Sequencing Penentuan Urutan TINJAUAN PUSTAKA

commit to user II – 17 5. Tardiness i T adalah nilai positif dari lateness. i T = max {0, i L }. Tardiness i T atau positive lateness biasanya digunakan untuk mengukur suatu keterlambatan. 6. Due date batas waktu i d merupakan waktu maksimal yang dapat diterima untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kelebihan dari waktu yang ditetapkan, merupakan suatu kelambatan 7. Slack kelonggaran adalah nilai perbedaan antara due date dengan waktu proses. Dinotasikan sebagai i i i i t d SL SL - = , 8. Makespan adalah total waktu proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kumpulan job. Kriteria untuk mengevaluasi sistem kontrol prioritas dapat dikategorikan sebagai berikut Fogarty et. al., 1991: 1. Persentase ketepatan pengiriman order. a. Pelanggan. b. Lini perakitan. 2. Rata-rata keterlambatan mean tardiness. 3. Work-in-process WIP. 4. Idle time. 5. Meminimasi setup time. 6. Penghematan energi.

2.3 Sequencing Penentuan Urutan

Penjadwalan memberikan suatu basis untuk penempatan tugas ke pusat- pusat kerja work center, sedangkan loading adalah teknik pengendalian kapasitas yang menginformasikan tentang overloads atau underloads Gaspersz, 2001. Apabila telah diketahui bahwa kapasitas cukup tersedia untuk melaksanakan operasi atau tugas-tugas, langkah selanjutnya adalah melakukan sequencing. Sequencing menspesifikasikan dalam susunan atau urutan bagaimana tugas-tugas atau operasi tersebut dikerjakan pada setiap work center. Metode sequencing memberikan infomasi terperinci tentang aturan-aturan prioritas untuk dispatching commit to user II – 18 tugas-tugas ke work center. Dengan demikian metode sequencing mengacu pada aturan-aturan prioritas untuk penugasan priority rules for dispatching job. Sequencing merupakan masalah yang cukup penting dalam analisis produksi. Masalah yang dihadapi adalah adanya banyak job sedangkan ketersedian mesin terbatas. Job sequencing bertujuan untuk mencapai kriteria performance tertentu yang optimal. Menurut Baroto 1999 beberapa kriteria yang sering dipakai dalam pegurutan job antara lain sebagai berikut: 1. Mean Flow Time MFT atau rata-rata waktu job berada di dalam sistem. 2. Idle time atau waktu menganggur dari mesin. 3. Mean lateness atau rata-rata keterlambatan. 4. Mean number job in the sistem WIP atau rata-rata jumlah job dalam mesin

5. Make-span atau total waktu penyelesaian seluruh job.

Faktor yang mempengaruhi pelayanan suatu job adalah :

1. Jumlah job yang harus dijadwalkan. 2. Jumlah mesin yang tesedia.

3. Tipe manufaktur flow shop atau job shop. 4. Pola kedatangan job statik atau dinamik.

Flow time dalam sistem untuk job sequencing menunjukkan total waktu suatu pekerjaan berada dalam sistem, waktu selesai ini mencakup lama proses ditambah dengan waktu menunggu sampai pekerjaan yang bersangkutan mendapatkan giliran untuk diproses. Perhitungan flow time dirumuskan seperti dibawah ini : F ij = F i-1j + p ij 2.7 untuk j = 1 F ij = [max { F ij-1, F i-1j } ] + p ij 2.8 untuk j = 2, 3 dan 4 Keterangan : F ij : Flow time pada operasi j untuk job i jam F i-1j : Flow time pada operasi j untuk job i-1 jam commit to user II – 19 p ij : waktu proses pada operasi j untuk job i jam p i-1j : waktu proses pada operasi j untuk job i-1 jam F ij-1 : Flow time untuk pada operasi j-1 untuk job i jam i : job ke- 1, 2, 3, ..., n j : operasi ke- 1, 2, 3, 4 Lateness adalah nilai perbedaan antara waktu penyelesaian dengan due date. Dinotasikan dengan i L . Lateness mengukur kesesuaian penjadwalan dengan due date. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa bisa jadi suatu job diselesaikan lebih awal dari due date, yang disebut negative lateness. Negative lateness menunjukkan bahwa pemrosesan lebih baik dari due date yang diharapkan, sedangkan positive lateness menunjukkan pemrosesan yang lebih buruk dari due date. Tardiness i T adalah nilai positif dari lateness. i T = max {0, i L }. Tardiness i T atau positive lateness digunakan untuk mengukur suatu keterlambatan.

2.4 Algoritma