, para ahli telah memanfaatkan kemajuan tekhnologi untuk menciptakan
media pembelajaran baik media audio-visual, visual maupun komputer dengan cara yang tepat guna.
4. Selain itu kitab suci al- Qur’an yang ditulis dengan aksara dan bahasa
Arab. Bagi mereka yang berpendidikan non-Pesantren atau madrasah
12
Abd. Rozak, Faozan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, Jakarta: FITK Press Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,
2010, cet. 1, h. 146.
13
Achmad Lutfi, Pembelajaran Al- Qur’an dan Hadits Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, h. 60.
hal ini sedikit sulit. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagain besar buta aksara terhadap al-
Qur’an.
14
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, tidak terkecuali dalam mempelajari al-
Qur’an, diantaranya adalah pendekatan, strategi dan metode. Menurut penulis pemilihan metode juga
sangat mempengaruhi anak dalam belajar membaca al- Qur’an, diperlukan
suatu metode yang tepat dalam belajar membaca al- Qur’an agar selama
pembelajaran al- Qur’an tercipta suasana belajar yang kondusif dan efisien.
Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis tergugah untuk meneliti beberapa sekolah atau madrasah untuk mengetahui upaya yang
dilakukan sekolah agar siswa-siswinya dapat membaca al- Qur’an dengan
baik dan benar. Lalu bagaimana penerapan metode dalam pembelajaran membaca al-Quran dan membandingkan diantara metode tersebut.
Dengan berkembangnya zaman metode pembelajaran al- Qur’anpun
semakin berkembang guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam hal membaca al-
Qur’an. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul
“IMPLEMENTASI METODE TILAWATI
DALAM PEMBELAJARAN
AL- QUR’AN DI
MADRASAH” B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis perlu mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Banyaknya remaja yang belum bisa membaca al- Qur’an
2. Kurang maksimalnya pembelajaran al- Qur’an di sekolah.
3. Kurangnya pengetahuan guru terhadap metode membaca al- Qur’an.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasai masalah yang akan di teliti dan dibahas yaitu :
Implementasi Metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.
14
Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, Jakarta: Kalam Mulia, 1998, cet. 5, h. 6-7.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
di atas,
maka dapat
penulis rumuskan
permasalahannya sebagai berikut: Bagaimanakah implementasi metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah
Pembangunan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:
Mengetahui implementasi dari metode Tilawati di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan.
2. Manfaat penelitian
a.
Untuk menambahkan khazanah keilmuan umunya bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.
b.
Bagi lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi acuan dalam hal memilih metode pembelajaran al-
Qur’an.
c.
Bagi masyarakat diharapkan dapat termotivasi untuk belajar dan mempelajari al-
Qur’an. Karena mempelajari al-Qur’an sesuai dengan kaidahnya itu mudah.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Al-Qur’an
1. Belajar Membaca Al-Qur’an
Al- Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk
disampaikan kepada umat manusia memiliki sekian banyak fungsi, baik bagi Nabi Muhammad sendiri maupun bagi kehidupan manusia secara
keseluruhan.
1
Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. di Gua Hira adalah surat yang di dalamnya berisi perintah membaca
atau mencari ilmu. Perintah itu terdapat di dalam surat al-
„Alaq ayat 1-5 yang berbunyi
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Q.S. Al-„Alaq : 1 - 5
Ayat di atas dapat difahami bahwa belajar merupakan kewajiban manusia.
Salahsatu materi pelajaran yang utama adalah belajar membaca.
2
Membaca al- Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang
mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti al-
Qur’an secara etimologi adalah bacaan karena al-
Qur’an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak
1
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, cet. 1, h. 43.
2
Ibid., h.71 – 72.
sekali keistimewaan bagi orang yang ingin menyibukkan dirinya untuk membaca al-
Qur’an.
3
Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktifitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerakan mata
dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat
huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran
yang cukup untuk memahami bacaan.
4
Membaca al- Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau membaca
kitab suci lainnya. Membaca al- Qur’an adalah suatu ilmu yang
mengandung seni, seni membaca al- Qur’an. Setiap orang Islam berlomba
untuk dapat membaca al- Qur’an dengan baik. Perlombaan membaca al-
Qur’an dengan baik itu sudah terlihat membudaya di kalangan umat Islam, terutama di Indonesia ini. Pengajian al-
Qur’an bagi anak-anak pun sudah lama membudaya dalam masyarakat Islam. Hanya saja sistem dan caranya
perlu dikembangakan sesuai dengan perkembangan metode mengajarkan berbagai macam mata pelajaran. Metode pengajaran al-
Qur’an ini perlu diperbarui dan dikembangkan karena dibutuhkan oleh masyarakat Islam.
Mereka ingin dapat membaca al- Qur’an dengan baik dalam waktu yang
tidak lama.
5
2. Ruang Lingkup Pengajaran Al-Qur’an
Ruang lingkup pengajaran al- Qur’an ini lebih banyak berisi
pengajaran keterampilan khusus yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan. Pengajaran al-
Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran
al- Qur’an, anak-anak belajar huruf-huruf dan kata-kata yang tidak mereka
3
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at Jakarta: Amzah 2013, cet. 2, h. 55.
4
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta 2003, cet. 2, h. 200.
5
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara 2001, cet. 2, hal. 90.
fahami artinya. Apalagi umumnya anak-anak hanya belajar membaca, tidak menuliskannya.
Isi pengajaran al-
Qur’an itu meliputi
a. Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai dengan Ya
b. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu, ini dibicarakan dalam ilmu Makhraj.
c. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakkal, syaddah tanda panjang maad, tanwin dan sebagainya.
d. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu
Nagham. e. Adapun tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca al-
Qur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.
Tetapi belajar membaca al- Qur’an tidak sama dengan belajar bahasa
Arab. Belajar bahasa Arab harus mengerti wujud arti simbol kata, sedangkan belajar al-Qu
r’an, cukup dapat membunyikan symbol huruf atau katanya saja. Walaupun wujud artinya tidak dapat difahami.
Pengajaran al- Qur’an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf
hijaiyah dan
kalimah kata
selanjutnya diteruskan
dengan memperkenalkan tanda-tanda baca. Sebaiknya tentu kata yang terdapat
dalam al- Qur’an itu sendiri yang digunakan sebagai bahan.
6
3. Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau
wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai
disiplin ilmu terkait.
7
Sedangkan istilah pembelajaran adalah usaha
6
Ibid., h. 92-93.
7
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group 2014, cet. 4, h. 176.